Ketika Lampu-Lampu Dipadamkan
Menatap punggungmu di kejauhan
Seseorang terlupa tengah menunggu siapa
Seseorang yang mungkin juga terlupa
tengah menunggu apa?
Menatap punggungmu di kejauhan
Apakah engkau tahu?
Seseorang justru tengah berebut pilihan
dengan kehilangan.
Batam, Agustus 2009
Sumber: Nyanyian Pulau-Pulau (2010)
Analisis Puisi:
Puisi "Ketika Lampu-Lampu Dipadamkan" karya Rahmatiah menciptakan gambaran tentang penantian, ketidakpastian, dan kehilangan.
Kesendirian dan Ketidakpastian: Puisi ini menyoroti kesendirian dan ketidakpastian dalam kehidupan. Gambaran seseorang yang menatap punggung orang lain di kejauhan menciptakan atmosfer rasa kehilangan dan penantian yang misterius.
Lampu-Lampu yang Dipadamkan sebagai Metafora Kehidupan: Pemakaian metafora lampu-lampu yang dipadamkan dapat diartikan sebagai momen-momen di mana kejelasan atau kepastian dalam hidup redup atau hilang. Ini menciptakan nuansa gelap dan membingungkan, mungkin merujuk pada ketidakjelasan masa depan.
Penantian dan Pilihan yang Berebut: Bait terakhir menyoroti momen di mana seseorang mungkin bersaing atau berkompetisi untuk mendapatkan perhatian atau pilihan. Ketidakpastian dan persaingan ini menciptakan perasaan kehilangan dan kebingungan, serta menekankan kompleksitas hubungan manusia.
Pertanyaan Retorika sebagai Gaya Bahasa: Penggunaan pertanyaan retoris memperdalam refleksi emosional pembicara. Pertanyaan seperti "siapa?" dan "apa?" menciptakan rasa misteri dan menyiratkan ketidakjelasan yang mendasari kehidupan.
Metafora Punggung sebagai Representasi Jarak dan Kekurangan Informasi: Punggung seseorang yang ditatap di kejauhan bisa diartikan sebagai jarak fisik atau emosional antara individu tersebut dan pembicara. Hal ini juga menciptakan kesan bahwa tidak semua informasi atau perasaan terungkap, meninggalkan ruang untuk interpretasi yang lebih mendalam.
Puisi "Ketika Lampu-Lampu Dipadamkan" menggambarkan kehidupan sebagai perjalanan yang penuh dengan ketidakpastian, penantian, dan persaingan. Dengan menggunakan metafora dan pertanyaan retoris, Rahmatiah menciptakan citra kehidupan yang kompleks dan menyentuh aspek-aspek universal dalam pengalaman manusia.
Karya: Rahmatiah
Biodata Rahmatiah:
- Rahmatiah lahir pada tanggal 3 Juli 1979 di Nusa Tenggara Barat.