Kepada Pantai
Kepada pantai kulepas kenang yang melambai
Pasir berderai, kaki melangkah dalam titian
Angin bersajak tentang sunyi dan kabut kematian
Tanpa nyala warna warni lampu taman keramaian
Seruling darwis mengalun dalam dada serupa zikir
Ketika suara-suara langit memanggil kesadaran
Deru ombak gelombang pecah di karang, mata
hati menyesap setiap peristiwa, waktu berjalan
; Rumi menulis cinta, aku terpesona kata
Kepada pantai kuutus sebuah nyanyian tentang
Rindu yang karam, pada palung cahaya abadi
kularungkan nyeri berpilin saling mengiris luka
atas jarak dan waktu, kita kepada takdir terakhir
2014
Sumber: Sisa Cium di Alun-Alun (2016)
Analisis Puisi:
Puisi "Kepada Pantai" menghadirkan gambaran alam yang indah, dengan menggambarkan pantai sebagai saksi bisu dari perjalanan kenangan dan rasa rindu.
Perpisahan dan Kenangan: Kata-kata pembukaan "kulepas kenang yang melambai" menggambarkan sebuah perpisahan atau pelepasan kenangan. Pasir yang berderai dan langkah kaki dalam titian menciptakan citra perjalanan menuju kepergian atau perpisahan.
Angin dan Kabut Kematian: Angin yang bersajak tentang sunyi dan kabut kematian menciptakan suasana misterius dan merenung. Ini mungkin merujuk pada kompleksitas dan keabadian kehidupan, di mana angin sebagai pembawa suara alam dan kabut kematian menjadi simbol perjalanan akhir.
Seruling Darwis dan Suara Langit: Seruling darwis yang mengalun dan suara-suara langit yang memanggil kesadaran membawa unsur spiritualitas dan kebijaksanaan. Pemilihan seruling dan suara langit menambahkan dimensi rohaniah dan memperdalam pengalaman batin penyair.
Deru Ombak dan Kata-Kata Rumi: Deru ombak yang pecah di karang menjadi simbol kekuatan alam dan keabadian waktu. Referensi terhadap Rumi, seorang penyair sufi terkenal, menambahkan elemen kebijaksanaan dan kecintaan dalam puisi, memperkaya lapisan makna dan meresapi suasana keindahan.
Nyanyian Rindu dan Cahaya Abadi: Nyanyian tentang rindu yang karam dan palung cahaya abadi mengekspresikan perasaan nostalgia dan keinginan untuk bersatu kembali. Palung cahaya abadi dapat diartikan sebagai keabadian atau kekekalan cinta.
Jarak dan Waktu: Kesepian dan penderitaan akibat jarak dan waktu tergambar dalam nyeri yang teriris luka. Puisi ini mengeksplorasi konsep-konsep ini dengan menyoroti penderitaan dan kehampaan yang dapat dirasakan akibat perpisahan.
Puisi "Kepada Pantai" adalah karya yang menggabungkan elemen alam, spiritualitas, dan perasaan manusia. Melalui simbolisme alam, puisi ini merenungkan tentang perjalanan hidup, keabadian kenangan, dan kebijaksanaan yang dapat diambil dari keindahan alam. Sebagai hasilnya, puisi ini menciptakan pengalaman batin yang mendalam dan merangsang pikiran pembaca.
Karya: Weni Suryandari
Biodata Weni Suryandari:
- Weni Suryandari lahir pada tanggal 4 Februari 1966 di Surabaya, Indonesia.