Ilusi
Aku mendekap jalanan malam, membunuh angan
Menerjang lampu lampu asing, keriangan palsu di sudut ruang
Sedang kesunyian tekun mengiringi langkahku
Seperti tahun tahun silam penantian
Kulihat kata-kata beterbangan di udara
Musik berbunyi sayup, hatiku kian kuncup
menanti kecup bayangmu redup
Ah! Rinduku retak di meja kafe
segelas anggur dan croissant
Kutelan pelan pelan bersama
angan yang berjatuhan
dari mataku
2014
Sumber: Sisa Cium di Alun-Alun (2016)
Analisis Puisi:
Puisi "Ilusi" karya Weni Suryandari membawa pembaca ke dalam dunia emosi dan keinginan yang kompleks. Dengan imaji yang kuat dan bahasa yang indah, puisi ini menggambarkan perasaan penantian, kekosongan, dan rindu yang tumbuh dalam kesunyian.
Mendekap Jalanan Malam: Penyair memulai puisi dengan gambaran tentang dirinya yang mendekap jalanan malam. Ini menciptakan suasana yang gelap dan misterius, seolah-olah kehidupan malam menjadi saksi dari perasaan yang terdalam. Mendekap jalanan malam juga dapat diartikan sebagai upaya untuk merangkul kehampaan dan kesendirian.
Menerjang Lampu-Lampu Asing: Puisi menggambarkan penyair menerjang lampu-lampu asing, menghadapi keriangan palsu di sudut ruang. Tindakan ini menciptakan citra penolakan terhadap keceriaan yang tidak berasal dari hati, mencerminkan keinginan untuk menghindari ilusi dan kebohongan.
Kesunyian yang Menyertai: Kesunyian diilustrasikan sebagai pendamping setia yang tekun mengiringi langkah penyair. Ini mungkin mencerminkan kehampaan atau ketiadaan makna dalam kehidupan, terlepas dari gejolak yang mungkin terjadi di sekitarnya.
Tahun-tahun Silam Penuh Penantian: Puisi menyentuh tema penantian dengan gambaran tentang tahun-tahun silam yang penuh dengan penantian. Kata-kata yang beterbangan di udara menciptakan citra waktu yang terus berlalu, namun rindu dan kekosongan tetap ada.
Rindu yang Retak di Meja Kafe: Rindu dijelaskan sebagai sesuatu yang retak di meja kafe, diiringi dengan segelas anggur dan croissant. Gambaran ini menciptakan suasana yang romantis dan puitis, memperkuat kehadiran perasaan cinta yang mungkin dipenuhi dengan kerinduan.
Menghirup Angan yang Berjatuhan: Penyair menghirup angan yang berjatuhan dari matanya. Ini menciptakan citra keindahan dan kelembutan dalam memahami impian dan harapan yang mungkin telah terkoyak atau terpencar.
Puisi "Ilusi" adalah karya yang memancarkan keindahan dan kompleksitas perasaan manusia. Melalui bahasa yang puitis dan gambaran-gambaran yang mendalam, penyair berhasil merangkai puisi yang memprovokasi pemikiran dan meresapi emosi pembaca. Puisi ini menjadi perjalanan batin yang melibatkan kesendirian, penantian, dan kerinduan dalam suasana malam yang dipenuhi ilusi.
Karya: Weni Suryandari
Biodata Weni Suryandari:
- Weni Suryandari lahir pada tanggal 4 Februari 1966 di Surabaya, Indonesia.