Matematika, sebagai mata pelajaran yang esensial, menjadi bagian tak terpisahkan dari kurikulum di semua tingkatan pendidikan, mulai dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi. Penting untuk disadari bahwa konsep-konsep matematika, yang sering kali dianggap sulit, sebenarnya telah terimplementasi dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari kita.
Muncul slogan "Matematika itu menakutkan." Mengapa? Bukankah matematika pada dasarnya mudah, bukankah matematika itu asyik, bukankah matematika itu menyenangkan. Lalu mengapa seolah-olah matematika adalah hantu, padahal itu hanyalah angka.
Itu semua karena kita tidak mau belajar memahami apa yang kita pelajari, kita tidak mau mencoba cara lain untuk menemukan hasil yang benar dan kita tidak menyukai matematika. Pelajaran itu harus kita sukai dahulu, jika kita sudah menyukainya maka kita akan berusaha terus-menerus walaupun susah.
Di Sekolah Dasar misalnya, mulai dari kelas 1 hingga kelas 6, Sekolah Menengah Pertama misalnya, kelas 9 dan Sekolah Menengah Atas misalnya, kelas 11 beranggapan bahwa matematika itu menakutkan.
Apa penyebabnya? Apakah mereka memperhatikan? Tidak. Mudah menyerah, itulah akar utamanya. Kurangnya rasa optimismenya dan tidak mau bangkit dari kesalahannya.
Lalu bagaimana caranya agar optimisme dan bangkit dari kesalahannya? Optimisme berasal dari diri sendiri, kita harus percaya diri bahwa kita bisa dan mampu melewati kesulitan yang ada. Bangkit dari kesalahan berarti kita melakukan percobaan lagi walaupun salah, teruslah mencoba hingga mendapatkan hasil yang benar. Dan jika sudah berhasil teruslah belajar.
Pelajaran matematika dapat dipelajari melalui beberapa media. Bisa menggunakan game, menggunakan aplikasi, dan membuat media seperti Bangun Ruang dan lain-lain. Maka dari itu kita harus optimis dalam belajar.
Sekolah Dasar mulai dari kelas 1, 2, dan 3 mungkin bisa menggunakan sistem lagu. Di mana guru bisa kreatif membuat lagu, agar siswa tidak bosan dan akan menyukai pelajaran matematika. Untuk kelas 4, 5, dan 6 bisa menggunakan sistem game. Dengan game siswa bisa belajar dan bermain, tetapi harus digunakan dengan maksimal. Game bisa menjerumuskan orang dan game juga bisa membawa hal positif.
Sekolah Menengah Pertama dari kelas 7, 8, dan 9 dan Sekolah Menengah Atas dari kelas 10, 11, dan 12 bisa menggunakan aplikasi, seperti Quiz, Path, atau Canva. Kita bisa menggunakan aplikasi tersebut dengan baik.
Isu ketidaksukaan matematika perlu dipahami kita semua, bukan hanya di kalangan dunia pendidikan saja. Mentalitas bangsa akan terganggu jika ketidaksukaan dalam bidang pendidikan kian marak.
Ketidaksukaan matematika dalam dunia akademik akan merusak keilmuan yang semestinya menjadi bekal kehidupan bangsa ke depan. Mendiamkan ketidaksukaan dalam akademik sama saja menyerah sebelum bertanding untuk generasi yang akan datang.
Pada akhirnya melawan ketidaksukaan matematika adalah tugas seluruh pendidik dan orang tua. Pendidikan matematika sangat penting diberikan kepada anak karena matematika merupakan pendidikan yang selalu digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Optimisme adalah cara terbaik dalam menanamkan kesukaan kepada matematika.
Biodata Penulis:
Rizqi Lutfiyani lahir pada tanggal 16 November 2004 di Pekalongan. Saat ini ia aktif sebagai mahasiswi program studi Tadris Matematika di UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan.