Matematika Itu Menyenangkan, Bukan?

Banyak faktor yang melatarbelakangi mengapa matematika ini ditakuti siswa. Salah satunya dari faktor internal yaitu segi akademik, tidak banyak ...

Matematika, ya, siapa sih yang asing dengan ilmu yang satu ini? Dalam buku R. Soedjadi (1999/2000) menyajikan beberapa definisi dari matematika; matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisir. Dengan kata lain, matematika adalah ilmu pasti, artinya semua perhitungan yang ada pada matematika hasilnya selalu pasti.

Walaupun matematika ini disebut ilmu pasti, matematika masih menjadi momok menakutkan bagi kebanyakan siswa, mengapa ya kira-kira? Menurut survei atau penelitian dari Programmer of International Student Assessment (PISA) di bawah Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) pada tahun 2012 lalu, dalam kompetensi, matematika mendapatkan 375 poin, lalu meningkat setelah 3 tahun pada tahun 2015 menjadi 386 poin. Ini masih terbilang cukup rendah, namun di tahun selanjutnya tetap berupaya dengan bukti naiknya skor matematika dalam kompetensinya. Lalu apa yang menjadi persoalan utama, ya?

Banyak faktor yang melatarbelakangi mengapa matematika ini ditakuti siswa. Salah satunya dari faktor internal yaitu segi akademik, tidak banyak siswa dapat mengikuti atau mempelajari matematika dengan baik dan lancar, karena akademik setiap individu berbeda-beda maka keberhasilan siswa dalam memahami matematika juga sangat beragam, ada yang 100%, 80%, 30%, beragam sekali.

Maka bagi siswa yang pemahamannya belum maksimal akan selalu merasa bahwa matematika adalah momok yang sangat menakutkan. Faktor lain bisa terjadi karena faktor eksternal seperti orang tua ataupun guru.

Guru berperan sangat penting, seperti model atau metode pembelajaran matematika yang diberikan kepada peserta didik yang belum memenuhi pemahaman siswa, atau dari segi penyampaian yang terlalu tegas membuat siswa takut atau enggan bertanya pada bagian yang mereka belum terlalu paham dan butuh penjelasan lebih.

Matematika Itu Menyenangkan

Rendahnya kemampuan matematika siswa-siswi di Indonesia, salah satunya terjadi karena minat siswa terhadap matematika. Model dan strategi sangat penting untuk membangun minat belajar siswa terhadap matematika.

Selain itu, media pembelajaran khususnya untuk pembelajaran matematika juga penting. Menurut pendapat Nana Sudjana (2007:17), media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.

Media pembelajaran sangat beragam, seperti yang terkandung pada buku Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006) membagi media pembelajaran menjadi 7 kelompok; Media grafis (bahan cetak dan gambar diam), Media proyeksi diam, Media audio, Media audio visual diam, Film, Televisi, dan Multimedia.

Guru bisa menerapkan beberapa media itu di setiap subbabnya yang berbeda dari subbab 1 dan lainnya. Jadi siswa-siswi bisa menangkap setiap materi yang diajarkan melalui media yang pas. Menyenangkan, bukan? Istilahnya seperti bermain sambil belajar, ini sangat membantu mengembangkan minat siswa terhadap matematika.

Perlunya mengetahui ilmu matematika adalah sesuatu yang penting. Banyak kegiatan yang melibatkan ilmu matematika dalam kehidupan kita sehari-hari. Salah satunya adalah ilmu berhitung. Manusia dituntut untuk bisa mempelajari ilmu matematika minimal dengan menguasai ilmu berhitung.

Dengan berhitung, memudahkan manusia dalam bertransaksi, menjumlah, bahkan berbagi apapun. Tidak bisa dibayangkan betapa berantakannya kehidupan manusia jika tidak bisa mengetahui angka, apalagi ilmu matematika. Maka dari itu matematika sangat penting bagi kehidupan sehari-hari.

Maka sudah saatnya kita mengganti stigma atau prespektif kita tentang matematika yang selalu menjadi momok menakutkan menjadi matematika yang menyenangkan. Dengan berbagai model, metode dan juga dibantu dengan media semakin mudahnya matematika masuk dalam pemikiran seseorang terutama peserta didik, bahwa matematika memang menyenangkan. Tidak ada alasan lagi untuk tidak menyukai matematika karena matematika sudah masuk dalam aspek kehidupan kita.

Nasywa Raina Dianti

Biodata Penulis:

Nasywa Raina Dianti lahir pada tanggal 24 Mei 2005. Saat ini ia aktif sebagai mahasiswa program studi Tadris Matematika di Universitas Islam Negeri K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan.

© Sepenuhnya. All rights reserved.