Kekuatan Istirahat: Istirahatlah Sejenak untuk Menggapai Segalanya

Seseorang memiliki batas emosi masing-masing. Tetapi saya harap kita bisa mengurungkan niat untuk melakukan hal seperti itu. Saya tahu saya tidak ...

Akhir-akhir ini banyak berita bunuh diri dengan berbagai masalah yang dihadapi oleh para korban. Terlebih lagi banyak korban yang masih bersekolah dan kuliah. Ada apa dengan mereka?

Berbagai masalah mulai dari ekonomi, pembullyan, dan masalah pacaran menjadi sorotan alasan mereka berani untuk memilih keputusan itu dan mengakhiri segalanya. Betapa sedihnya keluarga, kerabat, teman-temannya yang menyayanginya memilih untuk berpisah selamanya.

Kasus seperti ini merupakan kasus yang penting juga bagi lingkungan sekitar, karena lingkunganlah yang berpengaruh bagi para korban. Lingkungan yang paling dibutuhkan korban adalah keluarga.

Yup, keluarga. Perlu digarisbawahi, jika keluarga itu harmonis dan dapat memberikan perhatian kepada anggota keluarga, pasti tidak ada hal seperti itu. Keluarga merupakan faktor utama dalam membentuk karakter bagi anggota keluarga.

Faktor keluarga memang penting, tapi menurut saya, dari kasus itu, faktor yang dibutuhkan korban adalah istirahat atau melepas semua masalah dengan berhenti sejenak.

Istirahat bukan berarti lemah, tetapi istirahat dapat menjadikan kita lebih meningkatkan produktivitas kita.

Depresi

***

Saya pernah berpikiran ingin mengakhiri hidup saya. Karena apa? Saat itu saya benar-benar merasa terpuruk, serba salah, dan banyak lagi. Saat itu saya ingin mendaftar di perguruan tinggi yang mana saya mencoba hampir banyak perguruan tinggi yang saya daftar. Gagal, gagal, dan gagal lagi.

Hati saya benar-benar hancur saat itu dan saya merasa saya tidak bisa masuk di perguruan tinggi yang saya inginkan. Saya merasa bersalah pada orang tua saya karena banyak uang yang saya keluarkan untuk ini.

Stres dan hampir menyerah, berpikir bahwa, 'Aku beban keluarga banget, kalau gagal lagi kamu mau kemana' itu adalah kata yang saya pikirkan saat itu.

Melihat orang tua saya yang selalu bertikai masalah uang itu semakin membuat saya merasa bahwa saya ini hanyalah beban mereka saat masa tua.

Tetapi apakah saya sekarang tidak kuliah? Jawabannya tidak, dengan diterimanya saya di perguruan tinggi, dan walaupun bukan yang saya impikan, tidak membuat saya merasa sedih. Istirahat dan selalu berdoa adalah kuncinya.

Istirahat begitu penting untuk saya agar saya bisa lebih berpikir jernih dalam segala masalah yang saya hadapi. Saya istrahat dan tak lupa juga berdoa agar keinginan saya bisa tercapai.

Pikiran kita membutuhkan waktu untuk menenangkan diri, memproses informasi, dan menyortir pikiran-pikiran yang muncul sepanjang hari. Istirahat memberi kesempatan untuk refleksi diri, memungkinkan kita untuk mengevaluasi apa yang telah kita capai dan apa yang ingin kita capai ke depannya. Ini adalah waktu untuk melepaskan stres dan menemukan kembali ketenangan batin.

Saya tahu bahwa para korban memiliki masalah pribadi masing-masing. Tetapi bukan berarti bunuh dirilah yang menjadi jawabannya. Bunuh diri hanya bisa menghilangkan rasa sakit yang mendalam bukan menghilangkan masalah yang terjadi.

Masalah tersebut akan terus berlanjut dan bisa saja masalah tersebut akan menjadi tanggungan orang-orang yang ada di sekeliling korban.

Rehat sejenak untuk semuanya. Jika tidak menemukan orang yang tepat untuk bercerita, cerita sendiri, ungkapkan sendirian, menghindari orang-orang yang membuatmu merasa terpuruk. Kita dan semua orang berhak bahagia. Kuatkan hatimu dan kuatkan imanmu.

***

Seseorang memiliki batas emosi masing-masing. Tetapi saya harap kita bisa mengurungkan niat untuk melakukan hal seperti itu. Saya tahu saya tidak mengerti apa yang para korban rasakan. Setidaknya saya mengingatkan kembali, masih ada masa depan yang akan membuat mereka bahagia.

Akan ada keajaiban di balik kesedihan tersebut. Jadi, jangan terlalu memaksakan diri ya. Kalau capek dengan semuanya, istirahat dulu dan jangan berhenti oke?

"Istirahatlah dan berikan jiwamu apa yang dibutuhkannya." - Audrey Kitching.

Penulis: Wahyu Nurmalasari

© Sepenuhnya. All rights reserved.