Culture Shock Merantau di Solo

Sebagai mahasiswa yang pertama kali merantau ke kota orang, pasti bukanlah hal yang mudah dan pasti ada yang namanya Culture Shock, yang mana ...

Siapa sih yang tidak kenal kota Solo? Kota dengan ke khasan budaya jawanya yang menjadi ikon kota ini. Sebagai mahasiswa yang pertama kali merantau ke kota orang, pasti bukanlah hal yang mudah dan pasti ada yang namanya Culture Shock, yang mana selain kita harus bisa mandiri, kita juga harus menerima hal-hal yang tidak biasanya dilakukan di kota asal untuk mengikuti aturan kehidupan di kota orang.

Seperti halnya saya, seorang mahasiswi asal Bogor yang kini sedang mencari ilmu di kota Solo. Walaupun kalau kata dosen saya sama-sama di pulau Jawa, namun Jawa Barat dan Jawa Tengah identik berbeda. Dan Solo akan menjadi tempat yang unik untuk saya kulik.

Dan hal yang menjadi Culture Shock saya adalah:

  1. Pertama, orang-orang Solo sangat rajin menggunakan helm. Pertama kali saya tiba di sini sebelum ospek, saya tinggal di rumah sepupu yang rumahnya di Karanganyar. Saat saya sedang mencari makan di pinggir jalan, saya melihat pengendara motor berlalu lalang menggunakan helm, baik pengendara yang sendirian hingga berboncengan. Sedangkan di kota saya kebanyakan yang menggunakan helm hanya si pengendara motor, dan hal itu yang membuat saya kaget.
  2. Kedua, Es Teh Solo jumbo-jumbo. Hanya dengan uang 3000 saya bisa mendapat Es Teh yang kalau di Bogor sendiri dijual 5000 rupiah, makannya tak heran jika masyarakat sering membeli Es Teh, karena di Solo tanpa es sepertinya akan terasa sangat sulit karena cuaca Solo sendiri sudah seperti matahari-Solo-Bumi.
  3. Ketiga, jajanan di sekitar kampus harganya sama seperti di Bogor. Apabila mendengar kata Solo pastinya orang-orang akan berpikir bahwa jajanan di sini murah-murah. Memang banyak yang murah, namun ternyata jajanan di dekat kampus harganya standar seperti di Bogor.
  4. Keempat, harga Soto di sini murah-murah. Teman-teman di sini pasti sudah tidak asing dengan yang namanya Soto, di Solo sendiri banyak sekali yang menjual Soto, dengan budget 5000 kita bisa sarapan hingga kenyang, karena Soto di Solo punya kuah yang banyak dan itu yang membuat kenyang.
  5. Kelima, masakan di Solo rata-rata cenderung manis.

Solo sendiri merupakan tempat yang indah, karena banyak tempat-tempat unik dan bersejarah di sini, seperti saat saya mendengar cerita bahwa Benteng Vastenburg memiliki sejarahnya sendiri dan Keraton Solo yang masih mempertahankan tradisinya.

Benteng Vastenburg

Itu tadi beberapa Culture Shock saya ketika menjadi perantauan di Solo. Tentunya kita sebagai manusia ketika sudah memilih sesuatu harus bisa bertanggung jawab dengan pilihan itu dengan cara beradaptasi, memang beradaptasi bukanlah hal yang mudah, namun dengan perlahan kita akan mulai terbiasa dengan budaya-budaya di daerah tersebut. “Bisa karena terbiasa”


Qeisya Fadwa Naila

Biodata Penulis:

Kalau ada Oksigen, pasti ada karbon Dioksida.

Kalau ada kamu pasti ada dia.

Kenalin, aku Qeisya Fadwa Naila.

Mahasiswa Pendidikan Kimia, UNS kuliahnya.

© Sepenuhnya. All rights reserved.