Anak Tunggal Strict Parents? Rantauan? Ngekos? Betah Nggak Tuh

Anak tunggal perantauan, dengan nasib Strict Parents, pasti memiliki banyak keinginan terutama dalam hal menjelajahi tempat baru. Selalu excited ...

Cerita kehidupan seorang anak tunggal. Kalian pernah denger nggak sih, suara-suara yang keluar dari mulut orang-orang, banyak yang beranggapan kalau anak tunggal tuh enak, jadi anak tunggal selalu dimanja, anak tunggal selalu diturutin, anak tunggal nggak pernah dilarang-larang. Hei, kalian salah.

Stop berpikir seperti itu, anak tunggal nggak seenak yang kalian bayangkan, aku sebagai anak tunggal yang bisa dibilang pernah merasa nggak betah di rumah sendiri, di keluarga sendiri, apalagi di lingkungan tempat tinggal.

Kenapa aku bisa merasa seperti itu? Karena anak tunggal, harus bisa mandiri, harus bisa ngerjain apapun sendiri, dan aku anak satu-satunya jadi aku harus wajib patuh semua larangan dari keluarga.

Aku pernah merasa terlalu dikekang, rasanya sedih, ngelihat teman-temanku semuanya bisa pergi ke suatu tempat, tetapi aku selalu nggak dibolehin. Ngelihat teman-teman yang bisa pergi tanpa khawatir ditelepon atau dimarahi orang tua, aku malah baru pergi beberapa jam sudah disuruh pulang. Handphone selalu dicek, ke manapun dipantau, teman-teman juga curigai, dan ke manapun selalu di-video call.

Haha... begitulah gambaran anak tunggal, yang bisa dibilang Anak Tunggal Strict Parents, sebenernya masih banyak yang ingin aku ceritakan mengenai pengalamanku dulu, tetapi itu hanya masa lalu, lalu bagaimana dengan sekarang? Apakah masih sama?

Okey, kalau dulu aku serba dilarang, dikekang, kurang pengertian, tetapi sekarang tidak lagi. Saat memasuki perkuliahan, di sana aku mulai ngerantau, aku mencoba buat ngekos. Hidup sendiri tanpa orang tua, awalnya aku excited, karena aku pikir bisa bebas dan lepas dari pantauan orang tua.

Hari pertama ngekos, aku masih ditemani sama Ibu, Ibu menginap satu hari di sini. Awalnya aku nggak suka, soalnya pengen cepat-cepat sendiri dan nggak ada siapa-siapa. Tetapi, saat Ibu di sini di hari pertama ngekos ternyata sangat membantu, terutama dalam membeli perlengkapan kamar kos, menata kamar biar kelihatan rapi, dan juga pembelian kebutuhan makan.

Setelah bisa mendapatkan apa yang aku mau yaitu kesendirian, rasanya senang banget, waktu itu aku berpikir, akhirnya bisa ngerasain damai, sendirian, tanpa diganggu oleh siapapun. Dan aku pun punya banyak rencana yang ingin aku lakukan untuk keesokan harinya.

Siapa sih yang nggak senang, setelah sekian lama akhirnya bisa ngerasain sebebas ini, rasanya senang banget dan puas banget. Yang awalnya dulu kemana-mana nggak boleh, sekarang mau ke manapun terserah aku. Walaupun gitu, aku masih tahu batas kok.

Anak Tunggal Strict Parents

Anak tunggal perantauan, dengan nasib Strict Parents seperti ini, pasti memiliki banyak keinginan terutama dalam hal menjelajahi tempat baru. Selalu excited terhadap sesuatu yang baru, seakan-akan telah menemukan kehidupan baru yang sangat disukai dan sangat diinginkan sejak dulu. Euforia yang sangat asing tetapi sangat mendamaikan hati. Apakah kalian bisa merasakannya? Apakah kalian bisa mengerti perasaannya?

Mungkin mayoritas orang kalau ngekos akan ada masanya dimana ngerasain yang namanya homesick, atau keadaan di mana ia merindukan rumah, merindukan orang tua dan keluarga, keinginan tinggi untuk pulang, dan ngerasa nggak nyaman pas ngekos. Tetapi untuk aku, belum pernah ngerasain yang namanya homesick, karena aku benar-benar ngerasa nyaman dan betah banget di kos, aku bisa hidup sendiri, kemana-mana sendiri, beli apapun yang aku mau.

Tetapi, tak bisa dipungkiri bahwa kita anak kos, anak kuliah, anak rantau, juga masih meminta uang kepada orang tua. Kita bisa saja kerja, tetapi masih dilarang sama orang tua, karena orang tua peduli, bahwa kita di sini nggak ada kerabat atau siapapun yang berada di kota yang sama dengan tempat kita rantau, jadi biaya kehidupan kita pun masih menjadi tanggungjawab orang tua.

Kesenanganku di sini bukan berarti aku melupakan orang tua dan hidup bahagia sendiri tanpa memikirkan pengorbanan orang tua. Aku masih sering berkomunikasi sama mereka, sering telepon, tanya kabar, dan bercanda bareng. Aku juga menyisihkan uang yang mereka kasih untuk jaga-jaga misal aku di sini terjadi apa-apa, aku bisa menggunakan uang itu dan nggak minta terus sama orang tua, dan nggak bikin orang tua khawatir sama aku.

Pernah nggak sih aku kangen mereka dan mau pulang? Jawabannya, aku pasti kangen mereka, kangen orang tuaku, itu pasti. Tetapi, untuk keinginan pulang aku belum ada, aku masih betah di sini, aku cuma kangen mereka, kangen jalan-jalan sama orang tua, makan bareng. Soalnya kalau di kos pasti makan sendirian, masak sendiri makan sendiri, jadi sering kepikiran sama keadaan orang tua di rumah.

Aku bersyukur, orang tuaku percaya sepenuhnya ke aku, jadi aku bisa lebih nyaman di kos dan nggak dicariin terus, nggak ditanya-tanyain terus. Aku mendapatkan apa yang aku inginkan sekarang, kepercayaan orang tua, agar aku bisa hidup bebas semau aku tanpa kekangan, dan aku masih tahu batasan untuk itu.

Gimana nih, ada yang punya pengalaman yang sama nggak? Kalian tim betah di kos apa tim homesick nih?

Jangan khawatir, jangan takut hidup sendiri, peran orang tua memang penting, tetapi sekarang adalah saatnya kamu mandiri, saatnya kamu produktif menciptakan kehidupanmu sendiri. Buat orang tuamu percaya, buat mereka bangga kalau kamu sudah bisa berkembang sesuai dengan kemauanmu sendiri.

Valensia Novita Putri

Biodata Penulis:

Valensia Novita Putri lahir pada tanggal 15 Mei 2005 di Jepara. Saat ini ia aktif sebagai mahasiswa di Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.