Tirtonadi, Saksi Biksu Banyaknya Cucuran Keringat Penuh Amanat

Seperti mahasiswa rantau pada umumnya, pulang kampung merupakan hal yang ditunggu-tunggu saat akhir pekan, terlebih lagi masih dalam ....

Seperti mahasiswa rantau pada umumnya, pulang kampung merupakan hal yang ditunggu-tunggu saat akhir pekan, terlebih lagi masih dalam keadaan mahasiswa baru yang masih dalam bayang-bayang orang tua. Hingga pada akhirnya saya memutuskan untuk pulang kampung menggunakan transportasi umum. Saat itu saya pergi ke Terminal Tirtonadi untuk menaiki bus jurusan Solo-Purwodadi. Saya sempat protes sedikit kepada orang tua saya karena harus menenteng-nenteng koper sendirian.

Tak berapa lama, saya segera mencari bus yang saya cari. Bus itu cukup besar, tetapi memang tidak seperti bus-bus modern lainnya yang sudah dilengkapi pendingin ruangan dan fasilitas-fasilitas lainnya. Tetapi bagi saya itu tidak masalah, karena kemungkinan perjalanan saya sampai ke kampung hanya sekitar dua jam.

Tirtonadi

Setelah menemukan bus yang saya cari, akhirnya saya masuk dan menunggu bus berangkat. Bus seperti ini memang menunggu penumpang dulu, karena tidak menggunakan tiket. Lalu saya melihat ke luar bus dan menyadari bahwa banyak insan manusia sedang menjalankan hidupnya. Bertarung melawan kenyataan hidup yang kadang tidak mengenakan, ada juga yang mengemban tanggung jawab sebagai kepala keluarga ataupun tulang punggung keluarga. Banyak kisah kehidupan yang sedang berjalan di Terminal Tirtonadi, termasuk kehidupan saya.

Lalu tak sengaja pandangan saya terfokus ke arah samping bus. Di sana ada seorang nenek yang duduk di samping bus yang saya naiki. Karena keadaan di dalam bus juga panas, akhirnya saya memutuskan untuk keluar dan duduk di samping nenek itu.

Saya kemudian bertanya kepada nenek yang duduk di samping saya, “Mbah, mau ke mana.”

Nenek itu menjawab bahwa beliau ingin ke Purwodadi, saya pun langsung menanggapi bahwa saya juga ingin ke Puwodadi.

Saya lalu bertanya lagi perihal apa yang dibawa nenek itu. Nenek itu menjawab bahwa di Solo dia menjual buah-buahan dan sayur yang biasanya beliau jual ke pasar, namun karena pembeli sedang sepi, maka beliau harus pulang dengan masih membawa banyak barang dagangan.

Saya langsung merasa bersalah karena protes kepada orang tua saya jika harus membawa koper sendirian, padahal kopernya hanya berukuran kecil, berkali-kali lipat lebih berat dagangan yang dibawa nenek tadi. Saya akhirnya hanya bisa terdiam sambil melihat-lihat keadaan terminal yang sangat ramai.

Ternyata di dunia ini, ada berbagai macam kisah kehidupan. Ada seorang ibu yang menjajakan minuman dingin kepada setiap penumpang bus. Ada seorang bapak yang menjajakan makanan ringan yang ia bawa hanya menggunakan tangan.

Ada segala jenis usia di sana, yang berjuang setiap harinya demi mencari pundi-pundi rupiah yang mungkin hasilnya tak seberapa.

Mereka berjalan di tengah teriknya matahari, dengan keringat yang sesekali disapu dengan tangan sambil tetap berjalan menyusuri ramainya terminal. Mereka sangat bersemangat untuk menjajakan dagangannya ke setiap orang yang mereka temui, apalagi jika ada yang membeli satu atau dua barang yang mereka jual, rasa antusias, semangat, dan pelayanan mereka bahkan sangat terasa positif dan membahagiakan.

Memang benar bahagia setiap orang itu berbeda-beda, begitupun dengan kehidupannya. Hanya di tempat yang tidak seberapa besar, ternyata mampu membuat saya belajar dan mengerti banyak hal yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan oleh saya.

Di dunia ini, berbagai kehidupan sedang berlangsung dan kisahnya berbeda dari satu dan lainnya. Dari banyak kisah yang bisa diamati, saya belajar untuk menjadi manusia yang lebih bersyukur dengan apa yang saya jalani saat ini.

Ada kalanya saya merasa kecil dalam hal materi, itulah saat yang tepat di mana saya harus mampu melihat keadaan sekitar dan kembali berpikir bahwa ternyata apa yang saya miliki saat ini sudah lebih dari cukup. Daripada harus mengeluh, lebih baik bersyukur dan berjuang untuk mendapatkan apa yang saya inginkan.

Ada kalanya di mana saya merasa kecil dalam hal pencapaian, itulah saat yang tepat bagi saya melihat sekitar bahwa orang-orang yang menggapai mimpinya dan berhasil sukses, mereka juga melewati tahapan yang tidak mudah.

Saya belajar bahwa hidup memang harus dipenuhi akan rasa syukur, itu akan membuat semua hal yang kita miliki, kita capai, bahkan hal yang belum kita dapatkan akan terasa indah dan cukup menyenangkan.

Dari Tirtonadi saya menyadari bahwa setiap hidup adalah cerita dan setiap cerita itu berharga. Jadi selalu jalani hidup dengan penuh rasa syukur kepada Tuhan, apapun yang kita sedang jalani sekarang adalah anugerah-Nya yang sangat luar biasa.

Penulis: Nayma Rafika Arum Cahaya

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.