Pratanda
(In memoriam Asneli Lutan)
aku curiga, burung itu menjerijit terus
aku curiga, kelakarku padanya, itu pratanda
ada di antara kita kan dipanggil-Nya
ah, tahyul dari mana pula
begitupun, kalau toh saatnya
ke mana pula berbenteng tidak, katanya
dan, demikianlah ia begitu tiba-tiba tiada
burung patah sayap lindap dari layar angkasa
Sumber: Horison (Juli, 1984)
Analisis Puisi:
Puisi "Pratanda" karya Rayani Sriwidodo adalah sebuah karya yang menggambarkan perasaan curiga dan ketidakpastian dalam menghadapi tanda-tanda yang mungkin menjadi pertanda atau petunjuk akan sesuatu yang akan datang.
Pertanda dan Keprihatinan: Puisi ini dibuka dengan perasaan curiga terhadap tanda-tanda yang disebutkan, seperti burung yang terus menjerit. Ini menciptakan atmosfer ketidakpastian dan keprihatinan yang mengitarinya. Penulis merasa bahwa tanda-tanda ini mungkin memiliki arti yang lebih dalam atau menjadi pertanda akan sesuatu yang akan terjadi.
Tahyul dan Ketidakpastian: Kata "tahyul" merujuk pada kepercayaan pada tanda-tanda atau nasib. Puisi ini mencerminkan ketidakpastian yang mungkin kita alami ketika kita mencoba mencari makna dalam tanda-tanda yang muncul dalam kehidupan kita. Pertanyaan, "tahyul dari mana pula," menunjukkan ketidakjelasan terkait keyakinan atau keyakinan tentang tanda-tanda ini.
Kehadiran dan Kehilangan: Puisi ini menggambarkan perasaan kehadiran yang tiba-tiba dan kehilangan yang tak terduga. Burung yang terus menjerit mungkin dianggap sebagai simbol kehadiran atau tanda, tetapi kemudian burung itu tiba-tiba menghilang ("burung patah sayap lindap") seperti sebuah tanda yang tidak lengkap atau tertunda dalam memberikan petunjuk.
Pesan Tersembunyi: Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan pesan-pesan tersembunyi dalam kehidupan sehari-hari. Tanda-tanda kecil atau kejadian yang tidak biasa mungkin memiliki makna yang lebih dalam jika kita melihatnya dengan cermat.
Secara keseluruhan, puisi "Pratanda" karya Rayani Sriwidodo adalah karya yang menggambarkan ketidakpastian, ketidakjelasan, dan perasaan curiga dalam menghadapi tanda-tanda dalam kehidupan. Ini mengingatkan kita untuk tetap terbuka terhadap pesan-pesan yang mungkin tersembunyi dalam setiap kejadian, meskipun kadang-kadang maknanya mungkin tidak langsung jelas.
Puisi: Pratanda
Karya: Rayani Sriwidodo
Biodata Rayani Sriwidodo:
- Rayani Lubis lahir di Kotanopan, Tapanuli Selatan, pada tanggal 6 November 1946.
- Rayani Lubis meniadakan marga di belakang nama setelah menikah dengan pelukis Sriwidodo pada tahun 1969 dan menambahkan nama suaminya di belakang namanya sehingga menjadi Rayani Sriwidodo.