Puisi: Pada Suatu Waktu (Karya Suminto A. Sayuti)

Puisi "Pada Suatu Waktu" karya Suminto A. Sayuti penuh dengan simbolisme, perasaan keterpukauan, dan pemikiran tentang kehidupan dan waktu.
Pada Suatu Waktu
- in memoriam Mas Kunto


Lalu gugur daun
Kita terperangah. Dalam hati ngungun
Cuaca berubah. Dalam dingin embun
Ada yang bergegas ke semak rimbun

Kita tak harus menyeka airmata
Biarlah mata kita bersih dan bercahaya
Seperti janji yang pernah terucap
Ketika jajar bilangan belum lagi genap
Pada saatnya kita pun akan segera berangkat
Seperti sudah ditulis dalam surat-surat
Yang kubaca, yang ditulis berabad-abad
Seperti sudah kautulis dalam sajak-sajak
Kapan saatnya segala akan segara beranjak

Ada yang bergegas ke semak rimbun
Bersama gugur daun: Ma’rifat Daun, Daun Ma’rifat
Seperti sajak yang kautuliskan, seikat demi seikat
Dulu seabad yang lalu
Suluk Awang-Uwung kembali kumandang
Dalam irama Ketawang
Menghantar kepergian dan kepulangan
: Selamat jalan!

Yogyakarta, Maret 2005

Sumber: Bangsal Sri Manganti (2013)

Analisis Puisi:
Puisi "Pada Suatu Waktu" karya Suminto A. Sayuti adalah sebuah karya yang penuh dengan simbolisme dan pemikiran mendalam tentang perjalanan hidup manusia. Dalam puisi ini, penulis menggunakan gambaran alam untuk menciptakan perasaan keterpukauan dan keajaiban terhadap kehidupan.

Gugur Daun dan Perubahan Cuaca: Puisi ini dimulai dengan gambaran tentang daun yang gugur dan perubahan cuaca. Gugur daun sering kali dianggap sebagai simbol musim gugur yang merupakan masa perubahan dan penurunan. Perubahan cuaca mencerminkan perubahan dalam hidup dan suasana hati.

Perasaan Terperangah dan Ngungun: Kata-kata "Kita terperangah. Dalam hati ngungun" menggambarkan perasaan kagum dan kebingungan ketika menghadapi perubahan dan misteri dalam hidup. Ini menciptakan perasaan keheranan yang mendalam.

Airmata yang Tidak Perlu Diseka: Penulis mengatakan bahwa kita tidak harus menyeka airmata. Ini bisa diartikan sebagai penerimaan terhadap emosi dan perasaan yang alami dalam kehidupan, dan bahwa perasaan itu sendiri adalah bagian penting dari pengalaman manusia.

Janji dan Ketetapan Waktu: Puisi ini mengandung elemen-elemen waktu, seperti "Pada saatnya" dan "Kapan saatnya." Ini mengacu pada ketetapan waktu dalam hidup dan nasib seseorang, bahwa setiap hal terjadi pada waktu yang telah ditentukan.

Ma'rifat Daun dan Sajak: Kata "Ma'rifat Daun, Daun Ma'rifat" dapat diartikan sebagai pemahaman atau pengetahuan yang mendalam tentang kehidupan dan pengalaman manusia. Sajak yang kautuliskan juga menjadi simbol pengetahuan ini.

Suluk Awang-Uwung dan Ketawang: Suluk Awang-Uwung dan Ketawang adalah bagian dari tradisi musik Jawa yang digunakan dalam acara keagamaan. Dalam konteks puisi ini, mereka menggambarkan perjalanan spiritual atau pengalaman keagamaan yang mengiringi perjalanan hidup.

Selamat Jalan: Puisi ini diakhiri dengan kata-kata "Selamat jalan!" yang dapat diartikan sebagai perpisahan atau akhir dari suatu fase dalam kehidupan.

Puisi "Pada Suatu Waktu" adalah sebuah karya yang penuh dengan simbolisme, perasaan keterpukauan, dan pemikiran tentang kehidupan dan waktu. Ini mengundang pembaca untuk merenungkan perjalanan hidup dan pengalamannya sendiri dalam konteks alam semesta yang terus berubah.

Suminto A. Sayuti
Puisi: Pada Suatu Waktu
Karya: Suminto A. Sayuti

Biodata Suminto A. Sayuti:
  • Prof. Dr. Suminto A. Sayuti lahir pada tanggal 26 Oktober 1956 di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.