Mambu Amis
Kamare aku mambu amis
Akeh getih pating clecek neng obin
Dibusek atik sikil lan banyu teles
Lemute akeh gadine kepites
Lagi bengi wayah atis
Dadi awake drodog turu neng obin
Brebes, 27 September 2023
Catatan:
Puisi ini terhimpun di bawah judul besar: Kumpulan Puisi Brebes Tegalan Karya Kang Thohir.
Analisis Puisi:
Puisi "Mambu Amis" karya Kang Thohir adalah karya puisi berbahasa Jawa yang menggambarkan suasana yang sederhana namun penuh makna.
Bahasa Jawa: Puisi ini ditulis dalam bahasa Jawa, memberikan nuansa khas budaya Jawa. Bahasa ini sering digunakan dalam karya-karya sastra Kang Thohir.
Tema Kemalaman dan Kehidupan Sehari-hari: Puisi ini menggambarkan suasana malam yang tenang dan sepi. Ada sentuhan kemalaman dalam deskripsi suasana yang suram. Puisi ini menyoroti bagian sederhana dari kehidupan sehari-hari yang mungkin sering terabaikan atau dianggap sepele oleh orang lain.
Gambaran Visual: Penyair dengan cermat menggambarkan detail sekitar, seperti "getih pating clecek neng obin" (kayu-kayu yang rusak di teras). Ini memberikan gambaran visual yang kuat kepada pembaca.
Nuansa Kemalaman: Meskipun suasana yang digambarkan dalam puisi ini adalah malam yang suram, itu tidak diisi dengan kegelapan yang menakutkan. Alih-alih, suasana ini menggambarkan ketenangan dan kemalaman yang mengundang renungan.
Penggunaan Bahasa yang Khas: Penggunaan bahasa Jawa yang khas dan deskripsi yang rinci menciptakan atmosfer unik yang mengangkat unsur-unsur kehidupan sehari-hari.
Puisi "Mambu Amis" menghadirkan gambaran malam yang tenang dan suasana sederhana yang membuat pembaca merenungkan tentang kehidupan sehari-hari yang sering kali diabaikan. Meskipun sederhana dalam tema dan deskripsinya, puisi ini membawa makna mendalam tentang keindahan dalam kehidupan yang sederhana.
Karya: Kang Thohir
Biodata Kang Thohir:
- Kang Thohir merupakan nama pena dari Muhammad Thohir/Tahir (biasa disapa Mas Tair). Ia lahir di Brebes, Jawa Tengah.
- Kang Thohir suka menulis sejak duduk di bangku kelas empat SD sampai masuk ke Pondok Pesantren. Ia menulis puisi, cerpen dan lain sebagainya.