Puisi: Kita pun Sampai (Karya Suminto A. Sayuti)

Puisi "Kita pun Sampai" karya Suminto A. Sayuti menggambarkan perjalanan hidup, cinta, dan kematian melalui berbagai gambaran alam, budaya, dan ....
Kita pun Sampai

Kita pun sampai. Ketika salam rembulan menyapa pantai
Ketika salam rembulan menggandeng kelam. Menjadi
                suluk ki dalang
Dengan iringan gending-gending kehidupan. Dalam irama
                maskumambang
Juga eling-eling kasmaran. Sorga pun sampai ketika talu,
                ketika tayungan
Lalu tancep kayon. Dan kita pun wayang di bawah
                blencong kehidupan
Mencabut diri dari simpingan. Kanan dan kiri yang
                berkelindan
Sorga pun sampai ketika salam pun rembulan

Yogyakarta, 2012

Sumber: Bangsal Sri Manganti (2013)

Analisis Puisi:

Puisi "Kita pun Sampai" karya Suminto A. Sayuti adalah karya sastra yang penuh dengan makna dan simbolisme. Puisi ini menggambarkan perjalanan hidup, cinta, dan kematian melalui berbagai gambaran alam, budaya, dan seni tradisional.

Simbolisme Rembulan: Rembulan dalam puisi ini digunakan sebagai simbol perubahan dan transformasi. Salam rembulan yang menyapa pantai menciptakan perasaan perubahan dalam suasana, mencerminkan perjalanan hidup yang terus berubah.

Ki Dalang dan Suluk: Ki dalang adalah tokoh dalam wayang kulit Jawa yang mengendalikan karakter dalam cerita wayang. Suluk adalah doa-doa mistik yang digunakan dalam budaya Jawa. Referensi ini menghadirkan unsur budaya Jawa dalam puisi dan menciptakan atmosfer keagamaan dan spiritual.

Irama Maskumambang: Maskumambang adalah bentuk puisi Jawa yang terkenal karena keindahan bahasanya. Penggunaan istilah ini dalam puisi menciptakan citra keindahan dan harmoni dalam hidup.

Eling-Eling Kasmaran: "Eling-eling kasmaran" adalah frase yang mengacu pada ingatan atau kenangan cinta. Dalam konteks puisi ini, itu mengingatkan pembaca akan pentingnya kenangan dalam hidup, termasuk kenangan cinta.

Talu, Tayungan, dan Kayon: Ketiga istilah ini adalah unsur-unsur dalam budaya Jawa yang berkaitan dengan peringatan kematian dan upacara pemakaman. Mereka menciptakan citra kematian dan peralihan ke dunia berikutnya.

Wayang di Bawah Blencong: Blencong adalah sebuah lampu minyak yang digunakan dalam upacara keagamaan di Jawa. Menggunakan istilah ini menghubungkan kisah puisi dengan unsur agama dan persembahan.

Sorga sampai: Penggunaan "Sorga pun sampai" adalah penyataan bahwa akhirnya semua perjalanan dan perubahan dalam hidup akan mencapai akhir yang baik, seperti mencapai surga.

Puisi "Kita pun Sampai" adalah karya sastra yang kaya akan makna dan simbolisme. Ini menggambarkan perjalanan hidup dan perubahan dengan menggunakan elemen-elemen budaya dan tradisi Jawa. Puisi ini menciptakan suasana yang mendalam dan penuh makna, mengundang pembaca untuk merenungkan arti hidup dan akhirnya mencapai kedamaian.


Suminto A. Sayuti
Puisi: Kita pun Sampai
Karya: Suminto A. Sayuti

Biodata Suminto A. Sayuti:
  • Prof. Dr. Suminto A. Sayuti lahir pada tanggal 26 Oktober 1956 di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.