Puisi: Kidung Pengantin (Karya Suminto A. Sayuti)

Puisi "Kidung Pengantin" menggambarkan momen indah ketika dua jiwa bersatu dalam ikatan perkawinan.
Kidung Pengantin
- Sekar


harap dan damba yang kita tuju
ibarat terbukanya pintu yang selalu rapat tertutup
kecuali kerna angin senja
bersama gugur daun dan suara-suara ngungun
bersama pecahnya suasana
Kinanthi larikan pertama: Nalikane
Semua sahabat melempar ucap
"semoga tumbuh subur daun-daun cinta beranting setia"

Ada sepasang merpati dari arah Timur
mengirim seuntai bebungaan
harumnya tersebar ke segenap penjuru
ada sepasang kupu dari bumi Utara
mengirim sekeranjang dedaunan
rimbunnya menaungi raga
dua jiwa ditalikan benang kehidupan
menuju arah yang entah
ketika kedua mata kita pejam
ditimbang keluar masuknya nafas meruah

Pakem, 9-10 Juli 2005

Sumber: Bangsal Sri Manganti (2013)

Analisis Puisi:
Puisi "Kidung Pengantin" adalah sebuah karya yang merayakan pernikahan dan menggambarkan momen indah ketika dua jiwa bersatu dalam ikatan perkawinan.

Simbolisme Pintu Terbuka: Puisi ini dimulai dengan gambaran pintu yang selalu tertutup dan hanya terbuka saat angin senja datang. Ini bisa diartikan sebagai perbandingan dengan hati yang awalnya tertutup untuk cinta, tetapi kemudian terbuka oleh kedatangan cinta sejati.

Gugur Daun dan Suara-Suara Ngungun: Ini adalah gambaran alam yang menyatu dengan perayaan pernikahan. Gugur daun menciptakan suasana musim gugur yang melambangkan perubahan dan pergantian, sementara suara-suara ngungun mungkin menggambarkan suara-suara perayaan.

Kinanthi Larikan Pertama: "Kinanthi" adalah jenis syair atau sajak dalam tradisi Jawa. Di sini, "Kinanthi larikan pertama" mungkin merujuk pada awal perjalanan cinta yang diungkapkan dalam syair. Pesan dari sahabat-sahabat adalah harapan agar cinta mereka tumbuh subur dan beranting setia.

Simbolisme Merpati dan Kupu-Kupu: Sepasang merpati dari Timur dan sepasang kupu-kupu dari Utara adalah simbol keindahan alam dan keberuntungan. Mereka mengirimkan bunga dan dedaunan, yang melambangkan kemakmuran dan berkah dalam pernikahan.

Benang Kehidupan: Ini adalah simbolik dari dua jiwa yang dihubungkan oleh benang kehidupan melalui ikatan perkawinan. Pada saat mata mereka pejam, benang kehidupan mereka telah terjalin.

Nafas Meruah: Mengakhiri puisi dengan "ditimbang keluar masuknya nafas meruah" menggambarkan kedalaman dan intensitas hubungan cinta. Nafas meruah bisa diartikan sebagai kehidupan yang terus bergerak, dan dalam konteks pernikahan, kedua jiwa saling bernapas dan hidup bersama.

Puisi ini adalah sebuah penggambaran indah tentang cinta, pernikahan, dan kesatuan jiwa. Dengan menggunakan gambaran alam dan simbolisme, Suminto A. Sayuti menciptakan sebuah karya yang merayakan momen penting dalam kehidupan manusia.

Suminto A. Sayuti
Puisi: Kidung Pengantin
Karya: Suminto A. Sayuti

Biodata Suminto A. Sayuti:
  • Prof. Dr. Suminto A. Sayuti lahir pada tanggal 26 Oktober 1956 di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.