Puisi: Aku Ingin Selfi di Surga (Karya Melki Deni)

Puisi "Aku Ingin Selfi di Surga" karya Melki Deni mengangkat tema yang kompleks, yaitu hubungan antara teknologi, agama, dan eksistensialisme.
Aku Ingin Selfi di Surga


Pada malam yang tenang kusaksikan sahabatku dipanggil Tuhan ke surga.
Ia bilang: sabar sebentar, Tuhan. Aku ingin ambil Ponsel Pintar di kamar sebelah. Aku ingin selfi bersama para malaikat, orang-orang kudus, dan para leluhurku di surga. Aku juga ingin memotret keindahan surga, kengerian neraka, dan merekam nyanyian para malaikat.
Tuhan minta dia jangan lupa bawa uang supaya tidak lapar di tengah perjalanan. Tetapi ia menjawab; uang ada di dalam Ponsel Pintar ini, Tuhan. Di dalam Ponsel Pintar ini ada Kitab Suci, perpustakaan, kehidupan dunia yang diperkecilkan, termasuk Mastercard, visa dll. Oh iya, di dalamnya juga ada Google Maps, supaya kita tidak sesat dalam perjalanan menuju ke surga. Tuhan tahu Google Maps, Mastercard, visa, dll yang terbaru itu?
Tetapi Tuhan menjawab: kamu tidak perlu bawa Ponsel Pintar karena tidak ada arus di lubang kubur. Kubur adalah gerbang utama perjalanan menuju surga. Semuanya kamu dapat di surga nanti.
Tetapi, Tuhan, kata sahabatku.
Sesungguhnya tidak ada tetapi… bagi kerajaan surga, jawab Tuhan. Lalu Tuhan menarik nafas kehidupan sahabatku, dan tiba-tiba menjadi kaku.


Plaza de Toros, Madrid, 23 Oktober 2023

Analisis Puisi:
Puisi "Aku Ingin Selfi di Surga" karya Melki Deni mengangkat tema yang kompleks, yaitu hubungan antara teknologi, agama, dan eksistensialisme. Puisi ini menciptakan narasi yang unik tentang seseorang yang hendak "selfi" atau mengambil foto diri sendiri di surga.

Teknologi dan Spiritualitas: Puisi ini membahas konsep modern tentang penggunaan teknologi dalam konteks spiritualitas. Selfi adalah tindakan yang sangat terkait dengan teknologi dan sosial media, dan di sini, itu diterapkan dalam situasi surgawi. Puisi ini mempertanyakan apakah teknologi dapat membawa kita lebih dekat kepada pengalaman spiritual atau justru menjauhkan kita darinya.

Kehidupan dan Kematian: Puisi ini mengeksplorasi tema kematian dan kehidupan setelahnya. Ketika sahabat ingin selfi di surga, Tuhan mengingatkannya bahwa teknologi dan materi dunia tidak diperlukan lagi di kehidupan setelah mati. Hal ini menimbulkan pertanyaan mendalam tentang makna kematian dan apa yang terjadi setelahnya.

Perbandingan Teknologi Modern dan Keajaiban Surga: Puisi ini secara implisit membandingkan kemampuan teknologi modern, seperti ponsel pintar, Google Maps, dan perbankan, dengan keajaiban surga. Dalam konteks surga, teknologi menjadi tak relevan, menggambarkan perbedaan antara dunia materi dan dunia spiritual.

Tantangan Terhadap Nilai-Nilai Materi: Puisi ini mencerminkan sikap yang mengkritik terhadap kecenderungan manusia yang semakin materi dan teknologi. Penggambaran Tuhan yang menolak permintaan sahabat untuk membawa ponsel pintar dan uang ke surga menyiratkan nilai-nilai spiritual yang lebih penting daripada harta benda dunia.

Puisi "Aku Ingin Selfi di Surga" adalah sebuah karya sastra yang unik yang menggabungkan unsur teknologi, agama, dan eksistensialisme. Puisi ini memancing pembaca untuk merenungkan hubungan antara teknologi modern dan nilai-nilai spiritual serta pertanyaan tentang kematian, kehidupan setelahnya, dan makna eksistensi manusia.

Puisi Melki Deni
Puisi: Aku Ingin Selfi di Surga
Karya: Melki Deni

Biodata Melki Deni:
  • Melki Deni adalah mahasiswa STFK Ledalero, Maumere, Flores, NTT.
  • Melki Deni menjuarai beberapa lomba penulisan karya sastra, musikalisasi puisi, dan sayembara karya ilmiah baik lokal maupun tingkat nasional.
  • Buku Antologi Puisi pertamanya berjudul TikTok. Aku Tidak Klik Maka Aku Paceklik (Yogyakarta: Moya Zam Zam, 2022).
  • Saat ini ia tinggal di Madrid, Spanyol.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.