Pengen Cepat-Cepat Dewasa? Emang Udah Siap?

Fase dewasa bukan ditentukan dengan umur atau sudah bekerja saja, akan tetapi itu adalah proses di mana kita sudah sadar dengan tujuan hidup kita, ...

Teringat sekali dulu ketika aku masih kecil dan masih asyik bermain-main dengan teman-teman tiba-tiba Ibu menyuruhku untuk pulang dan belajar. Jujur aku kesal sekali waktu itu, belum lagi ketika aku ingin sesuatu dan meminta ke orang tua agar dibelikan tapi mereka tidak menurutinya karena alasan tertentu, tambah kesal lagi, bukan?

Apalagi waktu itu kehidupanku tidak terlepas dari peraturan orang tua. Sering sekali akhirnya aku berandai-andai “Coba aja kalo aku dah gede… pasti aku gak bakalan diatur atur, bisa beli apa saja yang aku mau, punya banyak uang, gak sekolah, gak ada PR,….” Pokoknya setiap berandai jadi orang dewasa selalu dipikir hal-hal yang enak saja.

Akan tetapi semakin berjalannya waktu, semakin bertambahnya umur, serta pengalaman-pengalaman hidup yang aku lihat dan aku rasakan selama ini menyadarkanku bahwa untuk menjadi dewasa tidak selamanya sesuai dengan yang kita ekspektasikan dulu.

Fase dewasa bukan ditentukan dengan umur atau sudah bekerja saja, akan tetapi dewasa itu adalah proses di mana kita sudah sadar dengan tujuan hidup kita, sadar dengan segala tanggung jawab kita, sudah mampu untuk mengendalikan diri kita, kita dapat menerima setiap kegagalan itulah yang disebut dewasa.

Butuh banyak proses dan banyak hal yang harus dijalani. Menjadi dewasa juga harus bisa untuk mengenali diri sendiri, mengkualitaskan diri, dan dapat membedakan mana yang baik dan buruk untuk diri kita dan orang lain.

Aku yakin, banyak dari kita yang tahu lirik lagu Idgitaf “Takut tambah dewasa….takut aku kecewa….takut tak seperti yang kukira”.

Entah kenapa ketika pertama kali aku mendengarkan lirik itu seketika aku merasa ingin rasanya kembali ke masa kanak-kanak, masa yang mana kita tak pernah berpikir sebelum bertindak, masa yang mana kita selalu mengadu ke orang tua ketika ada masalah, masa yang mana kita menikmati masa bermain. Akan tetapi, semua itu sudah berlalu dan hanya tinggallah kenangan.

Di mana di umurku yang sekarang waktu seolah-olah menuntutku yang awalnya semuanya harus dengan orang tua, sekarang secara bertahap harus bisa untuk mengatasi semuanya sendiri. Harus bisa untuk bertanggung jawab dengan segala yang dilakukan, sudah mulai berpikir bahwa seiring aku tumbuh orang tuaku sudah mulai tua dan tak akan mungkin seperti dulu lagi, serta tidak selamanya aku akan selalu bersama mereka, dan sircle pertemanan yang semakin lama semakin mengecil dan sedikit.

Haaaah….. rasanya cepat sekali waktu berjalan. Ingin rasanya kuputar waktu untuk bisa kembali seperti dulu, tapi semua itu tidaklah mungkin.

Pengen Cepat-Cepat Dewasa

Tak terasa sekarang aku sudah mahasiswa, masa dimana aku harus benar-benar bisa menjalani dan mengatasi hari-hari ku sendiri. Walaupun dahulu aku sempat menempuh pendidikan di pesantren, tetapi entah mengapa ketika aku mulai memasuki kamar kostku seketika aku kembali bernostalgia 6 tahun yang lalu masa di mana aku hari pertama menjadi santri. Aku merasa bahwa masa kostku terasa lebih berat daripada masa-masaku ketika di pesantren. Terasa sangat berbeda dan benar-benar sendiri.

Di masa 'ku yang sekarang aku harus bisa membagi waktuku dengan baik, harus bisa memilih mana yang harus diprioritaskan, harus bisa merelakan sebuah keinginan demi memenuhi kebutuhan mengingat uang bulanan yang bagaimana caranya harus cukup untuk sebulan. Seketika anganku yang dulunya beranggapan bahwa enaknya menjadi orang dewasa adalah memiliki uang sendiri dan bisa membeli sana sini seketika terpatahkan. Jatah masih dari orang tua saja terkadang kita sudah ketar-ketir kalau tidak cukup, bagaimana nanti ketika kita sudah memiliki penghasilan sendiri?

Dan di masa ini pula aku tersadar akan semua yang orang tua lakukan untukku. Orang tua dulu memasukkanku ke pesantren agar kelak aku bisa beradaptasi dengan orang-orang sekitar dan tentunya aku tidak merasa home-sick ketika di kost, orang tua jarang memberiku uang saku agar aku tidak menjadi orang yang boros dan banyak hal lagi yang orang tuaku lakukan dan aku rasakan manfaatnya sekarang.

Untuk menjadi dewasa tidaklah mudah. Menginjakkan kaki sendiri dengan segudang ekspektasi dan tanggung jawab sangatlah berat. Banyak resiko yang harus dihadapi, banyak masalah yang harus diselesaikan, banyak lika-liku yang harus kita luruskan, serta banyak kegagalan yang harus kita perbaiki. Siapa lagi kalau bukan diri kita yang menjalankannya untuk tetap bisa terus berjuang?

Aku tak bermaksud untuk menakut-nakuti atau menambah beban pikiran. Aku hanya ingin agar kita bisa menjadi seseorang yang bertanggung jawab, selalu bersyukur dengan segala hal yang dijalani dan didapatkan, tidak selalu menganggap enteng fase kehidupan orang lain.

Kita harus selalu yakin bahwa setiap fase pertumbuhan kita akan selalu ada masa terindahnya. Akan selau ada masa di mana kita menyatakan bahwa fase kita itu seru dan menyenangkan. Akan tetapi kita juga harus selalu siap sedia dengan setiap kenyataan kurang menyenangkan di fase pertumbuhan kita.

Menjadi dewasa itu adalah rasa menerima semua yang sudah digariskan tuhan untuk kita. Selalu merasa yakin bahwa semua ini adalah yang terbaik untuk diri kita. Selalu mengapresiasi untuk setiap keberhasilan dan kebahagiaan kecil dalam hidup kita, karena setiap kesulitan dan kebahagiaan yang kita jalani akan selalu ada pelajaran yang harus kita hargai untuk perbaikan langkah kita selanjutnya. Jadi, sudah siapkah menjadi seorang dewasa?

Biodata Penulis:

Avanza Marsha Andara Sabillah lahir pada tanggal 15 Maret 2005 dPati.

© Sepenuhnya. All rights reserved.