TikTok Shop sudah ditutup, tapi pedagang Pasar Tanah Abang belum merasakan manfaatnya. Bahkan, ada yang berharap pemerintah menutup juga e-commerce lain seperti Shopee dan Lazada.
Pasar Tanah Abang adalah salah satu pusat perdagangan tekstil terbesar di Indonesia. Namun, sejak pandemi Covid-19 dan munculnya e-commerce, pasar ini mengalami penurunan pengunjung dan omzet. Banyak pedagang yang kesulitan bersaing dengan harga dan pelayanan yang ditawarkan oleh platform online.
Dalam era globalisasi dan kemajuan teknologi informasi, dunia perdagangan telah mengalami transformasi yang signifikan. Perubahan tersebut tidak hanya melibatkan metode konvensional, tetapi juga integrasi teknologi dalam berbagai aspek bisnis.
Salah satu perubahan utama yang muncul adalah pertumbuhan pesat e-commerce. Namun, fenomena ini tidak selalu diterima dengan sukacita oleh semua pihak, terutama oleh pedagang offline.
Beberapa pedagang offline telah mengutarakan keinginan mereka untuk menutup semua e-commerce. Alasan di balik permintaan ini bervariasi, tetapi secara umum terkait dengan tantangan yang mereka hadapi sebagai pedagang konvensional.
1. Kesenjangan Persaingan
Salah satu alasan utama di balik permintaan pedagang offline untuk menutup semua e-commerce adalah kesenjangan persaingan yang mereka hadapi.
Pedagang offline seringkali merasa kalah bersaing dengan e-commerce dalam hal harga, kenyamanan berbelanja, dan aksesibilitas.
Diskon besar dan penawaran khusus yang ditawarkan oleh platform e-commerce seringkali sulit untuk ditandingi oleh pedagang konvensional.
2. Biaya Operasional yang Meningkat
Pedagang offline juga menghadapi tekanan dari biaya operasional yang meningkat. Mereka harus menanggung biaya sewa tempat usaha, gaji karyawan, utilitas, dan biaya operasional lainnya.
Sementara itu, e-commerce seringkali dapat mengurangi biaya operasional dengan menghindari biaya overhead fisik yang tinggi. Hal ini membuat pedagang offline merasa semakin sulit untuk bersaing.
3. Keterbatasan Teknologi dan Pengetahuan Digital
Beberapa pedagang offline, terutama yang sudah lama beroperasi, mungkin menghadapi kesulitan dalam mengadopsi teknologi dan memahami platform e-commerce.
Kurangnya pemahaman tentang tren digital dan keengganan untuk beradaptasi dengan perubahan dapat membatasi kemampuan pedagang offline dalam memanfaatkan potensi e-commerce.
4. Dampak terhadap Pekerjaan Lokal
Permintaan penutupan e-commerce juga mungkin muncul sebagai respons terhadap dampak sosial ekonomi yang dirasakan oleh pedagang lokal.
Dengan pertumbuhan e-commerce, sebagian besar konsumen cenderung beralih dari pembelian di toko fisik ke belanja online.
Hal ini dapat berdampak negatif pada ekonomi lokal, dengan menurunnya penjualan di toko-toko fisik dan penurunan permintaan akan pekerjaan di sektor ritel lokal.
***
Untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan langkah-langkah yang terencana dan komprehensif. Bantuan pemerintah dalam bentuk insentif dan pelatihan untuk meningkatkan literasi digital pedagang offline dapat membantu mereka beradaptasi dengan perubahan zaman.
Selain itu, kolaborasi antara pedagang offline dan platform e-commerce untuk mengembangkan kemitraan strategis juga dapat menciptakan kesempatan baru bagi kedua belah pihak.
Meskipun permintaan untuk menutup semua e-commerce mungkin tidak realistis, pedagang offline membutuhkan dukungan yang signifikan untuk menghadapi tantangan yang dihadapi mereka.
Mengintegrasikan strategi pemasaran digital, meningkatkan keterampilan digital, dan menerapkan model bisnis hybrid yang menggabungkan aspek online dan offline dapat menjadi kunci untuk bertahan dan berkembang dalam lingkungan perdagangan yang semakin terhubung ini.
Dengan pendekatan yang tepat, pedagang offline dapat menemukan ruang untuk berinovasi dan bersaing dengan sukses di era digital ini.
Biodata Penulis:
Aisyah Rahmawati lahir pada tanggal 19 November 2004.