Tren online-thrifting sudah menjadi salah satu kebiasaan dari banyak orang. Dengan menggunakan alasan seperti harga yang terjangkau, mudah untuk diakses, bahkan sebagai upaya untuk menjadi seseorang yang lebih eco-friendly, banyak orang menjadi lebih sering ikut dalam kegiatan online-thrifting.
Dalam 1 lustrum belakangan ini, perkembangan e-commerce di Indonesia memuncak dengan begitu pesat. Perkembangan e-commerce tentunya dapat mempengaruhi seberapa sering transaksi jual-beli online terjadi.
Akan tetapi, perlu diketahui bahwa transaksi jual-beli online tidak hanya berkembang seiring perkembangan e-commerce di Indonesia, tetapi juga seiring perkembangan sosial media.
Terlepas dari penggunaan e-commerce populer seperti Tokopedia, Shopee, Lazada, dsb. yang terpercaya, beberapa orang juga melakukan transaksi jual-beli menggunakan media sosial seperti Instagram, Twitter, dan sebagainya.
Salah satu contoh atau bagian dari belanja online adalah online-thrifting. Online-thrifting merupakan transaksi jual-beli barang bekas secara online, entah barang tersebut benar-benar barang bekas, atau sekedar berlabel “thrift” untuk mengikuti tren.
Online-thrifting ini memiliki banyak kelebihan, seperti harganya yang terjangkau, mudah untuk diakses, serta eco-friendly.
sumber gambar: Pixabay |
Barang yang sudah dipakai atau barang bekas cenderung memiliki harga yang lebih murah. Selain itu, toko thrift biasanya mengadakan clearance sale, yang dapat memotong harga barang menjadi jauh lebih murah.
Online-thrifting juga mudah untuk dilakukan karena sistemnya yang bersifat online. Hal ini dapat memudahkan pelanggan, karena mereka tidak perlu pergi ke luar rumah atau mengeluarkan tenaga lebih untuk mencari barang yang mereka inginkan.
Pelanggan hanya perlu memesan, lalu menunggu barang untuk sampai ke rumah mereka. Belanja online juga biasanya menawarkan lebih banyak pilihan atau ragam barang, yang mana dapat membantu kita untuk menemukan barang yang diinginkan dengan lebih mudah.
Selain itu, menggunakan barang bekas merupakan salah satu contoh partisipasi dari gerakan Reuse dalam metode 3R, yang tentunya merupakan salah satu metode pendekatan prinsip eco-friendly.
Mengetahui bahwa penerapan kebiasaan eco-friendly atau ramah terhadap lingkungan sedang memasuki masa populernya, banyak kalangan ─ khususnya kaum muda ─ yang membeli barang bekas dengan alasan tersebut.
Tetapi, terlepas dari beberapa kelebihannya, online-thrifting juga dapat menormalisasikan perilaku konsumtif. Bahkan, perilaku konsumtif ini justru terlahir dari kelebihan-kelebihan tersebut.
Sebagai contoh, saya sendiri merupakan orang yang senang berbelanja barang, khususnya pakaian. Karena budget yang terbatas, saya biasanya menargetkan barang yang lebih murah, yang mana dapat ditemukan pada toko-toko thrift online maupun offline. Tetapi, karena toko thrift online lebih mudah untuk diakses dan menawarkan lebih banyak pilihan, saya lebih sering membeli pakaian thrift secara online.
Berdasarkan pengalaman saya, memang benar, bahwa barang thrift itu lebih murah. Tetapi karena barang tersebut memiliki harga yang murah, saya biasanya membeli barang tersebut dengan kuantitas yang cukup banyak.
Pembelian yang dilakukan secara online juga menaikkan kemungkinan saya untuk membeli barang yang tidak begitu dibutuhkan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya pilihan barang yang mempermudah saya untuk menemukan barang yang diinginkan.
Saya sendiri tidak menggunakan prinsip eco-friendly sebagai alasan untuk melakukan thrifting. Tetapi untuk beberapa orang, hal ini cukup untuk dijadikan alasan mengapa mereka memilih untuk membeli barang thrift dibandingkan barang yang baru. Kebiasaan ini tentunya baik untuk dilakukan, tetapi tetap dalam batasan tertentu.
Barang thrift biasanya berasal dari luar negeri atau impor. Oleh karena itu, apabila barang dibeli dengan kuantitas yang terlalu banyak, industri tekstil dalam negeri bisa terganggu.
Tentunya, beberapa hal tersebut bukan hanya dialami oleh saya seorang, melainkan juga orang lain. Jadi, dapat disimpulkan bahwa online-thrifting memang memiliki keunggulan tersendiri, tetapi apabila dilakukan secara berlebihan, keunggulan ini dapat menimbulkan kerugian, seperti timbulnya perilaku konsumtif yang memancing pemborosan.
Biodata Penulis:
Aidil Tegar Ramadhani lahir pada tanggal 2 November 2004.