Middle-Child Syndrome atau Sindrom Anak Tengah merupakan istilah yang akhir-akhir ini sedang populer. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan kondisi psikologis anak tengah yang disebut sering merasa terkucilkan dan terabaikan di dalam keluarga, karena urutan kelahirannya.
Nah, benarkah urutan kelahiran memengaruhi tumbuh kembang seorang anak?
Istilah Middle-Child Syndrome muncul karena adanya teori dari seorang psikolog bernama Alfred Adler. Beliau memaparkan bahwa urutan kelahiran dan jumlah saudara kandung dapat memengaruhi perkembangan psikologis, kepribadian, dan potensi seorang anak. Middle-Child Syndrome itu sendiri lebih banyak terjadi pada anak tengah dalam tiga bersaudara.
Karakteristik Anak yang Mengalami Middle-Child Syndrome
Ada beberapa karakteristik seorang anak tengah yang diyakini telah mengalami Middle-Child Syndrome, yakni:
1. Sensitif dan Pendiam
Anak tengah yang mengalami Middle-Child Syndrome cenderung lebih pendiam dari saudaranya yang lain. Mereka biasanya menjadi pendiam dan tidak banyak buka suara bukan berarti mereka pemalu, tapi mereka sering kali tidak didengar oleh saudaranya bahkan orang tuanya sendiri. Jadi mereka berasumsi lebih baik tidak bersuara.
Hal ini bisa menjadikan anak tengah lebih sensitif dari kakak dan adiknya. Anak tengah yang mengalami Middle-Child Syndrome dengan karakteristik yang sensitif cenderung memiliki tingkat kepekaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan saudaranya.
2. Merasa Terabaikan
Mereka seringkali merasa diabaikan oleh saudara bahkan orang tua mereka sendiri. Tak jarang di beberapa keluarga, terdapat anak tengah yang harus menerima sikap diskriminatif dari orang tuanya.
Anak tengah yang mengalami Middle-Child Syndrome seringkali tidak mendapatkan perhatian yang setara dengan kakak dan adiknya. Hal ini seringkali menyebabkan mereka merasa dibedakan dan merasa tidak istimewa.
3. Mandiri
Karena mereka jarang didengar dan seringkali merasa diabaikan menjadikan anak tengah lebih mandiri dari adik dan kakaknya. Mereka merasa dapat menyelesaikan masalah mereka sendiri tanpa memerlukan bantuan dari orang lain.
Tentunya hal ini memiliki sisi positif dan negatif. Positifnya mereka jadi memiliki kemampuan problem-solving yang baik, namun dikarenakan selalu menyelesaikan apapun dengan mandiri anak tengah memiliki tingkat stres yang lebih tinggi ketimbang saudara-saudaranya.
4. Merasa Perlu Bersaing dengan Saudaranya
Dengan perhatian yang seringkali dicurahkan pada kakak dan adiknya, anak tengah merasa harus melakukan hal lebih untuk mendapatkan perhatian yang sama dari kedua orang tuanya. Karena mereka selalu dituntut untuk seperti kakaknya bahkan jika bisa lebih, mereka juga harus menjadi contoh yang baik untuk adiknya.
Tanpa sadar sikap orang tua yang seperti itu menciptakan persaingan antara anak tengah dengan saudaranya sendiri.
Anak tengah merasa mereka belum bisa memuaskan ekspektasi kedua orang tuanya, jadi mereka harus melakukan sesuatu yang lebih dari kakak dan adiknya agar orang tuanya terkesan.
5. Menginginkan Keadilan
Anak tengah, memiliki 2 posisi. Di satu sisi dia adalah seorang adik bagi kakaknya, di sisi lain dia menjadi kakak bagi adiknya. Dengan posisi seperti itu menjadikan anak tengah sebagai mediator yang handal dalam setiap situasi.
Hal ini juga membuat anak tengah mudah berbaur dan bersosialisasi. Karena selalu diabaikan, mereka seringkali menginginkan keadilan dalam segala situasi.
Dampak Middle-Child Syndrome
Perlu diketahui dampak dari sindrom ini cukup serius. Anak tengah dengan Middle-Child Syndrome memiliki tingkat stres yang cukup tinggi.
Selain itu, mereka juga menjadi pribadi yang cenderung jauh dari keluarga. Tak jarang merasa dikucilkan oleh keluarganya sendiri karena kebanyakan dari perhatian orang tua hanya diberikan kepada saudara-saudaranya.
Hal ini menyebabkan anak tengah memiliki kondisi psikologis yang mengkhawatirkan. Bisa saja mereka memendam semuanya sendiri dalam jangka waktu yang cukup lama, membuat mereka depresi dan merasa tidak berguna.
Dengan perasaan sering terabaikan, jarang mendapatkan pujian, kurang kasih sayang, jarang didengar, terkucilkan bisa menjadikan anak tengah haus kasih sayang. Saat beranjak dewasa, mereka mungkin saja mengalami krisis identitas dan merasa rendah diri, bahkan haus pujian.
Oleh sebab itu, apa sih yang perlu dilakukan orang tua untuk mencegah hal tersebut?
Nah, berikut beberapa hal yang dapat orang tua lakukan untuk mencegah anak tengah kalian mengalami Middle-Childe Syndrome:
- Berikan apresiasi untuk anak tengah atas pencapaian mereka;
- Biarkan mereka menjadi diri sendiri, jangan dipaksa untuk seperti kakak atau adiknya karena setiap anak itu memiliki sisi spesialnya masing-masing;
- Dengarkan dan hargai apa yang anak tengah ceritakan;
- Berikan perhatian yang setara antara dia dan juga saudara-saudaranya;
- Libatkan pendapat mereka dalam diskusi keluarga;
- Jangan asal mengadili anak tengah tanpa mendengarkan penjelasannya;
- Berikan anak tengah kepercayaan dalam mengambil keputusan bagi dirinya sendiri.
Itulah beberapa hal yang dapat orang tua lakukan untuk mencegah terjadinya Middle-Child Syndrome. Yang penting untuk diingat, setiap anak itu spesial. Entah anak sulung, anak tengah, anak bungsu mereka semua layak mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang setara.
Biarkan setiap anak menjadi dirinya sendiri, jangan dipaksa untuk seperti saudaranya ataupun orang lain. Sebagai orang tua hanya bertugas mengarahkan dan memfasilitasi anak-anaknya. Bukan menentukan mereka harus jadi apa, apalagi sampai memaksa.
Biodata Penulis:
Angelie Maharani lahir pada tanggal 20 Desember 2004 di Karanganyar. Saat ini ia aktif sebagai Mahasiswa Manajemen di Universitas Sebelas Maret, Surakarta.