Siapa sih yang gak kenal Mahasiswa? YTTA chuakss. Mahasiswa merupakan maha dari siswa, yaitu waktu di mana seseorang memasuki lelucon dunia yang sebenarnya. Masa awal yang memaknai sebuah kehidupan di dunia perkuliahan sambil sambat. Itu lho yang sering keluar di fyp nugas kuliah sambil sambat nangis-nangis.
Seperti pengalaman saya ketika menjadi mahasiswa baru di salah satu PTN ternama di Indonesia. Setelah mengikuti serangkaian kegiatan ospek di universitas selama tiga hari dan satu bulan full ospek program studi, saya menyadari bahwa rasa sambat ini berawal dari tumpukan tugas yang sangat padat.
Saya sebagai mahasiswa baru dan anak rantauan terlihat ngang-ngong seketika dipaksa untuk mengerjakan tugas yang di luar ekspektasi. Awal di dunia perkuliahan saya merasa terbebani dengan tumpukan tugas yang ada. Hanya tembok kost yang menjadi saksi ocehan sambat saya. Ternyata setelah ospek pun nugas adalah penyebab berkurangnya jam tidur saya. Seperti mengerjakan laprak, makalah, PPT, membuat artikel, esai yang dikejar deadline. Pengalaman baru dalam hidup saya yang mana tidur 2 jam merupakan hal yang sangat saya syukuri di semester awal ini. Emang boleh nangis sambil sambat kejer?
Memang Iya Sambat Nugas menjadi Kebiasaan?
Fenomena sombat-sambat nugas seperti ini tentunya menjadi hal yang biasa di dunia mahasiswa. Tak kaget jika mahasiswa baru merasakan capeknya hidup yang dibarengi tugas kuliah.
Beberapa faktor yang mungkin mendasari mahasiswa sambat nugas:
1. Kurang Baiknya dalam Memanajemeni Waktu
Memasuki dunia perkuliahan merupakan masa yang melelahkan. Rutinitas harian hanya kuliah, nugas, makan, organisasi, tidur, dan scroll fyp tik-tok atau sosial media lainya.
Dari sinilah kebiasaan hidup itu muncul. Fakta nyata ketika saya scroll tik-tok sampai melupakan tugas yang bertumpukan.
2. Tidak Ada Waktu Bermain
Muncul sikap bosan ketika harus berhadapan dengan tulisan, angka, dan laptop. Sehingga tidak ada waktu bermain yang mana hanya sambat saja meratapi nasib yang membosankan.
3. Tugas Kuliah yang Tak Pernah Berhenti
Hal ini adalah faktor nyata. Lemburan tugas yang setiap malam berdatangan, menjadikan beban tersendiri, terlebih jika tidak memahami materi.
4. Bertemu dengan Kawan yang Tidak Menguntungkan
Dalam konteks ini yang dimaksud adalah kawan yang menjadi beban kelompoknya, tidak bisa diajak kerjasama untuk nugas tetapi hanya menumpang nilai.
Mau Nugas Boleh, Mau Sambat Boleh, Mau Nyerah Tidak Boleh
Seperti kisah saya yang setiap malam overthingking dan menangisi tumpukan tulisan di lembaran kertas putih. Misal hari ini saya sedang mengerjakan tugas kimia dan ilmu lingkungan, di saat itu juga saya terbayang-bayang rekapan tugas yang harus saya kerjakan pada minggu ini, dan memikirkan tugas kemarin apakah sudah sempurna atau mendapat revisian dari dosen.
Stres? Kamu nanya? Kamu bertanya-tanya? Tentu padahal baru semester awal. Apa kabar nanti semester tua? Banyakin istighfar ya teman-teman. Gapapa kok capek nanti ada hikmahnya walaupun sambat dikit ga ngaruh.
Nah, paparan di atas adalah gambaran contoh fenomena yang sedang dan selalu dirasakan oleh mahasiswa pada masanya. Sambat di dunia perkuliahan menjadi hal yang wajar bagi para mahasiswa.
Saya pernah stres karena tugas numpuk. Saya juga tidak memahami. Apa yang saya lakukan? Kamu nanya lagi? Pasti sambat nangis kejer tiap malam. Tentu iya, tetapi saya tetap berusaha semaksimal mungkin.
Jika capek? Istirahatlah. Kuliah emang capek tapi ingat Sob! Capekan orang yang sudah membiayai kuliah! Sambat boleh, menyerah? Tidak boleh!
Biodata Penulis:
Nurul Safitri lahir pada tanggal 16 November 2004 di Banyumas.