Satu bulan sudah saya lalui sebagai anak kos belakang kampus UNS. Tentunya tidak mudah untuk beradaptasi dengan lingkungan baru apalagi dengan cuaca Surakarta yang banyak orang bilang jarak matahari di Solo hanya satu jengkal, ini dikarenakan cuaca di Solo sangatlah panas.
Layaknya anak kos yang menjadi seorang perantauan hari-hari kebingungan memikirkan apa harus dimakan serta tugas-tugas yang berserakan, membentuk jiwa mandiri yang harus mengatur waktunya sendiri. Untungnya, banyak pedagang di belakang kampus UNS yang menyediakan berbagai makanan maupun cemilan pengganjal perut. Seperti di Jalan Surya tempat berbagai cemilan salah satunya yaitu donat dan pancong balap. Sedangkan untuk makanan berat banyak tersedia di Jalan Kartika seperti Nice Spice dan Olive.
Tapi, bagi anak kos yang keuangannya sudah dijatah tidak memungkinkan untuk mengeluarkan uang terus-menerus hanya untuk jajan. Beberapa orang memilih untuk memasak sendiri karena uang yang dikeluarkan pastinya lebih sedikit jika dibanding membeli jajanan atau lauk matang. Apalagi untuk nongkrong di café.
Namun, sesekali kita perlu Me Time atau Quality Time di café atau dimanapun untuk memberi reward diri sendiri atas pencapaian saat ini. Selain itu, Me Time atau Quality Time juga sebagai pengimbang untuk menjaga kesehatan mental anak kos agar tidak melulu memikirkan tugas yang bisa menjadi tekanan.
Membahas mental tidak hanya sekedar mencari suasana lain tetapi juga dengan memperkuat iman seperti beribadah. Rajin beribadah di kos menjadi hal penting untuk tuntunan hidup dan motivasi agar mental terjaga.
Dari sepetak kamar saya sebagai anak kos cukup sumpek berada di satu ruang yang berisi kamar mandi, tempat ibadah, tempat tidur sekaligus tempat makan. Hal ini perlu dipertimbangkan bagi kalian yang tidak terbiasa dengan kesempitan ruang.
Lalu, bagaimana dengan baju kotor dan piring kotor anak kos?
Tentunya itu menyatu di ruang kamar, sehingga kamar kos juga sekaligus sebagai dapur. Bagi mereka yang beruntung baju kotor bisa dicuci pada jasa laundry, sedangkan bagi mereka yang berhemat seperti saya harus mencuci baju sendiri di kamar mandi yang sempit ini.
Selain mencuci di kamar mandi yang sempit, saya sebagai anak kos menjemur baju hanya di balkon kos yang sempit pula. Tak hanya itu, baju yang dijemur bercampur dengan jemuran dari setiap kamar yang ada di kos ini.
Tak heran jika sebagian mahasiswa memilih untuk laju jika jarak rumah mereka masih terbilang lumayan. Biasanya jarak yang bisa ditempuh yaitu sekitar satu jam dengan kendaraan. Namun, bagi sebagian mahasiswa lain berpikir bahwa dengan waktu tempuh dan uang yang perlu dikeluarkan untuk bahan bakar sama dengan uang yang dikeluarkan untuk biaya kos, sehingga mereka memilih untuk kos.
***
Akan tetapi bagi saya kenyamanan rumah tidak bisa diganti dengan sepetak kamar yang sumpek. Dari satu bulan ini saya merasakan hal tersebut dan saya akan mempertimbangkan kembali untuk tahun berikutnya. Sehingga dari sini, bagi kalian yang memiliki keinginan untuk kos supaya bisa keluar dari rumah atau berpikir bahwa kalian bisa bebas sebagai anak kos pertimbangkan kembali aspek dari sisi lain.
Namun, jika kalian ingin merasakan rasanya menjadi anak kos, saya sarankan untuk mencari kos yang bisa dibayar bulanan terlebih dahulu untuk melihat ke depannya apakah kos tersebut nyaman atau tidak.
Biodata Penulis:
Aulia Ayu Ningrum lahir pada tanggal 6 Maret 2004. Ia saat ini aktif sebagai mahasiswa di Universitas Sebelas Maret Surakarta.