“Pedesaan” terkadang kata-kata tersebut sering disepelekan dan dikucilkan oleh banyak orang di luar sana, bahkan melirik pun tidak. Banyak sekali yang memandang “Pedesaan” wilayah pelosok yang penduduknya kurang paham pengalaman dan rendah pendidikan.
Tidak hanya itu, sering juga dipandang dengan kekurangan ekonominya hingga direndahkan. Hal itu membuat saya sebagai anak yang tinggal di desa ingin sekali menunjukan bahwa semuanya itu tidak benar.
Termasuk pendidikan adalah salah satu kunci sukses dalam kehidupan seseorang. Namun, tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang baik. Terutama bagi mereka yang tinggal di pedesaan, akses terhadap pendidikan seringkali menjadi kendala yang besar.
Namun, cerita ini akan mengisahkan tentang seorang anak desa yang berhasil mengatasi semua hambatan tersebut dan berhasil berkuliah di kota Solo.
Nama saya adalah Tofita, seorang anak perempuan yang lahir dan besar di sebuah desa. Sejak kecil, saya memiliki semangat dan keinginan yang kuat untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Namun, di desa saya, fasilitas pendidikan sangat terbatas. Sekolah dasar yang ada hanya memiliki beberapa guru dengan keterbatasan sarana dan prasarana.
Namun, hal tersebut tidak membuat semangat saya surut. Saya belajar dengan tekun dan berusaha memanfaatkan setiap kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan saya. Saya yakin bahwa dengan pendidikan yang baik, saya akan memiliki peluang yang lebih baik untuk meraih impian-impian saya.
Setelah menyelesaikan pendidikan dasar dengan berbagai tantangan, saya pun bisa melewatinya dengan membawa banyak bonus prestasi yang saya dapatkan waktu saya masih berada di sekolah dasar, yaitu dengan memperoleh juara 1 atletik lempar turbo, juara 2 dokter kecil, dan juara 3 kriya anyam.
Saya bangga dengan semua itu, terbukti bukan? Anak desa harus bisa berprestasi meskipun banyak rintangan yang harus dihadapi. Dari hal tersebut jadikan sebagai motivasi, jangan patah semangat karena tantangan yang lebih besar menanti saya setelah sekolah dasar.
Setelah saya melewati perjalanan yang indah di sekolah dasar itu saya melanjutkan sekolah ke jenjang selanjutnya yaitu SMP. Saya memilih SMP yang berada di kota karena saya pikir saya butuh pengalaman yang lebih untuk bekal masa depan saya.
Pada jenjang ini saya merasa harus mengumpulkan mental yang cukup untuk beradaptasi di kota, karena sungguh jauh perbedaannya antara pedesaan dengan kota.
Bersyukurnya lagi, selain saya mendapatkan pengalaman dan ilmu yang tinggi, saya juga mendapatkan bonus prestasi dengan terpilihnya menjadi Pengibar Bendera Paskibra tahun 2019, dan dipilih sebagai Peserta Lomba Tilawah.
Meskipun dalam lomba tersebut saya belum bisa memperoleh juara, tetapi saya bangga karena dipilih langsung oleh guru saya, yang artinya mereka memandang saya yang terbaik dari ribuan siswa lainnya.
Apakah perjalanan pendidikan saya sudah berhenti sampai di situ saja? Tentu tidak, pendidikan adalah tonggak pertama di dalam hidup saya seorang anak desa.
Setelah lulus SMP, lalu melanjutkan pendidikan ke tingkat SMA, di sini saya menjalankan seleksi dengan ketat hingga setiap harinya dikelilingi oleh rasa takut sampai akhirnya pengumuman penerimaan peserta didik.
Alhamdulillah yang tidak ada cukupnya, akhirnya diterima di SMA impian dengan rasa syukur yang selalu saya ucapkan, tidak lupa juga berterimakasih kepada kedua orang tua dan keluarga lainnya yang selalu men-support dan mendoakan selalu. Berawal dengan pesimis akhirnya setelah dijalani mendapatkan prestasi juga yaitu juara 3 harapan PMR Lomba Iklan Layanan Masyarakat dan juara PMR lainnya.
Tiba di mana penentuan kehidupan yang aslinya, ke jenjang sekolah tinggi. Dengan banyaknya tantangan, akhirnya saya terdaftar sebagai siswi eligible yang memiliki kesempatan untuk mendaftar kuliah pada tahap pertama yaitu SNBP. Saya harap dengan jalur ini saya bisa langsung diterima di Universitas Sebelas Maret Surakarta dimana itu adalah kampus impian saya.
Hari telah berlalu, doa tidak pernah dicukupkan, di setiap harinya dengan doa dan ikhtiar saya dengan orang tua yang selalu mengelilingi di hari-hari puasa.
Bagaimana saya dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi? Saya menyadari bahwa jika saya ingin mencapai cita-cita saya, saya harus pergi ke kota yang memiliki akses lebih baik terhadap pendidikan. Dan dengan tekad yang kuat, saya memutuskan untuk memberanikan diri berkuliah di kota Solo.
Tiba di saat hari pengumuman yang menyatakan bahwa saya diterima di kampus tersebut. Sujud syukur yang begitu dalam saya lakukan. Tetesan air mata bahagia yang membasahi pipi kedua orang tua saya adalah berkat doa mereka.
Dari perjalanan pendidikan tersebut saya sadar dan yakin, bahwa setiap hal yang kita jalani atas doa kedua orang tua, pasti akan dipermudah segala urusannya. Selain itu, kita harus tekun dan selalu meminta doa kepada Yang Kuasa, maka tidak akan pernah sia-sia hasilnya. Sekalipun itu anak desa yang di pelosok yang kurang akan ekonomi, tidak bisa mematahkan semangat untuk terus berusaha membuktikan kepada semua orang bahwa apa yang mereka katakan dan mereka lihat tentang keburukannya itu tidaklah benar.
Buktikan bahwa kamu bisa, jangan insecure karena kita anak desa, tetapi banggalah menjadi anak desa. Hal yang jangan kalian lupakan yaitu restu kedua orang tua. Buatlah kedua orang tua kalian bahagia, karena doa mereka, tidak ada yang bisa mengalahkannya. Janganlah kalian menyakiti hati kedua orang tua kalian meskipun dengan cara nada keras, jangan sama sekali.
Tofita Rahma Oktafiyani lahir pada tanggal 18 Oktober 2004 di Banjarnegara. Ia saat ini aktif sebagai mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia di Universitas Sebelas Maret Surakarta.