Kita sudah sering mendengar istilah “healing”. Istilah sederhana yang muncul di tengah-tengah masyarakat saat pandemi covid-19 belum berakhir. Healing diartikan sebagai proses penyembuhan diri yang bertujuan untuk mendapatkan ketenangan batin dan jiwa. Namun, publik menerapkan konsep healing tersebut dengan liburan atau sekedar jalan-jalan.
Dari yang remaja hingga lansia tidak lepas dari wabah healing, tidak terkecuali mahasiswa. Mahasiswa sering dihinggapi kejenuhan. Rutinitas mereka, mulai dari menghadiri perkuliahan, menyelesaikan tugas, belajar untuk ujian, hingga kumpul organisasi. Lupa makan dan sedikit tidur rupanya sudah menjadi sahabat bagi mahasiswa.
Berbagai cara melepas kejenuhan tentu dicari mahasiswa. Banyak sekali tempat wisata muncul di beranda media sosial mereka. Impian mereka melepas kejenuhan di tempat-tempat popular kerap kali pupus. Apalagi kalau bukan kendalanya soal biaya.
Sebenarnya ada cara healing dengan biaya murah. Mulai dari melakukan hobi, olahraga ringan bahkan berwisata di lingkungan sekitar. Namun, apakah itu dirasa cukup membayar kejenuhan yang dialami. Tidak sedikit para mahasiswa menyisihkan uang saku demi healing impian terealisasi.
Sebenarnya ada alternatif healing hemat ke luar kota bahkan luar negeri untuk mahasiswa yang minim uang saku. Salah satunya dengan ikut serta lomba di kampus lain.
Perlu mahasiswa ketahui bahwa banyak sekali perlombaan yang diadakan oleh kampus yang bisa diikuti oleh mahasiswa seluruh Indonesia. Satu universitas dalam satu tahun bisa mengadakan puluhan perlombaan baik di tingkat prodi/jurusan, fakultas hingga universitas.
Perlombaan yang diadakan bervariasi, ada yang berhadiah jutaan dengan fasilitas bermacam-macam. Ada pula yang memberi fasilitas gratis berupa penginapan di hotel bintang 5 hingga panitia mengadakan field trip bagi peserta lomba untuk peserta yang lolos seleksi.
Healing dengan cara ikut serta suatu lomba seperti peribahasa “sambil menyelam minum air”. Mahasiswa mendapatkan prestasi/pengalaman masih ditambah liburan ke tempat wisata. Mereka juga bisa mengajukan dana bantuan kepada pihak kampus untuk biaya akomodasi dan transportasi sesuai syarat dan ketentuan yang ditetapkan pihak kampus.
Mahasiswa memang perlu bersakit-sakit dahulu menyiapkan diri ikut lomba. Meskipun begitu, manfaat yang didapatkan sebanding dengan apa yang mereka usahakan. Mereka bisa healing tanpa mengeluarkan sepeser uang. Mereka bisa naik pesawat gratis hingga pulang membawa uang berjuta-juta apabila mereka menjuarai lomba. Media sosial mereka juga akan ramai dengan postingan healing di berbagai tempat.
Kalangan mahasiswa pasti memiliki rencana healing ke tempat yang sedang viral. Mereka bisa menentukan ikut lomba yang diadakan dimana saja sesuai impian mereka. Mereka bisa memilah bidang lomba sesuai kompetensi yang dimiliki. Bukan salah lagi kalau mereka mengembangkan prestasi sekaligus memenuhi kebutuhan hidupnya, yakni healing.
Merealisasikan healing dengan ikut serta dalam suatu perlombaan bukan hal yang mudah. Kendala-kendala seringkali menggagalkan langkah mahasiswa. Tidak sedikit dari mereka mengalami kerugian, awalnya healing dengan gratis justru bisa berbalik menghabiskan uang saku. Ada tips untuk kita mahasiswa pejuang healing bonus prestasi sebagai berikut.
1. Ikuti Akun Media Sosial Kampus dalam Negeri maupun Luar Negeri
Kita harus aktif mencari informasi sendiri. Pada saat ini kita sudah dimudahkan dengan hadirnya media sosial seperti Instagram, Facebook, X (Twitter), Telegram dan lain sebagainya.
Organisasi-organisasi di kampus akan mengumumkan kegiatan mereka di media sosial untuk menarik peserta. Baik tingkat program studi, fakultas maupun universitas memiliki kegiatan secara berkala yang diumumkan melalui media sosial mereka.
Mahasiswa tidak boleh segan bertanya kepada panitia lomba. Mahasiswa dianjurkan bertanya terkait fasilitas yang akan didapatkan, khususnya untuk penginapan. Mahasiswa juga perlu konsultasi kepada pihak kampus apakah kampus bisa memberi dana atau tidak.
2. Cari Teman Sebanyak-banyaknya
Perlombaan belum tentu sifatnya individu. Bisa juga secara kelompok. Mahasiswa harus mencari teman yang bisa bekerja sama dengan baik. Misalnya saja perlombaan individu, kita juga perlu teman untuk sekedar diskusi mengenai syarat dan alur lomba, memikirkan biaya transportasi dan akomodasi bahkan saling membantu satu sama lain.
Teman bisa juga menambah jiwa kompetitif kita supaya mengikuti lomba dengan sebaik-baiknya. Ketika lomba di luar kota bahkan luar negeri kita tentu lebih nyaman berangkat dengan teman-teman.
Mahasiswa yang akan lomba di luar kampus sendiri akan dihadapkan dengan laporan pertanggungjawaban untuk pencairan dana dari kampus.
Cara setiap program studi/ jurusan berbeda-beda. Menjalin relasi dengan kakak tingkat tentu akan mempermudah urusan kita. Kita bisa mendapat contoh laporan pertanggungjawaban kakak tingkat terdahulu bahkan mendapat bimbingan dari kakak tingkat yang sudah berpengalaman.
3. Pantang Menyerah
Tidak semua mahasiswa memiliki alur prestasi yang mulus. Ada yang sekali ikut juara, ada yang berkali-kali mencoba tetap gagal.
Di sinilah kita harus pantang menyerah. Jadikan pengalaman untuk pembelajaran mengikuti lomba berikutnya. Tidak juara asalkan sudah healing bukan tujuan. Mahasiswa harus terus berusaha menjadi yang terbaik, healing hanya sebagai bonus.
Biodata Penulis:
Gusmira Anisa Putri lahir pada tanggal 13 Agustus 2005 di Magetan, Jawa Timur. Saat ini ia aktif sebagai mahasiswa Pendidikan Kimia di Universitas Sebelas Maret, Surakarta.