Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Ekspektasi VS Realita Kota Solo bagi Anak Kos

Tidak seperti di Jakarta, keramahan warga sekitar di Solo menjadi salah satu yang membuat saya nyaman di Solo, termasuk juga kesopanan khas ...

Solo atau Surakarta?

Ketika saya diterima di Universitas Sebelas Maret, lantas muncul pertanyaan tersebut. Apakah Solo dan Surakarta merupakan 2 kota yang berbeda? Namun, setelah menjalani kehidupan sebagai mahasiswi selama 2 bulan lebih ternyata keduanya adalah nama satu kota. Solo merupakan penyebutan nama populer atau branding dari kota Surakarta. Sedangkan, Surakarta adalah nama resmi untuk kota Solo.

Lantas, mengapa Solo? Apakah Solo sebagai kota yang tepat untuk merantau?

Berikut adalah ekspektasi vs realita Kota Solo yang saya rasakan sebagai anak kos:

1. Salah Satu Kota dengan Biaya Hidup Termurah

Biaya hidup merupakan hal pertama yang akan dipikirkan ketika hendak merantau. Biaya yang terjangkau juga menjadi salah satu alasan saya memilih universitas di Solo.

Walaupun sudah banyak yang bilang kalau kota Solo terkenal dengan kemurahannya, tetapi saya belum tahu pasti seberapa murah dan gak afdal rasanya kalau belum merasakan langsung. Alhamdulillah, ternyata ekspektasi saya tentang murahnya kota Solo sesuai dengan realita yang sama alami.

Berikut testimoni saya; harga es teh jumbo Rp3.000, lauk seperti sayur ataupun oseng Rp3.000 dan banyak sekali tempat makan pokwe.

Pokwe merupakan singkatan Bahasa Jawa dari jupuk dewe yang berarti ambil sendiri, jadi bebas mengambil nasi seberapa pun dan mengambil lauk sendiri.

Untuk lauk pauk di Solo memang murah, bahkan sehari Rp15.000 sudah cukup jika memasak nasi sendiri. Namun, untuk harga makanan ringan sama seperti pada umumnya.

Kemudian untuk biaya kos pun relatif murah, mulai dari Rp300.000 untuk kamar mandi luar dan Rp500.000 untuk kamar mandi dalam. Teman saya yang di Jogja pun mengaku kalau Solo lebih murah daripada Jogja.

2. Masyarakat yang Ramah

Tidak seperti di Jakarta, keramahan warga sekitar di Solo menjadi salah satu yang membuat saya  nyaman di Solo, termasuk juga kesopanan khas Jawa Tengahnya. Seringkali saya disapa dan menyapa balik ketika bertemu walaupun tidak saling mengenal.

Pernah suatu ketika saya sedang kebingungan mencari alamat kos teman karena letaknya yang tidak ada di Google Maps. Kemudian, ada ibu penjual es yang memperhatikan saya dan menanyakan arah yang saya tuju. Ibu tersebut langsung memberitahukan arah alamat yang dimaksud. Sehat selalu ibu…

3. Cuaca yang Panas

Ekspektasi awal saya terhadap kota Solo adalah udaranya yang sejuk. Namun, realitanya tidak jauh berbeda dengan suhu di Jakarta. Awal-awal kedatangan, saya masih merasakan sejuk ketika malam hingga pukul 6 pagi hari.

Namun, semakin hari rasanya semakin panas. Terutama ketika siang hari, suhunya selalu mencapai 38-40 derajat celcius. Terlebih lagi sudah lama sekali belum turun hujan.

Bahkan, hari ini pun akan dilaksanakan Salat Istiska. Sepertinya, memang cuaca belakangan ini sedang tidak baik-baik saja.

4. Salah Satu Kota Teraman

Faktor keamanan menjadi salah satu pertimbangan penting ketika hendak merantau. Rasa khawatir pasti ada, karena tidak ada tempat yang benar-benar 100% aman. Namun, Kota Solo menjadi yang teraman sekaligus nyaman untuk ditinggali.

Sesuai Riset Ikatan Ahli Perencanaan (IAP) yang membagikan daftar 40 kota paling nyaman dan aman untuk ditinggali di Indonesia. Dan kota Solo menempati posisi pertama sebagai kota paling layak, aman, dan nyaman.

Realitanya, dari yang saya rasakan lingkungan di sini jauh dari tindak kejahatan. Pergaulannya pun aman dan positif. Tetapi, hal tersebut kembali lagi kepada setiap individu. Pintar-pintar dalam memilih teman dan lingkungan.

Ekspektasi VS Realita Kota Solo bagi Anak Kos

5. Kota Bersejarah dengan Banyak Wisata dan Kuliner

Awalnya saya berpikir, apakah banyak tempat wisata di Solo? Karena dahulu dalam pikiran saya Solo adalah Kota Kecil sehingga tidak banyak yang bisa dikunjungi. Entah mungkin hanya perasaan saya, tetapi tidak seperti di Jakarta yang waktu terasa berjalan begitu cepat, di Solo saya merasa waktu berjalan dengan lambat dan sempurna.

Kota Solo dijuluki sebagai Kota Batik karena batik ditemukan pertama kali oleh seniman asal Surakarta. Di Solo juga terdapat kereta uap legendaris dan terdapat studio rekaman pertama di Indonesia.

Selain bersejarah, juga terdapat tempat banyak tempat wisata mulai dari wisata alam seperti Gunung Lawu, Grojogan Sewu atau Tawangmangu dan tempat wisata bersejarah seperti Keraton Surakarta Hadiningrat, Benteng Vastenburg, Bunker Balaikota Solo dan masih banyak lainnya.

Selain itu juga terdapat beberapa pasar tradisional seperti Pasar Triwindu yang menjual barang antik, Pasar Gede, Pasar Klewer, Pasar Mojosongo, Pasar Laweyan dan lain-lain.

Itulah 5 ekspektasi dan realita yang saya rasakan sebagai anak kos yang tinggal di Solo. Pengalaman yang didapatkan setiap orang bisa saja berbeda. Namun, saya bersyukur karena dapat tinggal di Solo yang menurut saya sangat cocok dijadikan sebagai tempat merantau.

Biodata Penulis:

Rifana Maulida lahir pada 2 Mei 2005 di Jakarta. Saat ini ia aktif sebagai mahasiswa di Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

© Sepenuhnya. All rights reserved.