Dari Sijenggung ke Solo Terbakar Matahari?

Panasnya cuaca di Solo tidak menghalangi keindahan dan daya tarik kota ini. Solo memiliki banyak destinasi wisata yang menarik seperti ...

Solo, ibu kota provinsi Jawa Tengah, dikenal dengan cuaca yang panas sepanjang tahun. Suhu harian tertinggi bisa mencapai 34-35 derajat celcius, khususnya selama musim kemarau. Panasnya cuaca dapat dirasakan pada siang hari ketika matahari mencapai puncaknya.

Meskipun begitu, suhu malam hari biasanya lebih sejuk, memberikan kesempatan bagi penduduk dan wisatawan untuk menikmati suasana yang lebih nyaman.

Saya juga merasakan kaget saat tiba di Solo dari Sijenggung. Panasnya cuaca di Solo tidak menghalangi keindahan dan daya tarik kota ini. Solo memiliki banyak destinasi wisata yang menarik seperti Keraton Solo, Taman Sriwedari, Pasar Gede, dan Surga Wisata Mangkunegaran. Terlepas dari suhu yang panas, Solo tetap menjadi tempat yang menarik untuk dikunjungi.

Solo

Memang nyata Solo berbeda dengan Desa Sijenggung tempat kelahiran saya. Di mana Sijenggung itu memiliki ciri khas yang unik, yaitu munculnya awan kabut ketika sore hari yang mendung.

Meskipun sudah terdengar tidak unik lagi di telinga orang-orang, tetapi suasana langsung ketika di sana yang begitu sejuk dan asri membuat saya sangat mencintai desa itu. Membawa pikiran tenang meskipun di isi kepala banyak yang bergejolak. Sawah yang luas, kebun salak yang lebat, serta sungai yang jernih menambah keasrian dan kecantikan desa tersebut. Tanpa adanya polusi yang berlebihan membuat desa Sijenggung semakin nyaman dan aman.

Dari perpindahan tempat ini membuat saya “si anak rantau” dari desa harus bisa beradaptasi. Yang awalnya terbiasa untuk tinggal di pedesaan dari suasananya yang sejuk, sekarang dituntut oleh keadaan harus tinggal di perkotaan yang cuaca panasnya begitu menyengat kulit seperti sedang bersilaturahmi dengan matahari, serta banyak polusi dimana-mana.

Meskipun dari kedua daerah ini memiliki keunikan dan ciri khas yang berbeda-beda beradaptasi dengan lingkungan itu penting, karena kita pastinya tidak hanya terpaku pada satu daerah saja.

Maka dari itu menjadi anak rantau tidaklah mudah karena jauh dari keluarga. Banyak sekali tantangan yang harus dilewati sendiri tanpa adanya support system langsung dari orang tua. Meskipun bisa lewat WA tapi sama saja masih merasa feeling lonely atau kesepian.

“Lho paling li seneng neng kota rame ana apa bae, ora kaya neng desa” banyak sekali yang berkata untuk meyakinkan saya dengan memperlihatkan kelebihan yang ada di kota. Tetapi perkataan itu tidak mempengaruhi saya pada waktu itu untuk menjadi lebih betah tinggal di kota.

Sama saja rasanya hanya ingin memilih pulang ke desa. Menghentikan sejenak otot-otot dan pikiran yang begitu dahsyatnya ditarik kencang oleh keadaan, itu yang saya pikirkan ketika baru saja menetap di Solo.

Mungkin, karena belum terbiasa dengan kondisi seperti ini, selain suasana panas yang membuat saya kaget, ada juga yang sebelumnya di rumah hanya bersantai tidak memikirkan tanggungan tugas yang banyak, tidak memanage uang dengan baik, pekerjaan rumah yang dibantu sama ibu, tapi sekarang harus bisa mengerjakannya semua sendiri dan harus bisa memanage waktu maupun uang agar bisa terkendali dengan merata. Meskipun awalnya masih kurang bisa dengan semua itu dan kurangnya membagi waktu untuk pekerjaan yang ada.

Oleh karena itu, saya berusaha perlahan untuk bisa beradaptasi dengan semua itu. Terbukti bahwa “anak rantau” tidak hanya kuliah tetapi juga memiliki bonus berlatih menjadi ibu rumah tangga yang baik. Dari hal itu membuat saya merasa kaget tentunya. Akan tetapi semuanya tidak membuat saya menyerah begitu saja, selalu berusaha untuk lebih beradaptasi dengan lingkungan dan orang-orang sekitar. Dengan cara:

  1. Membuat suasana sekitar menjadi nyaman;
  2. Selalu berpikiran positif;
  3. Menjalankan aktivitas dengan rasa senang;
  4. Memilih teman yang baik dan asik;
  5. Kalau stres? Ya mengeksplorasi keindahan Solo tentunya.

Nah! Panas bukanlah sebuah masalah untuk terus menggapai mimpi kalian demi masa depan yang gemilang. Anggap saja panas di Solo adalah keunikan dan ciri khas yang nikmat. Selalu bersyukur kapanpun dan dimanapun kalian berada, karena semua ciptaan Allah sungguh merata keindahannya yang luar biasa.

Jangan jadikan kelemahan meskipun kita sebagai “anak rantau” yang jauh dari keluarga, tetapi jadikanlah semua itu untuk pioneer semangat demi hasil yang bermanfaat.

Tetap menjaga komitmen, jangan sampai menyerah karena kalah oleh keadaan, pikirkan ke depannya bahwa kita pantas untuk mendapatkan hadiah dan pastinya masih panjang perjalanan untuk melewati fase yang indah, maka dari itu ayo teruslah berjalan menuju kesuksesan.

Kalau capek? Istirahat. Jangan menyerah dan pastinya menjalankan kegiatan positif yang membuat senang, misalnya mengikuti kajian, mengeksplorasi daerah sekitar, bisa juga kulineran.

Saya yakin bahwa dari hal yang memprihatinkan jika kita bertahan dan ikhlas untuk menjalaninya meskipun berat, percaya dari perjuangan itu pasti akan menghasilkan rezeki yang begitu besar dan kebahagiaan yang tidak akan berujung rasa syukur.

Tofita Rahma Oktafiyani

Biodata Penulis:

Tofita Rahma Oktafiyani lahir pada tanggal 18 Oktober 2004 di Banjarnegara. Ia saat ini aktif sebagai mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia di Universitas Sebelas Maret Surakarta.

© Sepenuhnya. All rights reserved.