Bunuh Diri Bukanlah Solusi

Dari data periode yang diperoleh WHO pada tahun 2019, tingkat bunuh diri di Indonesia yaitu 2,4 % per 100.000 penduduk. Jika dihitung dalam ...

Baru-baru ini terjadi kasus bunuh diri oleh 2 mahasiswa di kampus yang berbeda di kota Semarang pada 2 hari berturut-turut. Dua kasus dugaan bunuh diri terjadi di Semarang, pertama dilakukan NJW (20) warga Ngaliyan, Semarang, mahasiswi sebuah perguruan tinggi negeri yang ditemukan tewas di Mal Paragon Semarang, Selasa (10/10/2023). Kasus kedua, seorang mahasiswa perguruan tinggi swasta di Semarang berinisial EN (24) warga Kapuas, Kalimantan Tengah, yang ditemukan meninggal dunia di dalam kamar indekosnya, Rabu (11/10/2023).

Sebenarnya apa alasan pelaku melakukan hal tersebut? Dan apakah jalan yang dipilih itu benar? Bunuh diri sering diartikan sebagai sebuah tindakan untuk mengekspresikan kondisi batin yang menyerah atau putus asa dalam menghadapi kenyataan hidup.

Kata menyerah diartikan sebagai mengakui kekalahan atau tidak berhasil mencapai sesuatu, sedangkan kata putus asa diartikan sebagai buntu saat berpikir hingga tidak mampu melihat jalan lain untuk mengambil solusi.

Tindakan bunuh diri tidak pandang bulu dari kalangan manapun memungkinkan terjadi kasus bunuh diri. Bunuh diri tidak mengenal status sosial, umur, bahkan jenis kelamin. Semuanya berkemungkinan terhadap pemikiran untuk bunuh diri.

Dari data periode yang diperoleh WHO pada tahun 2019, tingkat bunuh diri di Indonesia yaitu 2,4 % per 100.000 penduduk. Jika dihitung dalam satu tahun ada enam ribu lebih orang yang menjadi pelaku bunuh diri. Kasus ini menempati urutan ketiga penyebab kematian tertinggi setelah kecelakaan dan pembunuhan.

Alasan apa saja yang dapat mengakibatkan pelaku bunuh diri? Depresi berat menjadi penyebab utama bunuh diri. Depresi timbul disebabkan karena pelaku tidak sanggup menanggung beban permasalahannya dan tekanan yang secara terus menerus hingga menyebabkan timbulnya keinginan untuk bunuh diri. Depresi dan stres yang berlebih juga dapat menimbulkan perasaan jika tidak ada orang lain yang peduli.

Bunuh Diri Bukanlah Solusi

Masalah pada kehidupan sosial juga dapat menjadi faktor bunuh diri, seperti kasus bullying pada kenakalan remaja yang sering terjadi saat ini. Pengalaman yang buruk saat masa kecil yang biasa disebut trauma menjadi penghambat pada diri seseorang terlebih jika seseorang tersebut tidak sanggup berdamai dengan diri sendiri.

Mental yang kuat harus dimiliki oleh setiap individu karena jika lemah akan besar kemungkinan muncul pikiran untuk bunuh diri.

Bunuh diri tentu saja bukan jalan yang benar, lalu apa yang harus dilakukan jika timbul perasaan menyerah dan putus asa hingga berpikir untuk bunuh diri?

Yang paling utama untuk dilakukan dalam pencegahan bunuh diri yaitu kenali tanda-tandanya. Walaupun tidak selalu bisa untuk dikenali, namun bukan berarti harus berpikiran untuk bunuh diri.

Usahakan untuk tidak menyendiri dan tetap bersama dengan orang lain seperti teman dekat ataupun orang tua, buatlah perasaan nyaman dengan mengobrol ringan, bicarakan hal-hal ringan yang dapat menenangkan pikiran.

Lakukan aktivitas yang menyenangkan seperti berolahraga di pagi hari ataupun sore hari, bermain dengan hewan peliharaan, mendengarkan musik, dan sesekali menangis juga tidak apa untuk melegakan pikiran.

Melakukan konsultasi pada psikolog, hal ini akan membantu dalam mengetahui penyebab munculnya keinginan bunuh diri dan pengobatan medis mungkin akan dilakukan jika gangguannya datang dari masalah pada kesehatan mental.

Dekatkan diri kepada Sang Pencipta, yakinlah bahwa setiap cobaan yang diberikan pasti sudah diukur sesuai kemampuan masing-masing. Yakinlah bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya tanpa melakukan tindakan bunuh diri.

Penulis: Denayya Zalfa Nabila

© Sepenuhnya. All rights reserved.