Tega Ngapusi
Jebule wong perek sing ngapusi
Licik nemen lan kejem
Wong sing tak segani
Malah ngehianati
Duh, wong ka tega temen
Laka perikemanusiawi
Karna dunya tega ngapusi
Brebes, 20 September 2023
Catatan:
Puisi ini terhimpun di bawah judul besar: Kumpulan Ngomong Ngalor Ngidul Kang Thohir.
Analisis Puisi:
Puisi "Tega Ngapusi" karya Kang Thohir menggambarkan sikap kejam dan licik seseorang (wong perek) yang mengkhianati kepercayaan. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang perilaku yang tidak bermoral dan merugikan ini.
Kritik Terhadap Perilaku Kejam dan Licik: Puisi ini secara jelas mengkritik perilaku wong perek yang tega mengkhianati seseorang dengan cara yang kejam dan licik. Pernyataan bahwa orang seperti ini "ngapusi," yang dapat diartikan sebagai pengkhianat, menggambarkan bahwa tindakan tersebut sangat tercela dan tidak pantas.
Merusak Hubungan: Puisi ini menyiratkan bahwa orang yang melakukan pengkhianatan ini tidak hanya melanggar nilai-nilai moral, tetapi juga mengecewakan dan merusak hubungan. Kata-kata "laka perikemanusiawi" menunjukkan bahwa tindakan tersebut bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan yang seharusnya memandu hubungan antarmanusia.
Refleksi atas Moralitas dan Kemanusiaan: Melalui kata-kata "Karna dunia tega ngapusi," puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang moralitas dan kemanusiaan dalam hubungan manusia. Puisi ini menunjukkan bahwa di dalam dunia yang kadang-kadang keras ini, menjaga moralitas dan menghormati nilai-nilai kemanusiaan adalah hal yang penting.
Puisi "Tega Ngapusi" karya Kang Thohir adalah sebuah pengingat tentang betapa pentingnya menjaga kepercayaan dan persahabatan dalam kehidupan. Ia mengkritik perilaku pengkhianatan dan mengajak kita untuk lebih menghormati nilai-nilai moral dan kemanusiaan dalam interaksi kita dengan orang lain.
Karya: Kang Thohir
Profil Kang Thohir:
- Kang Thohir merupakan nama pena dari Muhammad Thohir/Tahir (biasa disapa Mas Tair). Ia lahir di Brebes, Jawa Tengah.
- Kang Thohir suka menulis sejak duduk di bangku kelas empat SD sampai masuk ke Pondok Pesantren. Ia menulis puisi, cerpen dan lain sebagainya.