Puisi: Pohon Gayam Tua (Karya Gunoto Saparie)

Puisi "Pohon Gayam Tua" karya Gunoto Saparie menggambarkan gambaran pohon gayam tua yang berdiri di tepi makam, dan dengan menggunakan bahasa yang ...
Pohon Gayam Tua


ada pohon gayam tua
berdiri di tepi makam
sendiri dalam hening semesta
sebuah lanskap yang muram

siapakah menanti di bawahnya
menyeringai menyerupai maut
siapakah menembang di sana
suaranya sayup tiada terpaut

ada sasmita di pohon gayam tua
ada puing kenangan masa kanak
ada bayangan tentang satwa-satwa
aku pun menggigil menyeru emak


Semarang, Maret 2023

Analisis Puisi:
Puisi "Pohon Gayam Tua" karya Gunoto Saparie adalah sebuah karya sastra yang memadukan unsur alam, misteri, dan nostalgia. Puisi ini menggambarkan gambaran pohon gayam tua yang berdiri di tepi makam, dan dengan menggunakan bahasa yang kaya, penyair menciptakan atmosfer yang misterius dan merenung. Dalam analisis ini, kita akan menjelajahi berbagai aspek kunci dalam puisi ini.

Pohon Gayam Tua sebagai Sentral: Puisi ini berfokus pada pohon gayam tua yang menjadi titik pusatnya. Pohon ini menciptakan gambaran yang kuat dalam pikiran pembaca, dan menjadi simbol ketenangan, keabadian, dan misteri.

Lanskap yang Muram: Puisi ini menggambarkan lanskap yang "muram," menciptakan suasana yang hening dan merenung. Keheningan ini menciptakan nuansa misterius dan membuat pembaca merenung tentang apa yang ada di sekitar pohon gayam tua tersebut.

Makam sebagai Latar: Pohon gayam tua berdiri di tepi makam, menambah unsur misteri dalam puisi ini. Makam adalah simbol kematian dan perjumpaan dengan alam baka, dan pohon gayam tua memberikan kesan bahwa ada sesuatu yang menunggu di luar pandangan manusia.

Identitas yang Tidak Jelas: Penyair menciptakan pertanyaan tentang "siapakah" yang ada di bawah pohon gayam dan "siapakah" yang menembang di sana. Ini menciptakan rasa penasaran dan ketidakpastian dalam pikiran pembaca, seolah-olah ada kekuatan gaib atau makhluk yang tidak terlihat.

Nostalgia dan Kenangan: Puisi ini juga mencakup elemen nostalgia dan kenangan. Ada "puing kenangan masa kanak" dan "bayangan tentang satwa-satwa," yang mungkin menggambarkan ingatan masa lalu yang terkubur dalam keheningan.

Sasmita dalam Pohon: Penyair menyebut "ada sasmita di pohon gayam tua." Kata "sasmita" dapat diartikan sebagai roh atau semangat. Ini menambah elemen spiritual dalam puisi, seolah-olah pohon gayam tua memiliki entitas spiritual yang ada di dalamnya.

Emosi Penyair: Puisi ini mencerminkan perasaan penulis yang kuat terhadap lanskap dan suasana yang digambarkan. Penyair "menggigil" dan "menyeru emak," menciptakan gambaran kekuatan emosi dalam puisi ini.

Gaya Bahasa dan Imaji: Penyair menggunakan bahasa yang kaya dan gambaran yang kuat untuk menyampaikan pesannya. Penggunaan kata-kata seperti "menyeringai menyerupai maut" dan "suara sayup tiada terpaut" menciptakan citra yang kuat dalam pikiran pembaca.

Puisi "Pohon Gayam Tua" karya Gunoto Saparie adalah karya sastra yang memukau dan penuh dengan nuansa misterius. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna kehidupan, kematian, dan kenangan. Pohon gayam tua menjadi simbol ketenangan dalam kegelapan dan ketidakpastian. Ini adalah contoh karya sastra yang mendalam dan meresapkan pembaca dengan perasaan misteri dan nostalgia.

Gunoto Saparie
Puisi: Pohon Gayam Tua
Karya: Gunoto Saparie

Biodata Gunoto Saparie:
Gunoto Saparie lahir di Kendal, Jawa Tengah, 22 Desember 1955. Pendidikan formal yang ditempuh adalah Sekolah Dasar Negeri Kadilangu, Cepiring, Kendal, Sekolah Menengah Pertama Negeri Cepiring, Kendal, Sekolah Menengah Ekonomi Atas Negeri Kendal, Akademi Uang dan Bank Yogyakarta, dan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Semarang. Sedangkan pendidikan nonformal Madrasah Ibtidaiyyah Islamiyyah Tlahab, Gemuh, Kendal dan Pondok Pesantren KH Abdul Hamid Tlahab, Gemuh, Kendal.

Selain menulis puisi, ia juga mencipta cerita pendek, kritik sastra, esai, kolom, dan artikel tentang kesenian, ekonomi, politik, dan agama, yang dimuat di sejumlah media cetak terbitan Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Jakarta, Brunei Darussalam, Malaysia, Australia, dan Prancis. Kumpulan puisi tunggalnya yang telah terbit adalah Melancholia (Damad, Semarang, 1979), Solitaire (Indragiri, Semarang, 1981), Malam Pertama (Mimbar, Semarang, 1996), Penyair Kamar (Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah, Semarang, 2018), Mendung, Kabut, dan Lain-Lain (Cerah Budaya Indonesia, Jakarta, 2019), dan Lirik (Pelataran Sastra Kaliwungu, Kendal, 2020).

Kumpulan esai tunggalnya Islam dalam Kesusastraan Indonesia (Yayasan Arus, Jakarta, 1986). Kumpulan cerita rakyatnya Ki Ageng Pandanaran: Dongeng Terpilih Jawa Tengah (Pusat Bahasa, Jakarta, 2004).

Novelnya Selamat Siang, Kekasih dimuat secara bersambung di Mingguan Bahari, Semarang (1978) dan Bau (Pelataran Sastra Kaliwungu, Kendal, 2019) yang menjadi nomine Penghargaan Prasidatama 2020 dari Balai Bahasa Jawa Tengah.

Ia juga pernah menerbitkan antologi puisi bersama Korrie Layun Rampan berjudul Putih! Putih! Putih! (Yogyakarta, 1976) dan Suara Sendawar Kendal (Karawang, 2015). Sejumlah puisi, cerita pendek, dan esainya termuat dalam antologi bersama para penulis lain.

Puisinya juga masuk dalam buku Manuel D'Indonesien Volume I terbitan L'asiatheque, Paris, Prancis, Januari 2012. Ia juga menulis puisi berbahasa Jawa (geguritan) di Panjebar Semangat dan Jaya Baya. Ia pernah menjabat Pemimpin Redaksi Kampus Indonesia (Jakarta), Tanahku (Semarang), Delik Hukum Jateng (Semarang) setelah sebelumnya menjabat Redaktur Pelaksana dan Staf Ahli Pemimpin Umum Koran Wawasan (Semarang), Pemimpin Redaksi Radio Gaya FM (Semarang), Redaktur Pelaksana Tabloid Faktual (Semarang), Redaktur Pelaksana Tabloid Otobursa Plus (Semarang), dan Redaktur Legislatif (Jakarta). Kini ia masih aktif menjadi Redaktur Pelaksana Majalah Info Koperasi (Kendal), Majalah Justice News (Semarang), dan Majalah Opini Publik (Blora).

Saat ini Gunoto Saparie menjabat Ketua Umum Dewan Kesenian Jawa Tengah (DKJT), Fungsionaris Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Wilayah Jawa Tengah, Ketua III Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Jawa Tengah, Ketua Umum Perkumpulan Penulis Indonesia ‘Satupena’ Jawa Tengah, dan Ketua Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah. Sebelumnya ia pernah menjabat Ketua Kelompok Studi Seni Remaja (KSSR) Kendal, Ketua Pelaksana Dewan Teater Kendal, Sekretaris Forum Komunikasi Studi Mahasiswa Kekaryaan (Fokusmaker) Jawa Tengah, Wakil Ketua Ormas MKGR Jawa Tengah, Fungsionaris DPD Partai Golkar Jawa Tengah, Sekretaris DPD Badan Informasi dan Kehumasan Partai Golkar Jawa Tengah, dan Sekretaris Bidang Kehumasan DPW Partai Nasdem Jawa Tengah.

Sejumlah penghargaan di bidang sastra, kebudayaan, dan jurnalistik telah diterimanya, antara lain dari Kepala Perwakilan PBB di Jakarta dan Nairobi, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia Pusat, Menteri Perumahan Rakyat, Menteri Penerangan, Menteri Luar Negeri, Menteri Lingkungan Hidup, Pangdam IV/ Diponegoro, dan Kepala Balai Bahasa Jawa Tengah.
© Sepenuhnya. All rights reserved.