Puisi: Kuburan Bunda (Karya Rustam Effendi)

Puisi "Kuburan Bunda" adalah karya yang menggambarkan perasaan cinta, nostalgia, dan penghargaan seorang anak terhadap ibunya.
Kuburan Bunda


Kalau kanak dipetik tahun,
Batal berasak di pangku ibu,
Tegap tangan berpulun-pulun,
Ke mana ibu ke situ aku.

Pekik "ibu" menangis "ibu",
'bu, 'kan, 'bu, minum, 'bu, sakit, 'bu, 'kung.
Tegak, "ibu", terduduk, "ibu",
Setiap hari di dada indung.

Anak besar menjelang bunga,
Tinggal pangkuan peratai badung,
Tinggal rumah tepian muda,
Terlupa payah si ibu kandung.

Jauh rantau di lempar nasib,
Nama lain disebut bibir,
Datang yang lain, yang lebih kerib,
Susah dan suka merampas pikir!

Kalau tulang telah mengapur,
Timur rindu pada Bicana,
Tertarik kaki ke arah kubur,
Tempat terunjur kerangka bunda.


Catatan:
Bicana = Tanah tumpah darah.

Sumber: Percikan Permenungan (1925)

Analisis Puisi:
Puisi "Kuburan Bunda" karya Rustam Effendi adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perasaan kehilangan, nostalgia, dan rasa syukur terhadap seorang ibu.

Tema Sentimental: Puisi ini memiliki tema sentimental yang kuat, yaitu perasaan anak terhadap ibunya. Penyair menggambarkan perjalanan hidup seorang anak dari masa kecil hingga dewasa, dan bagaimana ibu selalu hadir dalam setiap fase tersebut.

Hubungan Ibu-Anak: Puisi ini merayakan hubungan antara ibu dan anak. Penyair menunjukkan bahwa sepanjang hidupnya, ibu adalah sosok yang selalu ada untuknya, memberikan cinta, dukungan, dan perhatian.

Perubahan Fase Hidup: Penyair menggambarkan perubahan fase hidup seorang anak dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Pada awalnya, anak sangat bergantung pada ibunya, tetapi seiring berjalannya waktu, ia menjadi mandiri dan melupakan perjuangan ibunya.

Nostalgia dan Kehilangan: Puisi ini penuh dengan perasaan nostalgia dan kehilangan. Penyair merasa rindu kepada ibunya dan merasa bersyukur atas semua yang telah diberikan olehnya. Namun, ia juga merasa menyesal karena kadang-kadang melupakan perjuangan ibunya.

Gaya Bahasa yang Sederhana: Penyair menggunakan bahasa yang sederhana dan lugas dalam puisi ini. Gaya bahasanya menciptakan kedekatan antara penyair dan pembaca, sehingga pembaca dapat merasakan emosi yang disampaikan dengan lebih mendalam.

Kuburan sebagai Simbol: Kuburan digambarkan sebagai simbol akhir dari kehidupan ibu. Ini mengingatkan pembaca tentang keterbatasan waktu yang dimiliki setiap individu dan pentingnya menghargai orang yang kita cintai selama mereka masih hidup.

Perasaan Bersyukur: Meskipun penyair merasa menyesal karena kadang-kadang melupakan ibunya, ia juga menyampaikan perasaan syukur atas kehadiran dan pengorbanan ibunya. Ini menciptakan perasaan haru dan refleksi dalam puisi.

Secara keseluruhan, puisi "Kuburan Bunda" adalah karya yang menggambarkan perasaan cinta, nostalgia, dan penghargaan seorang anak terhadap ibunya. Puisi ini mengingatkan kita akan pentingnya menghargai dan merawat hubungan keluarga sepanjang hidup.

Rustam Effendi
Puisi: Kuburan Bunda
Karya: Rustam Effendi

Biodata Roestam Effendi:
  • Rustam Effendi lahir pada tanggal 13 Mei 1903 di Padang, Sumatra Barat.
  • Rustam Effendi meninggal dunia pada tanggal 24 Mei 1979 (pada usia 76) di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.