Jare Uripe Kepenak
Jare wong-wong ta uripe aku kepenak ora rasakna pait getire, padahal aku kiye lagi rasakna sing arane pait getire bahkan luwih parah, tapine aku ora katokna kesedihane aku. Aku kudu senyum, meski aku lagi lara lan bersikap apik-apik maring wong-wong, mbokan aku dicap sombong. Padahal aku lagi mikul beban uripe aku.
2023
Catatan:
Puisi ini terhimpun di bawah judul besar: Kumpulan Ngomong Ngalor Ngidul Kang Thohir.
Analisis Puisi:
Puisi "Jare Uripe Kepenak" karya Kang Thohir adalah ungkapan perasaan tentang bagaimana seseorang dapat menyembunyikan kesedihan dan penderitaan mereka dari orang lain. Puisi ini mengungkapkan tema-tema seperti kepura-puraan, ketidakpahaman orang lain terhadap perasaan seseorang, dan beban yang mungkin sedang dijalani oleh individu tersebut.
Kepura-puraan: Puisi ini mencerminkan situasi di mana seseorang mungkin terpaksa menyembunyikan perasaan mereka dari orang lain. Kata-kata "kudu senyum" menunjukkan bahwa ada tekanan untuk selalu terlihat bahagia dan bersikap positif, bahkan ketika seseorang sedang mengalami penderitaan. Kepura-puraan ini dapat terjadi karena alasan seperti takut dicap sombong atau takut membuat orang lain khawatir.
Ketidakpahaman Orang Lain: Ungkapan "wong-wong ta uripe aku kepenak ora rasakna pait getire" menggambarkan bahwa orang lain mungkin tidak memahami atau tidak dapat merasakan penderitaan yang sedang dialami oleh seseorang. Ini mencerminkan realitas bahwa seringkali perasaan dan pengalaman individu tidak dapat dipahami sepenuhnya oleh orang lain.
Beban Pribadi: Puisi ini merujuk pada "beban uripe aku" yang sedang dijalani oleh individu tersebut. Ini bisa mencakup berbagai masalah atau kesulitan dalam hidup mereka. Puisi ini mengingatkan kita bahwa setiap orang mungkin memiliki beban pribadi yang tidak terlihat oleh mata orang lain.
Penderitaan yang Tersembunyi: Puisi ini menyampaikan gagasan bahwa penderitaan bisa tersembunyi di balik senyuman atau sikap yang baik. Orang seringkali berusaha menyembunyikan perasaan mereka demi menjaga citra diri atau menghindari pertanyaan-pertanyaan yang tidak nyaman.
Secara keseluruhan, puisi ini menggambarkan kesenjangan antara apa yang dirasakan oleh seseorang di dalam hati mereka dan bagaimana mereka harus tampil di masyarakat. Ini juga menggarisbawahi pentingnya empati dan pengertian terhadap perasaan dan pengalaman orang lain, karena seseorang mungkin mengalami penderitaan yang tidak terlihat oleh mata.
Karya: Kang Thohir
Profil Kang Thohir:
- Kang Thohir merupakan nama pena dari Muhammad Thohir/Tahir (biasa disapa Mas Tair). Ia lahir di Brebes, Jawa Tengah.
- Kang Thohir suka menulis sejak duduk di bangku kelas empat SD sampai masuk ke Pondok Pesantren. Ia menulis puisi, cerpen dan lain sebagainya.