Hujan
mendung hitam tebal
masukkan itu jemuran
dan bantal-bantal
periksa lagi genting-genting
barangkali bocornya pindah
udara gerah
ruangan gelap
listrik tak nyala
mana anak kita?
hujan akan lebat lagi nampaknya
semoga tanpa angin keras
burung-burung parkit itu
masih berkicau juga dalam kandangnya
burung-burung parkit itu
apakah juga pingin punya rumah sendiri
seperti kami?
Kalangan-Solo, 25 November 1991
Sumber: Aku Ingin Jadi Peluru (2000)
Analisis Puisi:
Puisi "Hujan" karya Wiji Thukul menghadirkan sebuah gambaran tentang suasana di dalam sebuah rumah saat hujan turun. Puisi ini, seperti banyak karya Thukul lainnya, mengandung elemen-elemen sosial dan refleksi atas kehidupan sehari-hari. Di bawah ini adalah analisis lebih rinci tentang puisi ini:
Gambaran Hujan dan Mendung: Puisi ini dibuka dengan deskripsi mendung hitam tebal dan hujan yang akan datang. Ini menciptakan atmosfer yang suram dan gelap, mencerminkan suasana hati penyair.
Tugas Sehari-hari: Puisi ini menggambarkan adegan rumah tangga sehari-hari dengan cara yang sangat realistis. Ada referensi kepada pekerjaan rumah tangga seperti mencuci pakaian (jemuran), menjaga kebersihan (bantal-bantal), dan memperbaiki genting yang mungkin bocor. Ini adalah gambaran kehidupan domestik yang sederhana dan nyata.
Kondisi Cuaca dan Ruangan: Penyair menjelaskan cuaca gerah dan ruangan yang gelap, mungkin karena listrik tidak menyala. Hal ini bisa mencerminkan ketidaknyamanan yang dirasakan dalam rumah tangga. Ruangan yang gelap juga bisa berfungsi sebagai metafora untuk ketidakpastian dan kebingungan dalam hidup.
Rasa Kehilangan: Ada ungkapan kekhawatiran terhadap anak, yang tampaknya hilang dalam kondisi yang gelap dan hujan. Hal ini menciptakan rasa kecemasan dan keprihatinan yang mendalam.
Analogi dengan Burung Parkit: Puisi ini mengakhiri dengan analogi burung parkit yang masih berkicau dalam kandangnya. Pertanyaan akhir, "apakah juga pingin punya rumah sendiri seperti kami?" bisa mengindikasikan bahwa penyair merenungkan keinginan dasar semua makhluk hidup, yaitu kebutuhan akan keamanan dan tempat yang mereka sebut sebagai rumah.
Pesan Tersembunyi: Puisi ini dapat dianggap sebagai refleksi penyair tentang kehidupan sehari-hari, kehidupan keluarga, dan keinginan manusia akan keamanan dan stabilitas dalam keadaan yang kadangkala penuh ketidakpastian.
Puisi "Hujan" adalah puisi yang sederhana namun kuat yang menggambarkan kehidupan domestik dan pemikiran penyair dalam menghadapi hujan, kegelapan, dan kekhawatiran. Ia menciptakan gambaran yang kuat tentang kehidupan sehari-hari yang mungkin bisa terhubung dengan banyak orang dalam berbagai situasi.
Karya: Wiji Thukul
Biodata Wiji Thukul:
- Wiji Thukul lahir di Solo, Jawa Tengah, pada tanggal 26 Agustus 1963.
- Nama asli Wiji Thukul adalah Wiji Widodo.
- Wiji Thukul menghilang sejak tahun 1998 dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya (dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer).