Puisi: Ayah (Karya D. Zawawi Imron)

Puisi "Ayah" karya D. Zawawi Imron menggambarkan nilai-nilai keluarga, pengorbanan, dan kekuatan yang muncul dari hubungan keluarga yang kuat.

Ayah

pagi dan angin mengelus mulus hatiku
kota Rogojampi tersingkap, merdanta hati ayah
sendirian di sana
dan terpaksa
lantaran di dusun ini kemarau meluruh berbunga
o, selamat bekerja, ayah!
hari ini embun berkilau di daun mataku dan mata ibu
setia dan tenang menunggu

perantauan bukan pelarian
tapi cara yang paling sopan menangkis kemiskinan
kenalan dan pengalaman
akan mengimbuh cinta baru dalam hidup sebentar ini

sebentar kukaji penanggungan ini, ayah!
ngeri, tapi indah
di luar penjara kita ada penjarahan nimbulkan caci
tangan-tangan lancang yang menyerpih hati

engkau yang sederhana, kan tetap sederhana
begitu mesra kau menyandang penanggungan ini
jalan mendaki dan tikungan bagaimana
kesanggupanmu meneteskan embun di daun mataku dan mata ibu

kami yang setia berdoa dan menunggu.

1967

Sumber: Bantalku Ombak Selimutku Angin (1996)

Analisis Puisi:

Puisi "Ayah" karya D. Zawawi Imron adalah karya yang penuh dengan rasa hormat dan penghargaan terhadap seorang ayah yang bekerja keras sebagai perantau demi memenuhi tanggung jawabnya terhadap keluarganya.

Pengorbanan Ayah: Puisi ini menggambarkan pengorbanan seorang ayah yang menjalani perantauan jauh dari keluarganya. Ayah ini bekerja keras untuk menyediakan kehidupan yang lebih baik bagi keluarganya meskipun terpisah jauh dari mereka. Pengorbanan ini diilustrasikan melalui kata-kata "kemarau meluruh berbunga" yang menunjukkan bahwa perantauan adalah tindakan yang terpaksa dilakukan demi kelangsungan hidup keluarga.

Rasa Hormat dan Penghargaan: Penyair mengungkapkan rasa hormat dan penghargaannya terhadap ayahnya melalui kata-kata seperti "o, selamat bekerja, ayah!" dan "engkau yang sederhana, kan tetap sederhana." Ini menunjukkan bahwa penyair menghargai upaya ayahnya yang sederhana namun gigih dalam mengemban tanggung jawabnya.

Perantauan sebagai Pilihan: Penyair juga menyatakan bahwa perantauan bukanlah pelarian dari tanggung jawab, tetapi cara yang sopan untuk mengatasi kemiskinan. Ini menggambarkan tekad dan keberanian ayah untuk menghadapi tantangan hidup.

Hubungan Keluarga: Meskipun terpisah jauh, puisi ini menciptakan gambaran tentang hubungan yang kuat antara anggota keluarga. Ketika penyair mengatakan bahwa "mata ibu setia dan tenang menunggu," ini menggambarkan cinta dan pengorbanan yang ada dalam hubungan keluarga.

Kekuatan Pengorbanan: Penyair mengekspresikan bahwa pengorbanan ayah merupakan sumber kekuatan. Kata-kata seperti "sebentar kukaji penanggungan ini, ayah! ngeri, tapi indah" menciptakan gambaran tentang bagaimana pengorbanan ayah menjadi inspirasi bagi penyair untuk menghadapi hidup.

Puisi "Ayah" adalah ungkapan penghargaan dan rasa hormat terhadap seorang ayah yang menjalani perantauan demi keluarganya. Puisi ini menggambarkan nilai-nilai keluarga, pengorbanan, dan kekuatan yang muncul dari hubungan keluarga yang kuat.

Puisi D. Zawawi Imron
Puisi: Ayah
Karya: D. Zawawi Imron

Biodata D. Zawawi Imron:
  • D. Zawawi Imron lahir pada tanggal 1 Januari 1945 di desa Batang-batang, Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.