Ada yang baru nih dari Songmont! Tas Elegan dengan Kualitas Terbaik

Cerpen: Perpisahan

Cerpen | Perpisahan | Satu minggu telah berlalu, aku pergi mengunjungi makam Tika. Aku duduk termenung ingin mengobati rasa rindu kepada ...

Hai aku Roy, aku mempunyai pacar bernama Tika. Kami mulai berpacaran pada saat kami masih seorang mahasiswa. Kami menjalani hubungan tanpa adanya perselisihan.

Suatu saat aku berjanji kepada Tika bahwa apabila hubungan kami telah terjalin selama satu tahun, aku akan melamar dia di tepi Pantai Kutai pada saat sore hari.

Besok adalah hari yang kami tunggu akhirnya tiba, karena besok adalah hari jadi hubungan kami yang ke satu tahun. Dan aku juga mengajak Tika ke Pantai Kutai dan melamarnya sesuai janjiku ke Tika.

Betapa senangnya Tika saat kulamar, aku juga bahagia karena perempuan yang dulu kupacari dan kudambakan sebentar lagi akan berganti status menjadi istri di masa depan.

Sore itu menjadi sore yang begitu istimewa untuk kami. Kami pun bergegas pulang.

Ketika di perjalanan pulang, kami mendiskusikan pesta pernikahan kami.

Saking asiknya berdiskusi aku yang saat itu menyetir mobil menjadi tak konsen berkendara. Mobil yang kami kendarai pun menabrak sebuah pohon. Dan kami tak sadarkan diri.

Perlahan mulai sadarkan diri dan aku melihat orang tuaku di sampingku.

"Roy......kamu sudah sadar, Roy?" tanya kedua orang tuaku.

"Ibu, ayah, aku berada dimana? Dan dimana keberadaan Tika sekarang? "tanyaku.

"Roy, kamu sekarang berada di rumah sakit. Ibu juga harap kamu bersabar Roy.... Tika telah meninggal dunia karena Tika mengalami pendarahan hebat di otaknya" jawab ibu sambil menitikkan air mata.

Sejenak aku terdiam mendengar ucapan ibu dan aku mulai menangis sejadi-jadinya.

"Tikaa, mengapa kamu meninggalkanku Tika, padahal aku mencintaimu, dan sebentar lagi kita akan segera menikah" kumenangis dengan terguncangnya batinku.

Perpisahan

Satu minggu telah berlalu, aku pergi mengunjungi makam Tika. Aku duduk termenung ingin mengobati rasa rindu kepada kekasih tersayang yang kini hanya bisa terobati dengan menatap pusaranya saja.

Dalam hati masih terangan rencana kita dahulu untuk menikmati bahtera rumah tangga dan menua bersama, namun semua itu hanyalah tinggal kenangan, semua kisah manis akan selalu terukir indah di hatiku.

Rinduku kini terlepas dengan doa terbaikku untukmu yang sudah menemukan kebahagiaan tersendiri di sana.


Biodata Penulis:

Abid Rahmatullah lahir pada tanggal 4 Desember 2002 di Sidoarjo.

© Sepenuhnya. All rights reserved.