Puisi: Mampus Aku Dikutuk Kangen (Karya Tjahjono Widarmanto)

Puisi "Mampus Aku Dikutuk Kangen" karya Tjahjono Widarmanto adalah sebuah ungkapan perasaan yang mendalam tentang kangen dan rindu yang melukai.
Mampus Aku Dikutuk Kangen!


kucoba kembali melacak lekuk-lekuk urat tubuhmu
kulitmu pualam berkilau bersama sisa peluh
saat lenguh meninggalkan dengusnya rebah di ujung
hasrat yang selalu saja gagal menafsir setiap cumbu

rambutmu pirang terurai diusap pelan oleh angin
mengelus jejak-jejak cinta pada laut yang menjauh
wajahmu senantiasa cerah dalam pulas
segenap penyair gagal menujum senyummu

aku pun tersuruk dikutuk cinta
takluk pada tubuhmu yang menaburkan takdir tua itu
aku gemetar saat sadar waktu tak bisa dipingit
sementara rindu mengutukku menjadi Vasco
yang gagal menyentuh dermaga baru

malam-malamku menjadi pekat mendebarkan
engkau senantiasa mengerlingkan ciuman-ciuman
yang kejam seperti badai menggerus pasir di pesisir

: mampuslah aku dikutuk kangen!

2017

Sumber: Sesapa Mesra Selinting Cinta (2019)

Analisis Puisi:
Puisi "Mampus Aku Dikutuk Kangen" karya Tjahjono Widarmanto adalah sebuah ungkapan perasaan yang mendalam tentang kangen dan rindu yang melukai. Dalam puisi ini, penyair mengekspresikan perasaannya terhadap seseorang yang sangat dirindukan, menciptakan citra dan perasaan melalui penggunaan bahasa dan imaji yang kuat.

Ekspresi Rindu: Puisi ini menggambarkan perasaan rindu yang mendalam dan penuh hasrat terhadap sosok yang sangat diinginkan. Penyair menggambarkan lekuk-lekuk urat tubuh, kulit pualam yang berkilau, dan rambut pirang yang terurai diusap oleh angin. Semua ini adalah gambaran tentang betapa kuatnya keinginan dan kerinduan yang dirasakan oleh penyair.

Kesedihan dan Kekalahan: Meskipun penyair memiliki citra-citra yang indah tentang objek rindunya, ia juga mengekspresikan perasaan kekalahan dan ketidakmampuannya untuk mencapai apa yang diinginkan. Ia merasa gagal dalam menafsirkan setiap cumbu dan takluk pada tubuh yang menjadi pusat rindunya. Puisi ini menciptakan perasaan tegang dan konflik antara keinginan dan kenyataan.

Waktu dan Ketidakpastian: Penyair merenungkan tentang waktu yang tak bisa dipinggirkan dan kekalahan dalam menghadapi rindu. Rindu yang mengutuknya menjadi "Vasco" yang gagal mencapai dermaga baru menggambarkan perasaan sia-sia dan ketidakpastian.

Imaji Alam dan Badai Emosi: Puisi ini menggunakan imaji alam seperti laut, angin, dan pasir di pesisir untuk menggambarkan suasana dan perasaan. Imaji badai yang menggerus pasir menciptakan perasaan kekacauan dan ketidakstabilan, sejalan dengan perasaan emosi penyair yang terusik oleh rindu yang mendalam.

Bahasa dan Gaya Penulisan: Puisi ini menggunakan bahasa yang sangat deskriptif dan kaya akan imaji untuk menyampaikan perasaan dan suasana. Pilihan kata-kata seperti "pualam berkilau," "jejak-jejak cinta pada laut yang menjauh," dan "ciuman-ciuman yang kejam seperti badai" membantu menciptakan gambaran yang kuat dan mendalam.

Puisi "Mampus Aku Dikutuk Kangen" karya Tjahjono Widarmanto adalah ungkapan perasaan rindu yang kuat dan mendalam. Melalui penggunaan imaji dan bahasa yang deskriptif, puisi ini menggambarkan keinginan, kekalahan, dan perasaan yang melanda seseorang yang merindukan sosok yang sangat diinginkan. Puisi ini menciptakan atmosfer yang emosional dan penuh perasaan, mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kuatnya pengaruh kangen dan rindu dalam kehidupan manusia.

Tjahjono Widarmanto
Puisi: Mampus Aku Dikutuk Kangen
Karya: Tjahjono Widarmanto

Biodata Tjahjono Widarmanto:
  • Tjahjono Widarmanto lahir pada tanggal 18 April 1969 di Ngawi, Jawa Timur, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.