Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Kampung (Karya Wiji Thukul)

Puisi "Kampung" karya Wiji Thukul menggambarkan kehidupan di kampung dengan gambaran yang realistis dan empati terhadap kondisi sosial.
Kampung

bila pagi pecah
mulailah sumpah serapah
anak dipisuhi ibunya
suami istri ribut-ribut

bila pagi pecah
mulailah sumpah serapah
kiri kanan ribut
anak-anak menangis
suami istri bertengkar
silih berganti dengan radio
orang-orang bergegas
rebutan sumur umum

lalu gadis-gadis umur belasan
keluar kampung menuju pabrik
pulang petang
bermata kusut keletihan
menjalani hidup tanpa pilihan

dan anak-anak terus lahir berdesakan
tak mengerti rumahnya di pinggir selokan
bermain di muka genangan sampah
di belakang tembok-tembok
menyumpal gang gang
berputar dalam bayang-bayang
mencari tanah lapang

Solo-Sorogenen, Juli 1988

Sumber: Aku Ingin Jadi Peluru (2000)

Analisis Puisi:

Puisi "Kampung" karya Wiji Thukul menggambarkan kehidupan di suatu kampung dengan nada realistis dan penuh empati terhadap kondisi sosial masyarakat. Puisi ini menggambarkan berbagai situasi yang terjadi dalam kampung, termasuk konflik domestik, kesulitan ekonomi, dan penderitaan yang dialami oleh warga, terutama anak-anak dan perempuan.

Gambaran Kehidupan Kampung: Puisi ini memberikan gambaran tentang kehidupan sehari-hari di kampung. Pagi hari dimulai dengan sumpah serapah, ketidakharmonisan dalam keluarga, dan keributan yang mencakup anak-anak menangis dan pasangan suami istri yang bertengkar. Hal ini menggambarkan realitas kehidupan rumah tangga yang tidak selalu indah, tetapi juga penuh dengan konflik.

Kesulitan Hidup: Puisi ini menyoroti kesulitan ekonomi yang dihadapi oleh penduduk kampung. Gadis-gadis muda terpaksa pergi bekerja di pabrik dan pulang dengan mata kusut akibat kelelahan. Ini menggambarkan situasi di mana banyak warga, terutama kaum perempuan, terpaksa bekerja keras untuk mencari nafkah.

Kondisi Lingkungan yang Tidak Layak: Anak-anak di kampung ini tumbuh dalam kondisi lingkungan yang tidak layak. Mereka bermain di tengah genangan sampah dan gang sempit. Ini mencerminkan kurangnya fasilitas dan lingkungan yang sehat untuk tumbuh kembang anak-anak.

Penderitaan dan Keterbatasan: Puisi ini menyiratkan penderitaan yang dialami oleh warga kampung, khususnya anak-anak yang terlahir dalam lingkungan yang kurang menguntungkan. Keterbatasan sumber daya dan lingkungan yang tidak kondusif memengaruhi kualitas hidup mereka.

Pencarian Kehidupan yang Lebih Baik: Puisi ini juga menggambarkan semangat dan daya juang masyarakat dalam menghadapi kesulitan. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, termasuk kesulitan ekonomi dan kondisi lingkungan yang kurang baik, mereka tetap berusaha untuk mencari harapan dan mencari kehidupan yang lebih baik.

Puisi "Kampung" karya Wiji Thukul menggambarkan kehidupan di kampung dengan gambaran yang realistis dan empati terhadap kondisi sosial. Puisi ini membawa pembaca menyelami keseharian dan penderitaan yang dialami oleh masyarakat kampung, sambil juga menyoroti semangat dan ketahanan mereka dalam menghadapi tantangan kehidupan.

Puisi: Kampung
Puisi: Kampung
Karya: Wiji Thukul

Biodata Wiji Thukul:
  • Wiji Thukul lahir di Solo, Jawa Tengah, pada tanggal 26 Agustus 1963.
  • Nama asli Wiji Thukul adalah Wiji Widodo.
  • Wiji Thukul menghilang sejak tahun 1998 dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya (dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer).
© Sepenuhnya. All rights reserved.