Sumber: Luka Bayang (1979)
Analisis Puisi:
Puisi "Nisan" karya Harijadi S. Hartowardojo adalah sebuah karya sastra yang penuh dengan makna mendalam tentang keabadian dan perjuangan hidup. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan perjalanan hidup yang penuh tantangan, keadilan yang terdistorsi, serta cinta dan keikhlasan yang menghiasi perjalanan itu.
Tanda Keabadian dalam Nisan: Judul puisi, "Nisan," menunjukkan tanda makam atau penanda kubur, yang secara simbolis menggambarkan kematian dan akhir kehidupan. Namun, dalam puisi ini, nisan menjadi gambaran tentang keabadian. Frasa "Merangkaki hidup dari nisan ke nisan" mengisyaratkan bahwa kehidupan tidak berhenti pada saat kematian. Hidup terus berlanjut, dan jiwa terus menemukan jalan keabadian dari kehidupan ke kehidupan berikutnya.
Pandangan keabadian ini mencerminkan pandangan keagamaan atau spiritual yang meyakini adanya kelanjutan roh atau jiwa setelah meninggalkan tubuh. Hal ini menambah dimensi makna dalam puisi dan mengajak pembaca untuk merenungkan tentang tujuan hidup dan arti keabadian.
Kelaliman dan Bentuk Perjuangan: Puisi "Nisan" juga menggambarkan kelaliman dan kekejaman dalam kehidupan manusia. Frasa "tiap kelaliman baru beralih bentuk" menyiratkan bahwa ketidakadilan dan penderitaan dalam hidup cenderung berputar dan berubah bentuk, tetapi tak pernah benar-benar hilang. Perubahan bentuk kelaliman ini menekankan kompleksitas kehidupan dan sifat tak terduga dari perjuangan hidup.
Dalam menghadapi tantangan hidup, orang seringkali harus berjuang dan beradaptasi dengan segala bentuk kelaliman yang mungkin datang. Perubahan bentuk kelaliman ini juga dapat melambangkan transformasi manusia dalam menghadapi rintangan dan ketidakadilan. Puisi ini menyampaikan pesan tentang pentingnya keuletan dan ketabahan dalam menghadapi kehidupan yang penuh tantangan.
Nikmat Air Mata dan Keikhlasan: Frasa "nikmat semata air mata, melapang jalan berlupa sayang" menyoroti tentang kedalaman perasaan dan keikhlasan. Air mata dalam puisi ini bukan hanya simbol kesedihan, tetapi juga mengandung nikmat dan makna yang lebih dalam. Air mata dapat menjadi sarana untuk membersihkan hati dan melapangkan jalan menuju keikhlasan.
Dalam perjuangan hidup, kesedihan dan kegagalan juga bisa menjadi bagian dari proses belajar dan berkembang. Dalam kesedihan, seseorang dapat menemukan hikmah dan pelajaran berharga. Keikhlasan adalah kunci untuk melepaskan beban emosional dan menerima setiap peristiwa dalam hidup dengan lapang dada.
Puisi "Nisan" karya Harijadi S. Hartowardojo adalah sebuah karya sastra yang sarat makna tentang keabadian dan perjuangan hidup. Frasa-frasa puitis dalam puisi ini menyiratkan bahwa kehidupan tidak berhenti pada saat kematian, melainkan berlanjut ke abad yang lain. Perjuangan hidup diwakili oleh bentuk kelaliman yang terus berputar dan berubah, tetapi ketabahan dan keuletan dapat membantu menghadapinya.
Puisi ini juga mengajak untuk merenungkan makna nikmat air mata, yang bukan hanya tentang kesedihan, tetapi juga tentang pelajaran dan keikhlasan. Dengan memandang setiap peristiwa dalam hidup dengan lapang dada, seseorang dapat menemukan kedamaian dan penerimaan diri.
Melalui "Puisi Nisan," Harijadi S. Hartowardojo berhasil menghadirkan pesan-pesan yang menginspirasi dan merenungkan makna kehidupan, keabadian, serta keberanian dalam menghadapi tantangan hidup. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan pesona kehidupan yang sarat dengan makna dan memahami bahwa perjuangan hidup adalah bagian tak terpisahkan dari perjalanan keabadian.
Puisi: Nisan
Karya: Harijadi S. Hartowardojo
Biodata Harijadi S. Hartowardojo:
- Harijadi S. Hartowardojo (nama lengkap: Harjadi Sulaiman Hartowardojo / EyD: Hariyadi Sulaiman Hartowardoyo) lahir pada tanggal 18 Maret 1930 di Desa Ngankruk Kidul, Prambanan, Klaten, Jawa Tengah, Indonesia.
- Harijadi S. Hartowardojo meninggal dunia pada tanggal 9 April 1984 di Jakarta, Indonesia (dimakamkan di Boyolali, Jawa Tengah, Indonesia).
- Harijadi S. Hartowardojo adalah salah satu Sastrawan Angkatan 1950-an.