Puisi: Berburu (Karya Harijadi S. Hartowardojo)

Puisi "Berburu" karya Harijadi S. Hartowardojo adalah sebuah karya sastra yang mempersembahkan refleksi tentang persahabatan, pencarian arti hidup, ..
Berburu
kepada Toto Sudarto Bachtiar

Kawan yang menjadi saksi
tidak mendapat ruang
mulai berteman

Kita memburu arti mutlak di batas kota
Menyaksikan pertanda mengacau kelewang
bercerai badan dari kepala

Apa juga kita peroleh dalam perburuan
Bisa dan mati sepanjang lengang
Engkau bisa juga bertahan
Diusap angin muson Barat
sejak bulan Maret

Semula kukira angin Bohorok telah bertiup
Kebun tembakau binasa digenangi abu panas
Pengusaha tunduk bertopang dagu
Pertanda tanggal gigi-giginya

Tapi engkau yang dulu menjadi saksi
Kini ular terapung di busa laut

Muson Barat datang terlambat
menyuburkan tanah pesemaianmu
sementara aku berburu sendiri
anjingku mati terpotong lidah.

Sumber: Luka Bayang (1979)

Analisis Puisi:

Puisi "Berburu" karya Harijadi S. Hartowardojo adalah sebuah karya sastra yang sarat dengan makna mendalam tentang persahabatan, pencarian arti hidup, dan kekecewaan dalam perjalanan kehidupan. Dalam puisi ini, penyair menyampaikan pesan tentang hubungan antara manusia dan alam, serta refleksi tentang keadaan kehidupan yang penuh dengan tantangan.

Persahabatan dan Persaksian: Puisi ini dimulai dengan menyiratkan tentang persahabatan melalui kata "kawan" yang menjadi saksi. Persahabatan sering menjadi aspek penting dalam hidup manusia, di mana saksi-saksi tersebut merupakan sahabat-sahabat dekat yang turut menyaksikan perjalanan hidup seseorang.

Namun, dalam puisi ini, "kawan yang menjadi saksi tidak mendapat ruang" mengisyaratkan tentang perubahan dan jarak yang tercipta antara sahabat-sahabat tersebut. Hal ini mencerminkan perubahan dan pergeseran dalam hubungan sosial, di mana persahabatan yang dulunya dekat bisa berubah seiring perjalanan hidup dan perburuan arti hidup.

Pencarian Arti Mutlak dan Kekecewaan: Puisi ini menggambarkan perburuan manusia akan arti mutlak dalam kehidupan. Manusia seringkali mencari arti hidup dan tujuan yang lebih tinggi, namun di batas kota, arti tersebut sering kali sulit dijangkau dan hanya tampak sebagai pertanda yang mengacau. Pencarian arti ini terkadang membingungkan dan memecah belah, menggambarkan keadaan kehidupan yang kompleks dan ambigu.

Kekecewaan dan kebingungan dalam perburuan arti tersebut tercermin dalam baris "Apa juga kita peroleh dalam perburuan, bisa dan mati sepanjang lengang." Pencarian arti hidup yang tak kunjung tercapai menyiratkan tantangan dan frustrasi dalam mencari tujuan hidup yang bermakna.

Refleksi tentang Alam dan Kehidupan: Puisi ini juga menggambarkan hubungan manusia dengan alam dan pemandangan sekitarnya. Pemandangan tentang keburukan yang terjadi, seperti kebun tembakau binasa dan pengusaha yang tunduk, mencerminkan keadaan yang tak menguntungkan dalam kehidupan.

Namun, ada juga refleksi tentang keindahan alam dan perubahan yang terjadi. Misalnya, "Muson Barat datang terlambat menyuburkan tanah pesemaianmu" mencerminkan siklus alam dan keberlangsungan hidup yang penuh dengan perubahan dan harapan.

Puisi "Berburu" karya Harijadi S. Hartowardojo adalah sebuah karya sastra yang mempersembahkan refleksi tentang persahabatan, pencarian arti hidup, dan kekecewaan dalam perjalanan kehidupan. Dalam puisi ini, penyair menyajikan gambaran puitis tentang hubungan antara manusia dan alam, serta perubahan dan tantangan yang dihadapi dalam mencari makna hidup.

Pencarian arti mutlak dalam kehidupan tercermin dalam kekecewaan dan frustrasi, namun juga diimbangi dengan refleksi tentang keindahan alam dan harapan akan perubahan yang datang. Dengan bahasa puitis yang kuat, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna hidup, keberadaan persahabatan, dan bagaimana alam dapat menjadi cermin dari perjalanan hidup manusia.

Harijadi S. Hartowardojo
Puisi: Berburu
Karya: Harijadi S. Hartowardojo

Biodata Harijadi S. Hartowardojo:
  • Harijadi S. Hartowardojo (nama lengkap: Harjadi Sulaiman Hartowardojo / EyD: Hariyadi Sulaiman Hartowardoyo) lahir pada tanggal 18 Maret 1930 di Desa Ngankruk Kidul, Prambanan, Klaten, Jawa Tengah, Indonesia.
  • Harijadi S. Hartowardojo meninggal dunia pada tanggal 9 April 1984 di Jakarta, Indonesia (dimakamkan di Boyolali, Jawa Tengah, Indonesia).
  • Harijadi S. Hartowardojo adalah salah satu Sastrawan Angkatan 1950-an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.