Kidung Perindu
Pada jalan setapak waktu
Aku menunggangi rindu
Seluas hutan Mei
Serindang cinta yang bersemi
Hendak menemukan nur kamil
Badar bersarang di sepasang matamu
Yang kerap memanjangi sungai muara
dari hulu kasih sayang
Bisakah kita membunuh jarak?
Aku sudah tersesat di rimba prasangka
Menjadi pemburu binal
Dengan pedang doa merunjam aral
Padang, 2023
Analisis Puisi:
Puisi "Kidung Perindu" karya Zikri Amanda Hidayat menggambarkan perjalanan perasaan perindu yang tengah dalam pencarian akan sesuatu yang bernama nur kamil, yang bisa jadi melambangkan cinta sejati atau kebenaran spiritual.
Metafora Alam dan Perjalanan Waktu: Penyair menggunakan metafora alam, seperti "jalan setapak waktu" dan "seluas hutan Mei," untuk menggambarkan perjalanan waktu dan kehidupan. Waktu digambarkan sebagai sebuah jalan yang bisa dijelajahi, sementara alam menjadi latar yang membesarkan perasaan-perasaan yang ingin disampaikan.
Rindu dan Cinta: Puisi ini dipenuhi dengan rasa rindu dan cinta yang mendalam. Penyair menunggangi rindu seakan menjelajahi hutan yang luas, mencari-cari cahaya kebenaran atau cinta yang sempurna, yang disimbolkan oleh "nur kamil." Rindu ini muncul sebagai dorongan untuk menemukan sesuatu yang lebih tinggi dan mendalam dalam kehidupan.
Penggambaran Mata Sebagai Jendela Hati: Mata digambarkan sebagai "badar" yang bersarang, menggambarkan kedalaman dan keindahan perasaan yang terpancar dari sana. Mata menjadi jendela ke dalam hati seseorang, tempat di mana aliran sungai cinta dan kasih sayang bermuara. Ini menunjukkan bahwa cinta sejati tidak hanya tentang kata-kata, tetapi juga tentang ekspresi melalui tatapan dan perasaan yang dalam.
Pencarian Kedekatan dan Kebersamaan: Di baris "Bisakah kita membunuh jarak?", terdapat keinginan untuk mengatasi hambatan dan jarak yang memisahkan. Penyair ingin mencapai kedekatan dan kebersamaan yang lebih dalam dengan objek rindunya. Namun, kesesatan dalam rimba prasangka dan perasaan sebagai pemburu binal mencerminkan hambatan dan rintangan yang mungkin dihadapi dalam perjalanan menuju kebenaran atau cinta sejati.
Puisi "Kidung Perindu" adalah perjalanan emosional dan spiritual yang mengeksplorasi rindu, cinta, dan pencarian akan kebenaran. Dengan menggunakan metafora alam dan perasaan, penyair menggambarkan kerinduan yang mendalam dan keinginan untuk menyatu dengan sesuatu yang lebih besar dari diri sendiri. Puisi ini membangkitkan pertanyaan tentang arti cinta, pencarian makna hidup, dan perjalanan menuju kebenaran yang hakiki.
Karya: Zikri Amanda Hidayat
Biodata Zikri Amanda Hidayat:
- Zikri Amanda Hidayat lahir di Pesisir Selatan pada tanggal 2 Agustus 1999.
- Ia adalah lulusan Administrasi Negara di Universitas Eka Sakti, Padang.
- Buku yang telah terbit Sehimpun Rasa (Gupedia, 2021), Rentetan Tulisan tentang Konsekuensi Cinta (Guepedia, 2021) dan Tak Benar-Benar Utuh (An-Nur Media, 2022).