Wak Duljangkep
Niatku mau nggendhong
menggendong rumahnya Semar Boyong
Aku menabur dengan dukacita
aku menuai dengan sukacita
Niatku mau lelaku
Wak Duljangkep ngelmu-ku
Dul itu si Dul
artinya: jumendhul, lahir, muncul
Jangkep itu wejangan ganep
artinya jangkep: pas, tiada kurang, lengkap.
Aku tua, maka aku dipanggil Wak Duljangkep
Duljangkep, artinya lahirku, adaku, munculku
hanya untuk jangkep-jangkep
untuk melengkapi dan pelengkap, agar semuanya pas.
Meski hanya hamba, tua, miskin tak berguna
tanpa aku hidup tidak akan pas, karena tidak lengkap
Tanpa kau, hidup ini seperti
sambel tanpa terasi
sayur tanpa garam
kopi tanpa gula
obor tanpa sumbu
pintu tanpa engsel
tumbu tanpa tutup
tuan tanpa hamba
pimpinan tanpa rakyat
cinta tanpa nafsu
rahmat tanpa dosa
Tuhan tanpa manusia
Aku hanyalah miskin dan hina
tapi tanpa aku, semuanya takkan ada.
Aku ini nyaris tiada, tapi ketiadaanku membuat ada.
Itulah aku, Wak Duljangkep.
Aku ini tiada yang membuat ada
maka aku ini tiada nyata yang membuat ada nyata
Akulah kesamaran yang ada di balik semua kenyataan.
Kenyataan akan hilang tanpa kesamarannya.
Maka sesungguhnya nyata itu samar:
Samar itulah kekurangan, kehinaan, kemiskinan
yang melengkapi kesempurnaan, kemuliaan, kekayaan:
Samar itulah Semar.
Wak Duljangkep itulah Samar yang Semar.
Ilmuku Wak Duljangkep, artinya
Samarlah yang ingin kuajarkan
Semarlah yang ingin kunyatakan.
Langkahku Semar yang tertawa
jalanku samar tiada habisnya.
Semar kuning yang menggiring
menggiring siapa?
menggiring badanku, agar dilepaskan
dari kenyataanku, jadi
samar dalam kerohanianku.
Semar hitam yang mengejar
mengejar siapa?
mengejar nafsuku, agar disucikan
dari lumpur keserakahanku, jadi
samar dalam rasa pasrahku.
Semar merah yang marah
marah terhadap siapa?
terhadap budiku, agar dibebaskan
dari pengetahuan palsu, jadi
samar dalam ketidaktahuanku.
Semar putih yang membersihkan.
membersihkan apa?
membersihkan tinggihatiku, agar direndahkan
aku dari serbabisaku, jadi
samar dalam keterbatasanku.
Ke utara, rupaku kuning samar
Ke selatan, rupaku hitam samar
Ke timur, rupakau merah samar
Ke barat, rupaku putih samar.
Ke mana-mana aku tak dilihat orang
aku selamat karena Semar
yang membuatku tak dikenal.
Aku terlepas dari keangkuhan:
Adaku hanyalah untuk pas-pasan.
Hatiku tentram, karena aku bisa pasrah
diriku hanya untuk imbuh-imbuhan
njedhul-ku hanya untuk jangkep-jangkepan
Ternyata duljangkep adalah misteri
kerendahanhati yang membuat hatiku tenang.
Kutemui Wak Duljangkep
aku duduk dengannya
jagongan dan wedangan
dan aku disuruh makan gula kacang
Saking asyiknya omong-omongan
tak terasa hari sudah malam
tiba-tiba Wak Duljangkep menghilang
dan aku menjadi kenyataan.
1999
Sumber: Air Kata-Kata (2004)
Catatan:
Puisi "Wak Duljangkep" karya Sindhunata memiliki beberapa hal menarik yang bisa dilihat. Berikut adalah beberapa poin menarik dari puisi tersebut:
- Kekuatan Kata-kata: Puisi ini menggunakan kata-kata yang kuat dan berkesan, dengan penggunaan repetisi dan perulangan yang memberikan ritme dan intensitas pada pembaca.
- Keberadaan yang Tidak Terlihat: Puisi ini menggambarkan sosok Wak Duljangkep yang memiliki keberadaan samar dan tak terlihat oleh banyak orang. Hal ini mencerminkan konsep bahwa ada kekuatan-kekuatan di balik kenyataan yang mungkin tidak terlihat secara langsung, namun memberikan pengaruh dan arti dalam kehidupan.
- Simbolisme Semar: Semar, dalam budaya Jawa, adalah tokoh dalam pewayangan yang melambangkan kebijaksanaan, kehinaan, dan kebaikan. Dalam puisi ini, Semar digunakan sebagai simbol keberadaan yang samar, yang mengarah pada pemahaman mendalam tentang kehidupan dan kehinaan dalam diri manusia.
- Kontras Antara Samar dan Nyata: Puisi ini menggambarkan kontras antara keadaan samar yang melingkupi Wak Duljangkep dan kenyataan yang terlihat. Melalui kontras ini, puisi mencoba menggambarkan bahwa kebenaran yang sejati mungkin tersembunyi di balik apa yang tampak di permukaan.
- Pesan Kelembutan dan Pasrah: Puisi ini mengajak pembaca untuk menghargai kelembutan, kehinaan, dan pasrah dalam kehidupan. Wak Duljangkep mewakili sikap rendah hati dan kesederhanaan yang dapat memberikan ketenangan dan kedamaian dalam hidup.
Melalui puisi ini, Sindhunata mengajak pembaca untuk merenungkan tentang makna dan keberadaan dalam kehidupan yang seringkali tidak terlihat secara jelas, namun memberikan pengaruh yang besar.
Puisi: Wak Duljangkep
Karya: Sindhunata
Biodata Sindhunata:
- Nama lengkap Dr. Gabriel Possenti Sindhunata, S.J.
- Sindhunata (juga dikenal dengan panggilan Rama Sindhu) lahir di Kota Batu, Jawa Timur, Indonesia, pada tanggal 12 Mei 1952.
- Sindhunata adalah salah satu sastrawan angkatan 1980-1990an.
