Puisi: Sungai Tua (Karya Abdul Latiff Mohidin)

Puisi "Sungai Tua" karya Abdul Latiff Mohidin mengungkapkan tema kesepian dan nostalgia dengan gaya bahasa yang mendalam dan reflektif.

Sungai Tua


di saat kesepian menikam-nikam dada
berkisarlah sungai tua
dari desa ke desa
penghuninya telah lama
membuang wajah ke kota
juga kupu-kupu telah lama
kehilangan warna pelanginya

bila tebingmu menunda-nunda
bila desamu menunda-nunda
berikanlah airmata kesepianmu
pada anjing-anjing hutan
yang kehilangan bulan buruannya
pada burung-burung utusan
yang kehilangan benua kekasihnya

Bangkok-Kuala Lumpur, 13-11-1966

Sumber: Horison (Januari, 1967)

Catatan:
Puisi ini kemudian hari muncul kembali di Horison edisi Agustus, 1978.

Analisis Puisi:

Puisi "Sungai Tua" karya Abdul Latiff Mohidin merupakan sebuah karya yang mengungkapkan tema kesepian dan nostalgia dengan gaya bahasa yang mendalam dan reflektif. Puisi ini memanfaatkan gambaran sungai tua sebagai metafora untuk menyampaikan perasaan kehilangan, perubahan, dan keterasingan.

Struktur Puisi

Puisi "Sungai Tua" dibagi menjadi bait yang saling terkait, menggambarkan perjalanan dan kondisi sungai tua serta hubungannya dengan perasaan kesepian dan kehilangan:
  • Bait Pertama: Menggambarkan kondisi sungai tua yang melintasi desa-desa, dengan penghuninya yang telah lama pergi ke kota. Gambaran ini menunjukkan pergeseran dari kehidupan yang sederhana menuju kehidupan yang lebih modern dan sibuk.
  • Bait Kedua: Menyampaikan perasaan kesepian dan penantian, dengan menyarankan untuk memberikan airmata kesepian kepada anjing hutan dan burung-burung utusan, yang juga mengalami kehilangan dan keterasingan.

Gaya Bahasa

  • Metafora dan Imaji: Puisi ini menggunakan metafora seperti "sungai tua," "anjing hutan," dan "burung utusan" untuk menciptakan gambaran yang kuat tentang kesepian dan kehilangan. Sungai tua melambangkan perjalanan waktu dan perubahan, sementara anjing hutan dan burung utusan melambangkan makhluk-makhluk yang juga mengalami kesepian dan kehilangan.
  • Bahasa yang Penuh Makna: Bahasa yang digunakan dalam puisi ini sederhana namun penuh makna. Penulis menggunakan kata-kata yang sederhana untuk menyampaikan perasaan yang mendalam dan kompleks, menciptakan efek yang kuat pada pembaca.

Kesepian dan Keterasingan

Puisi ini mengeksplorasi tema kesepian dan keterasingan, baik dalam konteks sungai tua maupun makhluk-makhluk di sekitarnya:
  • Kesepian Sungai Tua: Sungai tua yang melintasi desa-desa dan penghuninya yang telah pergi mencerminkan kesepian dan keterasingan. Sungai yang dulunya mungkin ramai dan penuh kehidupan kini menjadi simbol dari perubahan dan kehilangan.
  • Keterasingan Makhluk Hidup: Anjing hutan dan burung utusan yang kehilangan bulan buruannya dan benua kekasihnya melambangkan makhluk hidup yang juga mengalami keterasingan dan kehilangan. Ini menekankan bahwa perasaan kesepian tidak hanya dialami oleh manusia, tetapi juga oleh makhluk hidup lainnya.

Nostalgia dan Perubahan

Puisi ini juga menggambarkan tema nostalgia dan perubahan, menunjukkan bagaimana waktu dan perubahan dapat mempengaruhi kehidupan dan perasaan:
  • Nostalgia Sungai Tua: Sungai tua yang melintasi desa-desa mencerminkan nostalgia akan masa lalu yang lebih sederhana. Perubahan yang terjadi, seperti penghuninya yang pergi ke kota, menunjukkan bagaimana waktu dan modernisasi mengubah kehidupan.
  • Kehilangan Warna Kupu-Kupu: Kupu-kupu yang kehilangan warna pelanginya melambangkan perubahan dan kehilangan keindahan yang dulu ada. Ini menekankan bahwa nostalgia bukan hanya tentang kerinduan akan masa lalu, tetapi juga tentang kehilangan aspek-aspek yang dulunya berharga.

Kesepian sebagai Tema Universal

Puisi ini juga menunjukkan bahwa kesepian adalah tema universal yang mempengaruhi berbagai makhluk hidup, tidak hanya manusia:
  • Airmata Kesepian: Penulis menyarankan untuk memberikan airmata kesepian kepada anjing hutan dan burung utusan, menunjukkan bahwa kesepian adalah perasaan yang dapat dirasakan oleh semua makhluk hidup, tidak hanya manusia. Ini menciptakan rasa empati dan koneksi antara manusia dan makhluk lainnya.

Emosional

Puisi "Sungai Tua" menyentuh perasaan mendalam tentang kesepian dan nostalgia:
  • Kesepian yang Menggerogoti: Kesepian yang digambarkan dalam puisi ini terasa menggerogoti dan mendalam, mencerminkan perasaan yang mungkin dirasakan oleh seseorang yang melihat perubahan besar dalam hidupnya atau lingkungannya.
  • Nostalgia yang Menyentuh: Nostalgia yang digambarkan dalam puisi ini menyentuh karena menunjukkan bagaimana perubahan dan waktu dapat menghapus keindahan dan kehidupan yang dulunya ada.
Puisi "Sungai Tua" karya Abdul Latiff Mohidin adalah sebuah karya yang mendalam dan reflektif tentang kesepian, nostalgia, dan perubahan. Dengan menggunakan metafora yang kuat dan bahasa yang sederhana namun penuh makna, puisi ini menggambarkan bagaimana waktu dan perubahan dapat mempengaruhi kehidupan dan perasaan, tidak hanya pada manusia tetapi juga pada makhluk hidup lainnya. Puisi ini menawarkan wawasan yang mendalam tentang perasaan kesepian dan keterasingan, serta nostalgia akan masa lalu yang lebih sederhana dan penuh keindahan.

Abdul Latiff Mohidin
Puisi: Sungai Tua
Karya: Abdul Latiff Mohidin

Biodata Abdul Latiff Mohidin:
  • Abdul Latiff Mohidin lahir pada tahun 1941 di Lenggeng, Negeri Sembilan, Malaysia. Ia adalah seorang penyair, pematung, dan pelukis beraliran modernis.
© Sepenuhnya. All rights reserved.