Puisi: Sungai Mekong (Karya Abdul Latiff Mohidin)

Puisi "Sungai Mekong" karya Abdul Latiff Mohidin menawarkan pandangan mendalam tentang bagaimana alam berfungsi sebagai refleksi dari pengalaman ...

Sungai Mekong (1)


Sungai Mekong,
kupilih namamu
kerna aku begitu sepi
kau kubenamkan dadaku
ke dasarmu
kaki kananku ke bulan
kaki kiriku ke matari
kau kuhanyutkan hatiku
ke kalimu
namaku ke muara
suaraku ke gunung.

Sungai Mekong (2)


Sungai Mekong,
nafasmu begitu tenang
lenggangmu begitu lapang
di tebingmu,
ada ibu bersuara sayu
menchari suara putera yang hilang
waktu ia merebahkan wajahnya
ke wajahmu
kau masih bisa senyum senang.

Sungai Mekong (3)


Sungai Mekong,
akhirlah tari siang riakmu!
kulihat di dasarmu
kuntuman-kuntuman berdarah
batu-batu luka
malam ini,
ribut dari utara akan tiba
tebingmu akan pechah
airmu akan merah
dan arusmu akan lebih keras
dari Niagara.

Vientiane, 1 Februari 1966

Sumber: Horison (Januari, 1967)

Analisis Puisi:

Puisi "Sungai Mekong" karya Abdul Latiff Mohidin adalah karya yang mendalam dan penuh makna, menggambarkan keindahan serta kekuatan Sungai Mekong dalam tiga bagian terpisah. Dengan gaya yang deskriptif dan simbolis, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan antara manusia, alam, dan emosi.

Struktur Puisi

Puisi ini terdiri dari tiga bagian, masing-masing menggambarkan aspek yang berbeda dari Sungai Mekong:
  • Sungai Mekong (1): Fokus pada hubungan pribadi penulis dengan sungai, menggambarkan perasaan kesepian dan keterhubungan dengan alam.
  • Sungai Mekong (2): Menyoroti aspek emosional dari sungai sebagai tempat refleksi dan mencari sesuatu yang hilang, dengan sentuhan humanistik.
  • Sungai Mekong (3): Menunjukkan perubahan dramatis dalam sifat sungai, menggambarkan kekuatan dan potensi destruktif yang ada di dalamnya.

Gaya Bahasa

  • Deskriptif dan Simbolis: Puisi ini menggunakan gaya deskriptif untuk menggambarkan Sungai Mekong dengan detil yang mendalam, seperti "dasar" dan "tebing," serta "kuntuman-kuntuman berdarah" yang menunjukkan emosi dan kondisi sungai.
  • Metafora dan Imaji: Terdapat penggunaan metafora yang kuat dalam puisi ini, seperti mengaitkan kaki dengan bulan dan matahari, serta mempersonifikasikan sungai dengan sifat-sifat seperti senyum dan ketenangan.

Keterhubungan dan Kesepian

Bagian pertama puisi menggambarkan Sungai Mekong sebagai tempat di mana penulis merasa terhubung secara mendalam. Penulis memilih nama Sungai Mekong karena kesepian yang dirasakannya, dan mengaitkan berbagai bagian tubuhnya dengan unsur-unsur alam—"kaki kananku ke bulan" dan "kaki kiriku ke matahari"—menunjukkan keterhubungan antara tubuh manusia dan alam semesta.
  • Keterhubungan dengan Alam: Penulis menciptakan gambar yang kuat tentang bagaimana sungai menjadi tempat untuk melarikan diri dari kesepian dan menghubungkan diri dengan elemen-elemen kosmik.
  • Simbol Kesepian: Kesepian menjadi tema sentral dalam bagian ini, dengan Sungai Mekong sebagai simbol yang menyerap dan mengakomodasi perasaan tersebut.

Emosi dan Humanisme

Bagian kedua puisi beralih ke aspek emosional dan humanistik dari Sungai Mekong. Sungai ini menjadi tempat di mana seorang ibu mencari suara putranya yang hilang, menambah dimensi kemanusiaan pada lanskap alam.
  • Kehilangan dan Harapan: Ibu yang mencari anaknya menambah kedalaman emosional pada puisi ini, menunjukkan bagaimana sungai dapat menjadi tempat refleksi dan pencarian, tidak hanya untuk penulis tetapi juga untuk karakter yang diceritakan.
  • Empati dan Ketenangan: Sungai Mekong disajikan sebagai entitas yang dapat menenangkan dan memberikan tempat bagi pencarian emosi manusia, dengan "senyum senang" sebagai respons terhadap rasa sayu ibu.

Kekuatan dan Perubahan

Bagian ketiga puisi menggambarkan Sungai Mekong dalam kondisi ekstrem—dari ketenangan ke kekacauan. Perubahan ini mencerminkan kekuatan dan potensi destruktif sungai yang tidak terduga.
  • Transformasi dan Destruksi: "Kuntuman-kuntuman berdarah" dan "airmu akan merah" menandakan perubahan drastis dan potensi kekacauan yang akan datang. Sungai Mekong menjadi simbol kekuatan yang bisa menghancurkan, dengan "arusi yang lebih keras dari Niagara" sebagai puncaknya.
  • Konflik Alam: Perubahan dari ketenangan ke kekacauan menunjukkan konflik yang ada dalam alam, dan bagaimana kekuatan alam dapat mempengaruhi kehidupan manusia.

Emosional

Puisi ini menciptakan suasana yang beragam, dari kesepian dan keterhubungan hingga kehilangan dan kekacauan. Dengan menggambarkan perubahan dramatis dalam sifat sungai, puisi ini mencerminkan pengalaman emosional yang mendalam dan dinamis.
  • Kedalaman Emosi: Setiap bagian puisi menawarkan perspektif berbeda tentang hubungan manusia dengan alam, dari kesepian dan ketenangan hingga kehilangan dan kekacauan.
  • Refleksi dan Meditasi: Puisi ini berfungsi sebagai refleksi dan meditasi tentang bagaimana alam, terutama Sungai Mekong, dapat menjadi cermin bagi perasaan dan pengalaman manusia.
Puisi "Sungai Mekong" karya Abdul Latiff Mohidin adalah karya yang kaya akan simbolisme dan makna. Dengan membagi puisi menjadi tiga bagian, penulis menggambarkan Sungai Mekong sebagai simbol dari berbagai aspek kehidupan dan emosi manusia. Dari keterhubungan dan kesepian hingga kekuatan dan perubahan, puisi ini menawarkan pandangan mendalam tentang bagaimana alam berfungsi sebagai refleksi dari pengalaman manusia. Dengan gaya bahasa yang deskriptif dan metaforis, puisi ini memberikan wawasan yang mendalam dan menyentuh tentang hubungan antara manusia dan alam.

Abdul Latiff Mohidin
Puisi: Sungai Mekong
Karya: Abdul Latiff Mohidin

Biodata Abdul Latiff Mohidin:
  • Abdul Latiff Mohidin lahir pada tahun 1941 di Lenggeng, Negeri Sembilan, Malaysia. Ia adalah seorang penyair, pematung, dan pelukis beraliran modernis.
© Sepenuhnya. All rights reserved.