Paradoks Abadi
Bukankah cinta kita selalu dianugerahi
paradoks abadi, cintaku?
Seperti waktu berjalan sambung-menyambung,
entah linear entah siklis, tetapi kita abadi di dalamnya.
Malam mengusir sepi, langit pun tak banyak bicara.
Setelah kita duduk merenung, memautkan ruang dan waktu,
kita akhirnya mengerti masa depan adalah agenda,
masa lalu adalah warisan yang rutin memproduksi sejarah dan kenangan.
Dan masa kini adalah ketegangan abadi antara kenangan
dan agenda yang penuh harapan.
La Catedral de la Almudena, Madrid, 12 de abril de 2023
Puisi: Paradoks Abadi
Karya: Melki Deni
Biodata Melki Deni:
- Melki Deni adalah mahasiswa STFK Ledalero, Maumere, Flores, NTT.
- Melki Deni menjuarai beberapa lomba penulisan karya sastra, musikalisasi puisi, dan sayembara karya ilmiah baik lokal maupun tingkat nasional.
- Buku Antologi Puisi pertamanya berjudul TikTok. Aku Tidak Klik Maka Aku Paceklik (Yogyakarta: Moya Zam Zam, 2022).
- Saat ini ia tinggal di Madrid, Spanyol.