Puisi: Digulungnya Senja (Karya Abdul Latiff Mohidin)

Puisi "Digulungnya Senja" karya Abdul Latiff Mohidin menggambarkan transisi dari siang menuju malam dengan keindahan yang mendalam dan penuh makna.

Digulungnya Senja

dan hari pun lebur
dalam ruang tanpa tiang
bagai kaca berkecaian
dalam kabus menembus langit
bagai tembaga berhancuran

dibentangnya senja

senja yang berat
senja yang rendah
senja yang penuh jelma
senja yang penuh rahsia
senja yang untuk dicakar
senja yang untuk didakap
senja yang tiba-tiba berakhir

dan hari pun gugur
dalam ruang tanpa tiang
bagai sutera merapuh
dalam kabus menembus langit
bagai degup menjauh

digulungnya senja

Sumber: Passenger of Time (2011)

Analisis Puisi:

Puisi "Digulungnya Senja" karya Abdul Latiff Mohidin merupakan sebuah karya yang menggambarkan transisi dari siang menuju malam dengan keindahan yang mendalam dan penuh makna. Melalui penggunaan bahasa yang kaya dan simbolis, Latiff Mohidin berhasil menyampaikan suasana senja yang penuh misteri dan keindahan.

Struktur Puisi

Puisi ini tersusun dari beberapa bait yang masing-masing menggambarkan fase senja dengan detail dan metafora yang kuat. Struktur ini menciptakan aliran yang lancar dan membantu pembaca merasakan perubahan suasana dari senja menuju malam.

Gaya Bahasa

  • Metafora dan Simbolisme: Puisi ini dipenuhi dengan metafora yang kuat seperti "hari pun lebur" dan "senja yang berat". Penggunaan simbolisme memberikan makna lebih dalam pada deskripsi visual senja, menggambarkan transisi waktu dan perasaan yang menyertainya.
  • Deskripsi Visual: Latiff Mohidin menggunakan deskripsi visual yang vivid, seperti "kaca berkecaian" dan "tembaga berhancuran", yang membantu pembaca membayangkan senja dengan jelas dan merasakan keindahan serta kehancuran yang bersamaan.
  • Ritme dan Aliterasi: Penggunaan ritme dan aliterasi, seperti dalam frasa "senja yang untuk dicakar, senja yang untuk didakap," menciptakan irama yang memperkuat suasana dan emosi dalam puisi.

Transisi Waktu dan Kehidupan

  • Senja sebagai Metafora Kehidupan: Senja dalam puisi ini merupakan metafora untuk transisi dalam kehidupan. Seperti senja yang menandakan akhir hari, puisi ini mencerminkan perubahan dan transisi dalam kehidupan manusia, dari masa muda ke masa tua, atau dari kehidupan ke kematian.
  • Kehancuran dan Keindahan: Puisi ini menggambarkan senja sebagai sesuatu yang indah namun juga penuh dengan kehancuran, seperti "kaca berkecaian" dan "tembaga berhancuran". Hal ini mencerminkan bahwa keindahan dan kehancuran adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan.

Misteri dan Rahasia

  • Senja yang Penuh Rahasia: Senja digambarkan sebagai sesuatu yang penuh dengan misteri dan rahasia, seperti dalam frasa "senja yang penuh jelma, senja yang penuh rahsia". Hal ini menggambarkan bahwa ada banyak hal dalam kehidupan yang tetap tersembunyi dan tidak dapat sepenuhnya dipahami.
  • Perasaan yang Bertentangan: Puisi ini juga menampilkan perasaan yang bertentangan terhadap senja, dengan deskripsi seperti "senja yang untuk dicakar, senja yang untuk didakap". Hal ini mencerminkan ambivalensi dalam menghadapi perubahan dan transisi, antara keinginan untuk menahan dan menerima.

Emosional

Puisi ini membawa pembaca merasakan campuran emosi yang kompleks. Ada perasaan kagum terhadap keindahan senja, namun juga ada rasa melankolis dan ketakutan terhadap kehancuran dan ketidakpastian. Latiff Mohidin berhasil menyampaikan perasaan ini melalui deskripsi visual yang kuat dan penggunaan bahasa yang puitis.

Puisi "Digulungnya Senja" karya Abdul Latiff Mohidin adalah sebuah puisi yang kaya dengan makna dan keindahan. Melalui penggunaan metafora, simbolisme, dan deskripsi visual yang kuat, Latiff Mohidin berhasil menggambarkan transisi senja dengan mendalam, mengajak pembaca merenungkan tentang kehidupan, perubahan, dan misteri yang menyertainya. Puisi ini mengingatkan kita bahwa keindahan sering kali datang bersamaan dengan kehancuran, dan bahwa dalam setiap akhir terdapat awal yang baru. Melalui puisi ini, pembaca diajak untuk merasakan dan merenungkan keindahan dan kompleksitas senja, serta makna yang lebih dalam di baliknya.

Abdul Latiff Mohidin
Puisi: Digulungnya Senja
Karya: Abdul Latiff Mohidin

Biodata Abdul Latiff Mohidin:
  • Abdul Latiff Mohidin lahir pada tahun 1941 di Lenggeng, Negeri Sembilan, Malaysia. Ia adalah seorang penyair, pematung, dan pelukis beraliran modernis.
© Sepenuhnya. All rights reserved.