Ada yang baru nih dari Songmont! Tas Elegan dengan Kualitas Terbaik

Puisi: Baguio (Karya Darman Moenir)

Puisi "Baguio" karya Darman Moenir mengeksplorasi tema-tema sejarah, nostalgia, dan persepsi pribadi terhadap tempat-tempat yang memiliki makna ...

Baguio

di puncak yang dingin itu
angin purba menebar kabar
tentang sejarah yang bisu
tentang munggu yang pasar

tapi aku terkenang lawang
malam di kampung, lengang
atau baguio atau lawang
slalu tinggalkan bayang

dan kupanjat benteng tua kuayunkan pusaka baheula
'tuk teruka masa 'kan tiba
ke muara sudahan berjelaga

19 Desember 1981

Sumber: Sinar Harapan (Sabtu, 18 Juni 1983)

Analisis Puisi:

Puisi "Baguio" karya Darman Moenir mengeksplorasi tema-tema sejarah, nostalgia, dan persepsi pribadi terhadap tempat-tempat yang memiliki makna mendalam dalam ingatan. Melalui bahasa yang kaya akan imaji dan atmosfer yang kuat, Moenir mengajak pembaca untuk merenungkan pengalaman puitisnya di puncak yang dingin, mungkin merujuk pada kota Baguio di Filipina.

Tema Nostalgia dan Kenangan

Puisi ini dimulai dengan penggambaran "di puncak yang dingin itu", yang langsung menetapkan atmosfer tempat yang sejuk dan mungkin sepi. Kata-kata "angin purba menebar kabar" menghadirkan citra alam yang purba dan menyampaikan pesan-pesan dari masa lalu yang terpendam. Ini menggambarkan hubungan yang mendalam antara alam dan sejarah, di mana alam menjadi saksi bisu dari peristiwa-peristiwa yang telah terjadi.

Perenungan tentang Tempat

Moenir menggambarkan pemikirannya tentang tempat-tempat yang penuh makna dalam hidupnya, seperti "lawang malam di kampung" atau mungkin Baguio itu sendiri, tempat yang meninggalkan jejak dalam ingatannya. Penggunaan kata-kata seperti "slalu tinggalkan bayang" mencerminkan kesan yang abadi dari tempat-tempat tersebut dalam pikirannya, menunjukkan betapa kuatnya pengaruh dan kenangan terhadap pemikiran dan perasaannya.

Citra dan Simbolisme

Puisi ini memanfaatkan citra-citra yang kuat untuk menyampaikan makna yang mendalam. Misalnya, "kupanjat benteng tua kuayunkan pusaka baheula" menggambarkan usaha untuk mencapai sesuatu yang berarti secara simbolis atau literal. "Pusaka baheula" mengacu pada warisan dari masa lalu yang berharga dan berharga, menunjukkan upaya untuk menghormati dan memahami nilai-nilai yang terdapat dalam sejarah dan budaya.

Penutup yang Puitis

Puisi ini ditutup dengan baris yang menggambarkan harapan dan perasaan tentang masa depan, "teruka masa 'kan tiba / ke muara sudahan berjelaga". Ini menunjukkan sikap optimisme dan harapan akan perjalanan hidup yang penuh tantangan dan peluang. Penggunaan bahasa yang puitis dan metaforis dalam penutup menciptakan kesan keseluruhan yang mendalam dan reflektif.

Puisi "Baguio" oleh Darman Moenir adalah sebuah karya yang menggabungkan perenungan pribadi tentang tempat-tempat bersejarah dengan penggunaan bahasa yang puitis dan simbolis. Moenir berhasil menciptakan sebuah atmosfer yang kaya akan makna dan mendalam, mengundang pembaca untuk merenungkan hubungan antara alam, sejarah, dan kenangan pribadi dalam konteks yang universal dan puitis.

Darman Moenir
Puisi: Baguio
Karya: Darman Moenir

Biodata Darman Moenir:
  • Darman Moenir (dieja Darman Munir) lahir di Sawah Tangah, Pariangan, Tanah Datar, Sumatra Barat, pada tanggal 27 Juli 1952.
  • Darman Moenir meninggal dunia di Kota Padang, Sumatra Barat, pada tanggal 30 Juli 2019 (pada usia 67 tahun).
  • Darman Moenir adalah salah satu sastrawan angkatan 1980-1990an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.