Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Pulau yang Jauh (Karya Toeti Heraty)

Puisi "Pulau yang Jauh" merupakan refleksi tentang dampak modernitas dan perubahan terhadap suatu tempat yang sebelumnya tenang dan alami.
Pulau yang Jauh


Di suatu pulau yang jauh, semakin jauh karena
terapung
tak ada jangkar yang menambatkan, tak ada rantai
yang merengkuh antara hutan belantara dan sungai
malas-malas merayap ke muara ada kota: tanpa
nuansa

Di balik papan-papan konsesi hutan, gudang-
gudang kayu dan kilang minyak tersebar, tidak
jauh dari lapangan terbang jalan bersilangan, ada
gedung bertingkat tiga
masih dapat dibayangkan: ada yang ketinggalan di
sana

Pohon hias di pot-pot bunga, ruang makan lengang
dan senyum pelayan
menghempaskan senyum kembali, dan tiba-tiba
kejutan cemas:
        — masih ada apa antara kami? —
Ah, rahmat yang kau syukuri, manisnya irama yang
mengiringi
sejuk bulan yang ikut berjalan pulang dari kelab
malam ke pelaminan

Seperti makalah lama yang diterbitkan kembali,
bongkar-pasang dihapus kemudian ditambah,
selimut didekap membungkam resah duka
melengking tinggi reda dibalut oleh memori, tapi,
mana kesempatan menyentuhmu ringan, bersama
mengingat-ingat kejadian —

Sumber: Mimpi dan Pretensi (1982)

Analisis Puisi:
Puisi "Pulau yang Jauh" karya Toeti Heraty menggambarkan suatu pulau yang terasa semakin menjauh, metaforis dan fisik, karena berbagai perubahan dan tantangan modernitas. Dengan penggunaan bahasa dan citra yang khas, puisi ini mengeksplorasi tema-tema seperti kehilangan, dehumanisasi, dan kerinduan.

Metafora Pulau: Pulau digambarkan sebagai tempat yang semakin menjauh, bukan hanya secara geografis tetapi juga secara metaforis. Pulau ini mewakili kedamaian dan keindahan yang terlupakan oleh modernitas dan kemajuan.

Dekonstruksi Identitas Lokal: Deskripsi tentang kota dengan papan konsesi hutan, gudang kayu, dan kilang minyak menciptakan citra kerusakan lingkungan dan perubahan ekonomi yang menghancurkan keaslian pulau. Penggunaan kata-kata seperti "tak ada nuansa" mengindikasikan kehilangan identitas lokal dan keunikan.

Kejutan Cemas: Puisi menyampaikan momen kejutan cemas ketika penanya bertanya, "masih ada apa antara kami?" Ini menciptakan atmosfer ketidakpastian dan perasaan kehilangan hubungan atau koneksi di antara mereka, mungkin akibat dampak modernitas yang merusak nilai-nilai tradisional.

Irama dan Memori: Penggunaan kata-kata seperti "manisnya irama yang mengiringi" menyoroti rasa manis dari kenangan yang menjadi berharga ketika dihadapkan pada perubahan dan modernisasi. Memori memberikan rasa sejuk seperti bulan yang berjalan pulang dari kelab malam ke pelaminan.

Perubahan dan Kehilangan: Puisi ini menangkap esensi perubahan dan kehilangan yang dialami oleh suatu tempat di bawah pengaruh modernitas. Gudang-gudang kayu dan kilang minyak menggambarkan transformasi ekonomi yang membawa dampak pada lingkungan dan budaya.

Kesempatan Sentuhan: Kesempatan untuk menyentuh dan mengingat kejadian melibatkan momen kebersamaan, tetapi juga menekankan bahwa kesempatan itu ringan dan mungkin terlewatkan. Ini mencerminkan ketidakpastian dalam menjaga hubungan atau nilai-nilai yang berharga di tengah perubahan.

Puisi "Pulau yang Jauh" merupakan refleksi tentang dampak modernitas dan perubahan terhadap suatu tempat yang sebelumnya tenang dan alami. Puisi ini menyajikan gambaran kehilangan, ketidakpastian, dan kerinduan akan masa lalu yang semakin menjauh, menciptakan lapisan emosional dan refleksi mendalam.

Toeti Heraty
Puisi: Pulau yang Jauh
Karya: Toeti Heraty

Biodata Toeti Heraty:
  • Toeti Heraty lahir pada tanggal 27 November 1933 di Bandung.
  • Toeti Heraty meninggal dunia pada tanggal 13 Juni 2021 (pada usia 87) di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.