Puisi: Peleburan Luka (Karya Herwan FR)

Puisi "Peleburan Luka" karya Herwan FR menggambarkan bagaimana cinta dapat menjadi penyembuh luka, penghubung antara jiwa, dan pengubah keadaan.
Peleburan Luka

Telah kuleburkan seluruh luka dalam sembilu
dalam dzikir berkepanjangan. Malam kuhabisi
lewat gairah berpelukan denganmu. Maka
sajadahpun berkobar. Kita seperti berperang
meletuskan keringat yang masih menggenang dalam
tubuh. Langit bergetar, musim mendidih, laut menggolak, daun-daun
rontok menancap bumi, - Saat kita berpelukan
menghamili waktu dengan pendaman-pendaman rindu

Tak bisa kupungkiri bahwa aku jatuh cinta padamu
Maka kupeluk dirimu seyakin-yakinnya dengan isyarat
rimba dan belukar yang kucampurkan dengan rohku
yang kurasakan juga rohmu. Maka keasingan sudah
menjadi cinta saat kita berpelukan.
Menandai warna malam dengan keasingan-keasingan lain
Yang hanya akan termaknai dengan ciuman berabad-abad

Analisis Puisi:

Puisi "Peleburan Luka" karya Herwan FR menggambarkan perjalanan batin yang penuh dengan perasaan cinta, perasaan sakit, dan pengampunan. Puisi ini membawa pembaca pada sebuah dunia di mana luka-luka emosional disatukan dengan pengalaman spiritual dan sensasional. Dalam karya ini, Herwan FR mengajak kita untuk menyelami kedalaman hubungan manusia yang tidak hanya mencakup perasaan fisik, tetapi juga pencarian makna yang lebih besar melalui rasa dan ikatan jiwa.

Peleburan Luka dalam Dzikir

Puisi ini dimulai dengan pernyataan yang penuh makna: "Telah kuleburkan seluruh luka dalam sembilu dalam dzikir berkepanjangan." Kata "lebur" menunjukkan proses penyembuhan dan pengampunan, yang dilakukan dengan penuh kesungguhan, sedangkan "sembilu" menggambarkan luka yang dalam dan perih. Dzikir yang dimaksud bisa diartikan sebagai pengulangan doa atau penyatuan diri dengan Tuhan, menciptakan kedamaian dalam batin. Proses peleburannya terjadi dalam keheningan dan kontemplasi, di mana penyair tidak hanya mencari penyembuhan fisik, tetapi juga penguatan spiritual. Ini adalah gambaran tentang bagaimana seseorang mencoba berdamai dengan dirinya sendiri melalui pemahaman yang lebih dalam.

Keintiman yang Mengalahkan Segalanya

Pada baris berikutnya, penyair menggambarkan malam yang dihabiskan dengan "gairah berpelukan denganmu." Keintiman ini menjadi tempat pelarian dari segala beban dan luka yang dibawa dalam hidup. Herwan FR menggunakan metafora ini untuk menggambarkan bagaimana cinta bisa menjadi sumber penyembuhan dan kekuatan. Pelukan ini bukan sekadar fisik, tetapi juga simbol dari perpaduan dua jiwa yang saling memberi dan menerima. Sajadah yang "berkobar" mengindikasikan energi spiritual yang terbangun, seakan-akan cinta ini memancarkan cahaya yang membakar setiap rasa sakit dan kegelisahan yang pernah ada.

Perang dalam Cinta

Selanjutnya, Herwan menggambarkan situasi yang lebih intens, dengan kalimat: "Kita seperti berperang meletuskan keringat yang masih menggenang dalam tubuh." Perang di sini bisa diartikan sebagai metafora untuk perjuangan batin yang dihadapi oleh dua individu yang sedang jatuh cinta. Cinta tidak selalu berjalan mulus; sering kali ada tantangan, keraguan, dan ketakutan yang harus dihadapi. Namun, dalam pertempuran ini, keduanya saling melengkapi dan menguatkan satu sama lain. Keringat yang "menggenang dalam tubuh" menyimbolkan usaha dan emosi yang tumpah keluar dalam proses cinta yang tak kenal lelah.

Alam dan Perasaan yang Bergolak

Herwan juga menghadirkan gambaran alam yang penuh gejolak, dengan "langit bergetar, musim mendidih, laut menggolak, daun-daun rontok menancap bumi." Gambar alam yang bergerak ini menggambarkan kekuatan cinta yang tak terbendung. Seperti alam yang sedang berontak, perasaan cinta yang mendalam ini mampu mengubah segalanya, mengguncang hati dan pikiran, serta menghancurkan segala halangan yang ada. Keadaan alam yang menggambarkan perubahan ini menjadi metafora dari perubahan batin yang dirasakan oleh penyair saat berhubungan dengan kekasihnya.

Peleburan Cinta dan Jiwa

Penyair tidak bisa lagi menutupi perasaannya, seperti yang tercermin dalam baris: "Tak bisa kupungkiri bahwa aku jatuh cinta padamu." Pernyataan ini adalah titik kulminasi dari perasaan yang telah lama terpendam. Cinta bukan lagi sekadar emosi, tetapi sudah menjadi bagian dari jati diri penyair. Pada saat itu, cinta menjadi "isyarat rimba dan belukar yang kucampurkan dengan rohku yang kurasakan juga rohmu." Ini adalah gambaran yang mendalam tentang persatuan dua jiwa yang saling meresap, di mana kehadiran satu sama lain sudah tidak bisa dipisahkan, bahkan sudah menyatu dalam satu roh.

Keasingan yang Menjadi Cinta

Penyair kemudian mengungkapkan bahwa "keasingan sudah menjadi cinta saat kita berpelukan." Keasingan yang awalnya tampak seperti suatu hal yang asing, menjadi familiar dan penuh makna ketika dua hati bertemu. Perasaan asing ini berubah menjadi cinta yang membara, dan ini mengingatkan kita pada bagaimana cinta sering kali muncul di luar ekspektasi, pada saat-saat yang tidak terduga. Momen ini menghapus semua perbedaan dan menciptakan sebuah dunia baru yang hanya dimengerti oleh kedua belah pihak.

Ciuman yang Abadi

Akhirnya, puisi ini diakhiri dengan "ciuman berabad-abad," yang menggambarkan betapa mendalam dan abadi cinta yang tercipta. Ciuman di sini lebih dari sekadar ungkapan fisik, tetapi simbol dari ikatan yang tidak terputuskan oleh waktu. Ciuman ini melambangkan kesatuan yang abadi, yang tidak hanya berlangsung di dunia fisik, tetapi juga dalam dimensi waktu yang lebih luas.

Puisi "Peleburan Luka" karya Herwan FR adalah sebuah karya yang sarat dengan emosi dan simbolisme. Melalui penggunaan metafora yang kuat, penyair menggambarkan bagaimana cinta dapat menjadi penyembuh luka, penghubung antara jiwa, dan pengubah keadaan. Dalam karya ini, kita diajak untuk merenungkan tentang kekuatan cinta yang mampu membawa perubahan besar dalam hidup seseorang. Cinta bukan hanya sekadar perasaan, tetapi juga sebuah perjalanan spiritual yang membawa kedamaian dan pembebasan dari segala luka yang pernah ada.

Puisi: Peleburan Luka
Puisi: Peleburan Luka
Karya: Herwan FR

Biodata Herwan FR:
  • Herwan FR lahir di Cerebon, pada tanggal 14 Juni 1971.
© Sepenuhnya. All rights reserved.