Tak tertahan lagi
Remang miang sengketa di sini
Dalam lari
Dihempaskannya pintu keras tak berhingga.
Hancur-luluh sepi seketika
Dan paduan dua jiwa.
Pelarian (2)
Dalam kelam ke malam
Tertawa-mengiris malam menerimanya
Ini batu baru tercampur dalam gelita
"Mau apa? Rayu dan pelupa,
Aku ada! Pilih saja!
Bujuk dibeli?
Atau sungai sunyi?
Turut saja!"
Tak kuasa — terengkam
Analisis Puisi:
Puisi "Pelarian" karya Chairil Anwar adalah sebuah karya sastra yang memaparkan perasaan kebingungan, konflik batin, dan pilihan sulit dalam kehidupan. Dalam puisi ini, penyair menggunakan bahasa yang kuat dan gambaran yang intens untuk menggambarkan suasana hati yang penuh dengan ketidakpastian dan pergolakan emosional.
Tema Ketidakpastian dan Konflik Batin: Puisi ini menyoroti tema ketidakpastian dan konflik batin yang dihadapi oleh subjek puisi. Dalam bagian pertama, subjek terlihat dalam keadaan bingung dan kacau. Kata-kata seperti "tak tertahan lagi," "remang miang," dan "dihempaskannya pintu keras tak berhingga" menciptakan gambaran suasana hati yang bergejolak. Ada perasaan kehancuran dan kebingungan yang mendalam.
Pilihan dan Konsekuensi: Pada bagian kedua, terdapat penggambaran pilihan sulit yang harus dihadapi oleh subjek. Ia menghadapi situasi yang memaksa untuk membuat keputusan antara dua pilihan yang sulit: "rayu dan pelupa" atau "bujuk dibeli" versus "sungai sunyi." Penggunaan bahasa ini mencerminkan perjuangan dalam menghadapi pilihan hidup yang berat, di mana setiap pilihan memiliki konsekuensi dan dampak yang signifikan.
Kontras dan Perubahan Suasana Hati: Puisi ini menunjukkan kontras antara kehancuran dan konflik batin yang dihadapi oleh subjek pada awal puisi dengan suasana hati yang semakin terengkam dan tertekan pada akhir puisi. Pada akhir puisi, subjek tampak menyerah dan "terengkam malam," menciptakan kesan penegasan atas perasaan kacau dan bingung yang telah dihadapinya.
Puisi "Pelarian" adalah karya sastra yang menggambarkan perjuangan batin seorang individu dalam menghadapi ketidakpastian dan pilihan sulit dalam hidupnya. Penggunaan bahasa yang kuat dan gambaran yang intens membantu menyampaikan perasaan konflik, kehancuran, dan terengkamnya emosi yang dihadapi oleh subjek. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang dinamika emosional dan keputusan sulit yang mungkin dihadapi oleh manusia dalam perjalanan hidupnya.
Puisi: Pelarian
Karya: Chairil Anwar
Biodata Chairil Anwar:
- Chairil Anwar lahir di Medan, pada tanggal 26 Juli 1922.
- Chairil Anwar meninggal dunia di Jakarta, pada tanggal 28 April 1949 (pada usia 26 tahun).
- Chairil Anwar adalah salah satu Sastrawan Angkatan 45.