Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Mudik (Karya Ook Nugroho)

Puisi "Mudik" karya Ook Nugroho adalah puisi yang menggugah pemikiran tentang
Mudik (1)

Jika kata-kata ini dibolehkan mudik
Ke mana kiranya mereka bakal mudik?

Kukira mereka akan kembali
Ke mula bahasa, ke pangkal bunyi

Pulang ke desa Sumber Sunyi, menemui lagi
Sanak keluarganya masih imut-imut sepi

Di sana, bunyi masih belum bernama
Di sana, kata belum bermakna ganda

Mereka pun bersahut-sahutan tulus
Tangan dan senyum terulur mengelus

Menjamah luka perih dalam dan membara
Luka-luka yang didapat dari peperangan di kota

Maka, jika kata-kata ini dibolehkan pulang
Mudik, ke sumber mereka akan balik mengulang

Mudik (2)

Sesudah ditinggal
Mudik kata-kata
Kota kami jadi lebih
Sunyi dan aneh rasanya

Tinggal hanya beberapa
Tanda baca berjaga
Setia di persimpangan
Bersama waktu sepertinya

Mereka sedikit kesepian
Sejumlah tanda seru
Gagal menghidupkan
Kota ini agaknya memilih

Menyerah pada sejumlah
Tanda tanya, yang membawa
Kisah pada semacam
Kebuntuan tema

Analisis Puisi:

Puisi "Mudik" karya Ook Nugroho adalah sebuah refleksi yang dalam tentang perjalanan kata-kata, bunyi, dan makna.

Tema Puisi

  • Perjalanan Kata-Kata dan Bunyi: Puisi ini membahas perjalanan kata-kata dan bunyi dari kota ke desa, dari kebisingan kota ke keheningan desa. "Mudik" di sini bukanlah hanya tentang fisik, tetapi juga tentang perjalanan spiritual dan kultural.
  • Identitas dan Asal-usul: Puisi ini juga menggali konsep identitas dan asal-usul. Desa Sumber Sunyi adalah lambang asal-usul bahasa dan bunyi, tempat di mana kata-kata belum terlalu dipenuhi oleh makna ganda dan bunyi masih dalam keadaan alami.
  • Keteguhan Tanda Baca: Bagian kedua puisi menyoroti tanda baca sebagai simbol keteguhan dan keberadaan. Meskipun sebagian kata-kata telah "mudik" ke desa, tanda baca tetap setia berjaga di kota, menghadapi kesepian dan keanehan dengan kesetiaan mereka.

Gaya Bahasa

  • Imaji Desa dan Kota: Ook Nugroho menggunakan imaji desa dan kota secara kontras untuk menyoroti perbedaan suasana dan makna. Desa digambarkan sebagai tempat asal bunyi yang murni dan kata-kata yang belum terkikis oleh makna ganda, sementara kota digambarkan sebagai tempat kebisingan dan kebingungan.
  • Metafora Tanda Baca: Penggunaan tanda baca sebagai metafora untuk kesetiaan dan keteguhan di tengah perubahan lingkungan memberikan dimensi emosional yang dalam pada puisi. Tanda baca menjadi penjaga kesunyian dan anehnya kota setelah kepergian kata-kata.

Pesan dan Makna

  • Pentingnya Asal-usul dan Identitas: Puisi ini menekankan pentingnya mengingat asal-usul dan identitas, bahasa, dan bunyi. Desa adalah sumber dari semua itu, dan merawat hubungan dengan akar budaya adalah bagian penting dari memahami diri sendiri.
  • Keteguhan di Tengah Perubahan: Melalui tanda baca, puisi ini mengajarkan tentang pentingnya tetap teguh dan setia di tengah perubahan. Meskipun kata-kata mungkin "mudik", tetapi tanda baca tetap berada di tempatnya, mengingatkan kita akan keberadaan yang konsisten dan kokoh di tengah perubahan.
Dengan demikian, puisi "Mudik" karya Ook Nugroho adalah puisi yang menggugah pemikiran tentang identitas, perubahan, dan keberadaan di tengah perjalanan hidup yang terus berubah.

Ook Nugroho
Puisi: Mudik
Karya: Ook Nugroho

Biodata Ook Nugroho:
  • Ook Nugroho lahir pada tanggal 7 April 1960 di Jakarta, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.