Puisi: Misalkan Kita di Gaza (Karya Asep S. Sambodja)

Puisi "Misalkan Kita di Gaza" menggambarkan penderitaan dan kekejaman yang dialami oleh rakyat Palestina di Gaza dalam konflik mereka dengan Israel.
Misalkan Kita di Gaza


kematian adalah kawan yang paling menenangkan
di luar itu, wajah-wajah yang mirip drakula
ehud olmert
ehud barak
tzipi livni
bertaring dan beracun

27 desember 2008
satu demi satu bom mereka jatuhkan
satu demi satu orang palestina mati
1.203 orang palestina mati
5.200 orang palestina terluka
jutaan manusia tak sanggup lagi
menyaksikan perkosaan
yang dilakukan israel
terhadap palestina
di depan mata
secara nyata
dan membabi buta

menjelang pelantikan obama,
israel umumkan genjatan senjata
sementara resolusi pbb tak pernah dianggap
tak pernah dihirau

kembang api di malam hari
itu fosfor putih, sayang
yang membakar dan menguliti kulitmu
permainan ini terlalu serius
dan di luar batas kemanusiaan

misalkan kita di gaza
sulit bagiku makan di restoran amerika
yang tak menganggap orang-orang palestina
sebagai manusia

Citayam, 18 Januari 2009

Analisis Puisi:
Puisi "Misalkan Kita di Gaza" karya Asep S. Sambodja adalah suatu karya yang mencerminkan penderitaan dan kekejaman yang dialami oleh rakyat Palestina, khususnya di Gaza, dalam konflik yang terus berlanjut dengan Israel. Melalui kekuatan kata-kata dan penggunaan metafora, puisi ini menghadirkan kesadaran akan tragedi kemanusiaan yang terjadi di wilayah tersebut.

Kekejaman Perang dan Kematian: Penyair menggambarkan kengerian perang dan kekejaman yang terjadi di Gaza dengan kata-kata yang kuat. Penggunaan metafora "wajah-wajah yang mirip drakula" menggambarkan pemimpin Israel pada saat itu (Ehud Olmert, Ehud Barak, Tzipi Livni) sebagai sosok yang mengerikan dan penuh kebencian. Angka-angka kematian dan luka yang disebutkan menggambarkan dampak tragis dari serangan tersebut.

Ketidakpedulian Dunia Internasional: Puisi ini menyoroti ketidakpedulian dunia internasional, terutama kebijakan politik luar negeri Amerika Serikat dalam konflik tersebut. Pengumuman gencatan senjata menjelang pelantikan Obama dan ketidakhirauan terhadap resolusi PBB mencerminkan sikap yang dianggapnya tidak berpihak terhadap rakyat Palestina.

Kesulitan dan Penolakan: Penyair menggambarkan kesulitan hidup rakyat Palestina di Gaza, terutama dalam menerima bantuan dari negara-negara yang dianggap tidak mendukung mereka. Penggunaan restoran Amerika sebagai metafora menunjukkan penolakan mereka terhadap bantuan atau dukungan yang dianggap tidak memperlakukan mereka sebagai manusia.

Pemaknaan Humanitas dan Kekejaman Perang: Puisi ini memaknai kemanusiaan melalui kesadaran akan penderitaan rakyat Palestina di Gaza. Melalui penggambaran kekejaman perang dan ketidakadilan yang mereka alami, puisi ini mengajak untuk lebih memahami sisi kemanusiaan dalam konflik tersebut.

Puisi "Misalkan Kita di Gaza" adalah sebuah karya yang menggambarkan penderitaan dan kekejaman yang dialami oleh rakyat Palestina di Gaza dalam konflik mereka dengan Israel. Melalui metafora yang kuat dan penekanan pada kesadaran kemanusiaan, puisi ini menyoroti tragisnya keadaan di wilayah tersebut serta mengajak untuk lebih memahami dan mengatasi dampak kemanusiaan dalam konflik tersebut.

Asep S. Sambodja
Puisi: Misalkan Kita di Gaza
Karya: Asep S. Sambodja

Biodata Asep S. Sambodja:
  • Asep S. Sambodja lahir di Solo, Jawa Tengah, pada tanggal 15 September 1967.
  • Karya-karyanya banyak dimuat di media massa, seperti Horison, Media Indonesia, Pikiran Rakyat, Jurnal Puisi dan lain sebagainya.
  • Asep S. Sambodja meninggal dunia di Bandung, Jawa Barat, pada tanggal 9 Desember 2010 (pada usia 43 tahun).
© Sepenuhnya. All rights reserved.