Puisi: Minggu Petang Seorang Pegawai (Karya Ook Nugroho)

Puisi "Minggu Petang Seorang Pegawai" karya Ook Nugroho menggambarkan kesan yang mendalam tentang keadaan dan perasaan seorang pegawai yang ...
Minggu Petang Seorang Pegawai

Semua sudah disiapkan
Kaus kaki bolong dan sepatunya

Semua sudah dipasrahkan
Seragam luntur lusuh tergantung

Semua sudah berakhir
Libur yang adalah tidur ngelindur

Adapun tuhan, adapun tuhan
Sayup kabar pada rusuh ingatan

Analisis Puisi:

Puisi "Minggu Petang Seorang Pegawai" karya Ook Nugroho menggambarkan kesan yang mendalam tentang keadaan dan perasaan seorang pegawai yang merenungi kehidupannya di hari Minggu petang.

Kehidupan Seorang Pegawai: Puisi ini menggambarkan gambaran kehidupan seorang pegawai yang sederhana dan rutin. Pegawai tersebut mungkin telah bekerja keras sepanjang minggu, dan saat tiba hari Minggu petang, dia merasa lelah dan terkuras energinya.

Simbolisme Seragam Luntur dan Sepatu Bolong: Seragam yang luntur dan sepatu yang bolong menjadi simbol dari kondisi kerja yang mungkin sudah lama, membosankan, dan kurang memuaskan. Mereka mencerminkan kondisi fisik dan mental sang pegawai yang telah mengalami tekanan dan kelelahan dari rutinitas kerja.

Pasrah dan Ketiadaan Harapan: Dalam puisi ini, terdapat nuansa pasrah dan kehampaan. Sang pegawai telah pasrah terhadap keadaan hidupnya yang mungkin kurang memuaskan, dan dia merasa bahwa semua sudah selesai atau berakhir. Hal ini mencerminkan rasa putus asa atau kehilangan harapan akan perubahan atau perbaikan dalam kehidupannya.

Kabut Ingatan tentang Tuhan: Baris terakhir puisi, "Adapun tuhan, adapun tuhan / Sayup kabar pada rusuh ingatan," menyiratkan bahwa sang pegawai merenungkan hubungannya dengan agama atau spiritualitas. Kabut ingatan mencerminkan ketidakjelasan atau keraguan dalam pikirannya tentang agama atau Tuhan. Dia mungkin merasa terputus dari spiritualitasnya atau menghadapi pertanyaan yang tidak terjawab tentang eksistensi Tuhan.

Nuansa Kesendirian dan Keterasingan: Keseluruhan suasana puisi menunjukkan nuansa kesendirian dan keterasingan. Sang pegawai tampak terisolasi dalam pikirannya sendiri, merenungkan kehidupannya yang mungkin monoton dan tidak memuaskan.

Dengan menggunakan bahasa yang sederhana namun mengena, Ook Nugroho berhasil menggambarkan perasaan dan pengalaman seorang pegawai yang merenung di hari Minggu petang. Puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan arti kehidupan, kelelahan, dan harapan yang hilang dalam rutinitas sehari-hari.

Ook Nugroho
Puisi: Minggu Petang Seorang Pegawai
Karya: Ook Nugroho

Biodata Ook Nugroho:
  • Ook Nugroho lahir pada tanggal 7 April 1960 di Jakarta, Indonesia.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Malam Rindu Malam Minggu. Hatiku ketar-ketir. Ku tak tahu apakah demokrasi dapat mengantarku ke pelukanmu dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. S…
  • Di Gunung Sepi Malam tiada bulan Di gang sepi Anak cari hiburan Menepi-nepi. Suatu pagi Tiada matahari Tinggalkan ibu Rantau dituju Ibu…
  • Dalam Doa (1) kupandang ke sana: Isyarat-isyarat dalam cahaya kupandang semesta ketika Engkau seketika memijar dalam Kata terbantun menjelma gema. Malam sibuk …
  • Ibu Kopi Malam saya terbuat dari jalanan kampung yang basah, hujan yang baru saja mati, rindu yang hampir kedaluwarsa, sepi yang tak lagi be…
  • Aku Aku hanya satu dari sekian yang berharap pagi tidak pernah menunggu. Aku hanya satu dari sekian yang dibawa hanyut moder…
  • Laut Berdiri aku di tepi pantai Memandang lepas ke tengah laut Ombak pulang, memecah berderai Keribaan pasir rindu berpaut. Ombak datang bergulung-gulung Balik kembali k…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.